ReChARGE yOur SouL...

Friday, November 20, 2009

Matius Si Pemungut Cukai

Ayat bacaan: Matius 9:9 ====================== "Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia." melayani satu orangMana yang lebih menyenangkan, beraksi panggung di depan banyak penonton atau segelintir? Jika anda seorang musisi, rasanya pilihan akan jatuh kepada banyak penonton. Ada banyak artis baik dalam dan luar negeri yang pernah saya wawancarai akan sangat termotivasi dan bertambah semangatnya ketika tampil di depan banyak orang. Apalagi jika mereka tahu lagu-lagu yang dibawakan dan bernyanyi bersama. Tapi kemarin saya mendapatkan sesuatu yang lain dari yang lain. Ada musisi yang saya kenal tampil di sebuah restoran hotel bersama dua orang rekannya. Saya ada di sana karena saya punya janji untuk bertemu dengannya. Mereka main cuma untuk menghibur sedikit sekali pengunjung restoran. Itupun hampir tidak ada tanggapan sama sekali dari pengunjung, karena mereka sibuk makan malam dan berbincang-bincang dengan keluarga atau rekan semeja. Tapi ketiga musisi ini terus main. Mereka tidak mempedulikan hal itu sama sekali, mereka tetap tampil memberikan yang terbaik, ada atau tidak tepukan atau mata yang melihat mereka. Padahal mereka cukup terkenal dan jelas punya skill di atas rata-rata. Ketika saya tanyakan, teman musisi ini berkata bahwa tugas mereka adalah menghibur. Ada atau tidak ada penonton, mereka memang ditugaskan untuk itu, dan mereka pun melakukannya dengan sebaik mungkin. "Ada saatnya banyak penonton, dan kami suka itu, tapi ada saatnya kami dicuekin, ya tidak apa-apa, kami tetap main dengan baik kan?" katanya sambil tertawa. Seperti itulah gambaran di dunia musik. Ada musisi yang menyadari misi mereka yang sesungguhnya, tapi ada pula yang hanya mau bermain di depan banyak orang dan menolak main jika penontonnya tidak sebanyak yang ia harapkan. Dalam dunia pelayanan hal ini pun bisa terjadi. Ada orang yang tidak mau mengeluarkan kemampuan terbaik ketika yang dilayani mungkin hanya satu orang. Buang-buang waktu saja rasanya melayani hanya satu orang. Apalagi jika kita menganggap bahwa orang itu begitu berdosa, begitu hina dan menurut kita tidak ada apa-apa lagi yang bisa diharapkan daripada mereka karena dosanya sudah begitu keterlaluan besarnya. Padahal Tuhan tidak pernah mengajarkan demikian. Satu orang bertobat, seisi surga bersukacita. Kita akan lihat ayatnya sebentar lagi. Tapi sebelum itu, mari kita lihat keteladanan yang ditunjukkan oleh Yesus Kristus sendiri. Yesus tidak pernah membeda-bedakan jumlah dalam pelayananNya di muka bumi ini. Baik di depan ribuan orang, maupun hanya satu orang, Dia selalu memberi yang terbaik dan meluangkan waktuNya sepenuhnya. Salah satu kisah mengenai Matius saya angkat hari ini. Matius awalnya bukanlah orang yang baik di mata masyarakat. Profesinya adalah sebagai pemungut cukai. Artinya ia bekerja untuk kepentingan Roma, bangsa penjajah. Pemungut cukai digolongkan ke dalam orang berdosa pada masa itu dan dikucilkan masyarakat karena dianggap musuh. Pada suatu hari langkah Yesus membawaNya bertemu dengan Matius."Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia." (Matius 9:9). Yesus tidak melewatkan Matius begitu saja. Ia hanya seorang, dan ia orang berdosa, ia adalah musuh. Yesus tidak melewatinya tapi malah menghampiri Matius dan mengajaknya ikut. Matius memilih untuk berdiri dan mengikut Yesus. Sebuah pilihan yang sangat tepat. Lalu Yesus pun makan di rumah Matius. Lihatlah saat itu ternyata kedatangan Yesus berkunjung ke rumah Matius terdengar oleh pemungut cukai dan orang-orang berdosa di mata masyarakat lainnya. Mereka pun berbondong-bondong datang. Dari satu kemudian berkembang menjadi banyak. Orang Farisi pun kaget melihat itu dan segera bertanya kepada para murid, "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" (ay 11). Yesus ternyata mendengar itu dan kemudian berkata: "Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (ay 12-13). Dokter tugasnya menyembuhkan orang sakit, biar satu orang sekalipun, kalau sakit tentu diobati bukan? Demikian pula kata Yesus, bahwa tugasNya ke dunia ini adalah untuk menyelamatkan orang-orang berdosa. Meski hanya satu jiwa saja, itupun berharga bagiNya. Kita tahu apa yang terjadi kemudian. Matius bertobat dan menjadi murid Yesus. Tidak hanya murid biasa, tapi ia pun termasuk dalam satu dari empat penulis Injil yang bisa kita baca hingga hari ini. Itu semua bermula ketika Yesus tidak memandang jumlah dan mau repot-repot mengurusi satu orang saja. Mari kita lihat dua perumpamaan diberikan Yesus mengenai ini. Pertama dalam perumpamaan tentang domba yang hilang. "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?" (Lukas 15:4). Jika satu domba hilang, tidakkah si gembala mau kembali ke padang gurun untuk mencari dombanya? Mungkin tersesat, mungkin celaka, dan mereka pasti rela kembali mencari untuk menyelamatkan dombanya. Demikian pula Yesus. "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (ay 7). Meski hanya satu orang bertobat, sukacita di surga pun akan terjadi. Lalu mari kita lanjutkan dengan perumpamaan tentang dirham yang hilang. "Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan." (ay 8-9). Satu dirham (uang perak) hilang, tentu akan dicari, meski masih ada 9 uang perak lagi yang tidak hilang. Yesus kemudian menyimpulkan, "Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (ay 10). Satu orang bertobat, seluruh malaikat pun akan bersorak sorai. Tidak harus seratus, seribu, sejuta, tapi satu saja sudah membuat seisi surga bersorak gembira. Satu jiwa sangat berharga di mata Allah. Sudahkah kita rela untuk meluangkan waktu dan kesibukan kita untuk melayani satu orang saja? Menjadi terang dan garam bagi dunia tentu menjadi impian semua anak-anak Tuhan, tapi menjadi terang dan garam bagi satu orang pun tidak kurang pentingnya. Jika kita bisa mempertanggungjawabkan satu orang, Tuhan pasti akan melipatgandakannya kelak. Tapi berapapun jumlahnya, yang penting adalah kerinduan hati kita untuk melihat ada jiwa yang diselamatkan. Saat ini dunia penuh dengan "orang-orang sakit", jiwa terhilang dan tidak tahu jalan pulang. Mereka sungguh membutuhkan perhatian dan pelayanan kita. Berapapun jumlahnya, satu orang sekalipun, janganlah kita membiarkan mereka putus pengharapan dan merasa terabaikan. Sebab satu orang sekalipun sangatlah berharga bagi Tuhan. Satu orang bertobat, seisi surga bersukacita

BERANI TERIMA TANTANGAN

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!" (Yes 6:8)

Bacaan : Yesaya 6 : 1 – 8

Sekelompok remaja yang tengah mengadakan retret berdiskusi tentang komitmen mereka dalam menjadi saksi Kristus. Pada akhir diskusi, sang pemimpin diskusi membacakan Yesaya 6:8 sebagai tantangan kepada para remaja: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Ketika sang pemimpin hendak melanjutkan pembacaan, tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara seorang remaja yang berteriak: “Ini aku, utuslah dia!” sambil menunjuk seorang teman di sampingnya. Suasana yang tadinya khidmat tiba-tiba berubah penuh gelak tawa. Saat Nabi Yesaya mendapat penglihatan tentang Tuhan dan para serafim, ia merasa ketakutan. Takut karena ia merasa sebagai seorang yang berdosa; seorang yang najis bibir, yang tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir (ayat 5). Yesaya menyadari akan dosa-dosanya dan merasa tidak layak di hadapan Tuhan. Namun, ketika Tuhan menghapus kesalahannya dan mengampuni dosanya (ayat 6), ia merasa dilayakkan untuk melakukan pekerjaan-Nya. Maka, ketika Tuhan bertanya ”Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”, dengan lantang ia menjawab, ”Ini aku, utuslah aku!” Menjawab panggilan Tuhan untuk melakukan tugas pelayanan memang bukan sesuatu yang mudah. Bahkan, memandang sebuah pekerjaan Tuhan yang besar dan sukar bisa membuat hati gentar. Jika boleh, jika ada, rasanya hati ini ingin agar orang lain saja yang mengerjakannya. Namun, Allah menantang kita secara pribadi hari ini. Yesaya sudah mendahului kita mengiyakan panggilan itu dengan segenap hati. Adakah kita juga?

SAAT KITA MENJAWAB PANGGILAN TUHAN, DIA AKAN MEMPERLENGKAPI KITA SESUAI DENGAN RENCANA-NYA

____________________________________________

Yesaya 6 : 1 – 8

6:1 Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci.

6:2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.

6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"

6:4 Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.

6:5 Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."

6:6 Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.

6:7 Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."

6:8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: "Ini aku, utuslah aku!"

JANGAN TUNDA LAGI!

Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. (2 Tim 4: 2)

Bacaan : 2 Timotius 4:1-5

Dalam sebuah karikatur, tampak seseorang sedang duduk di tepi sebuah sungai dengan aliran air yang deras. Tiba-tiba ia mendengar suara, “Help, help, help!” Ia tidak tahu arti kata-kata tersebut, karena tidak pernah belajar bahasa Inggris. Syukurlah ia membawa kamus, sehingga segera mencari arti kata tersebut. Begitu mengetahui artinya, ia segera terjun untuk menolong. Namun terlambat, orang itu telah meninggal. Apa yang akan kita lakukan saat melihat seseorang memerlukan pertolongan kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuknya? Pastinya kita tidak ingin seseorang terlambat menerima pertolongan kita, bukan? Paulus mengajar kita untuk siap sedia memberitakan firman Tuhan kepada yang membutuhkan. Mungkin masih banyak orang-orang di sekitar kita yang perlu mendengar berita Injil—tetangga, sahabat, saudara sepupu, kakak, adik, atau bahkan orangtua kita sendiri. Kita mungkin merasa kurang memahami isi Alkitab, sehingga takut salah memberitakan firman Tuhan kepada mereka. Karena itu, mulai sekarang mari kita berkomitmen untuk memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan melalui saat teduh, doa, pendalaman Alkitab, dan sebagainya, agar kita dapat siap sedia memberitakan firman saat melihat orang yang membutuhkan. Apa yang membuat kita menunda memberitakan Injil kepada orang-orang terdekat kita? Kita tidak ingin terlambat menolong orang yang kita kasihi, bukan? Sebab itu, firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (ayat 2).

KITA AKAN TERLAMBAT MENOLONG ORANG YANG KITA KASIHI, JIKA KITA SELALU MENUNDA MEMBERITAKAN INJIL

____________________________________________

2 Timotius 4:1-5

4:1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:

4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

4:3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

4:4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

4:5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

Thursday, November 19, 2009

Ingatlah Rahmat Tuhan

Ayat bacaan: Ratapan 3:21-23 ======================= "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Pagi yang cerah. Itu yang hadir ketika saya terbangun pagi ini. Ada istri di samping saya tersenyum, ada dua anjing kecil yang dengan gembira menggoyang-goyangkan ekornya melihat kami sudah bangun. "What a blessful day, thank you Jesus." saya berucap dalam hati. Terima kasih atas satu hari lagi yang diberikan kepada kami, bukan hanya sekedar hari, tapi hari yang berisi rahmat Tuhan yang segar dan baru. Fresh from the oven. Kesibukan bakal hadir sebentar lagi, ada banyak pekerjaan, kegiatan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan, masih ada beban-beban yang harus ditanggulangi, tapi itu bukan berarti bahwa semua itu harus merebut sukacita, sebuah sukacita surgawi yang langsung disediakan Tuhan tepat begitu saya bangun. Seringkali kita terlalu fokus kepada beban dan masalah sehingga kita lupa seperti apa kebaikan Tuhan itu. Kita lupa bahwa jika hari ini kita masih diberi kesempatan untuk menjalani hari, masih bernafas, masih punya kekuatan untuk melakukan sesuatu, itu pun tidak kurang merupakan berkat Tuhan. Kita lupa jika pagi yang cerah menyambut kita, matahari bersinar, awan-awan putih menambah warna langit biru cerah, ayam berkokok, burung-burung berkicau, itu pun berkat Tuhan. Bunga bermekaran, secangkir teh atau kopi panas, semua itu pun berkat Tuhan. Tapi kita seringkali mengabaikan hal ini dan lebih cenderung untuk memperhatikan berbagai masalah yang harus kita hadapi setiap hari. Tidak salah untuk berkonsentrasi pada tugas atau pekerjaan, tapi jangan sampai semua itu merebut atau menghilangkan sukacita yang berasal dari Tuhan, yang telah Dia sediakan kepada kita setiap hari. Ayat bacaan hari ini mengatakan dengan jelas mengenai fokus utama yang seharusnya kita lihat. Serangkaian ayat terdahulu bercerita mengenai berbagai penderitaan, kesusahan yang kita lihat bahkan mungkin sedang kita alami, tapi lalu si penulis mengingatkan bahwa bukan itu semua yang harus menjadi fokus perhatian kita. Demikian katanya: "Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:21-23). Bagaimana si penulis bisa mengatakan demikian? Bukankah ia baru saja meratapi kehancuran Yerusalem? Karena penulis mengenal pribadi Tuhan. Dia tahu pasti bahwa Tuhan memberikan harapan baru yang hadir pada kita setiap pagi. Tuhan mencurahkan berkat baru, menyambut kita dengan penuh kasih setiap kita membuka mata terbangun dari tidur. Masalah boleh ada, tapi kita punya Tuhan yang luar biasa besar kasih setiaNya yang sanggup membawa kita terbang mengatasi itu. Ada begitu banyak janji berkat Tuhan kepada kita. Ada begitu banyak kebaikan Tuhan yang tertulis dalam alkitab. Hari ini mari kita fokus kepada satu bagian dari Mazmur saja, Mazmur 103, karena bagian ini memuat berbagai kebaikan Tuhan yang Dia berikan kepada kita setiap hari.

§ Dia mengampuni dosa kita. (ay 3)

§ Dia menyembuhkan segala penyakit kita (ay 3)

§ Dia menebus hidup kita dari kebinasaan (ay 4)

§ Dia memahkotai kita dengan kasih setia dan rahmat (ay 4)

§ Dia memuaskan hasrat/kebutuhan kita dengan kebaikan sehingga kita diperbaharui seperti masa muda rajawali (ay 5)

§ Dia menjalankan keadilan dan hukum bagi anak-anakNya yang tertindas. Tuhan memerdekakan kita. (ay 6)

§ Dia memperkenalkan jalan-jalanNya, rancanganNya kepada anak-anakNya. (ay 7)

§ Dia begitu sabar dalam memberikan kesempatan bagi kita untuk berubah (ay 8)

§ Dia penuh kasih, setinggi langit di atas bumi besar kasihnya pada 8,11).

§ Dia bukanlah sosok yang mendendam dan selalu menuntut. Dia Bapa yang selalu mengerti, peduli dan pengampun. (ay 9-10,12)

§ Dia sosok Bapa yang sayang anak-anakNya (ay 13)

§ Kasih setiaNya berlimpah (ay 8) dan berlaku selama-lamanya, turun-temurun (ay 17)

Tuhan mengenal betul karakter kita manusia, ciptaanNya yang lemah dan terbatas. Kita ini hanyalah debu (ay 14), masa hidup kita singkat (15-16). "Tetapi kasih setia TUHAN dari selama-lamanya sampai selama-lamanya atas orang-orang yang takut akan Dia, dan keadilan-Nya bagi anak cucu, bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan yang ingat untuk melakukan titah-Nya.". Bagi kita semua yang berpegang pada perjanjianNya, dan mau melakukan perintahNya, Tuhan sudah menegakkan tahtaNya di surga, kerajaanNya berkuasa atas segala-galanya. (ay 18-19). Artinya tidak ada masalah sama sekali bagi Tuhan untuk mencurahkan rahmatNya dikala kita mengalami kesulitan, karena Dia berkuasa atas segalanya, untuk selamanya. Pagi ini sudahkah anda bangun dan mensyukuri segala kebaikan yang dihadirkan Tuhan dalam hidup anda? Sudahkah anda berterimakasih atas rahmat baru yang dicurahkanNya tadi pagi? Jika sudah, teruslah pastikan untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikanNya. Jika belum, mulailah hari ini. Tinggallah dalam hadiratNya dalam doa dan ingat terus rahmatNya kepada anda. Pertahankanlah terus maka anda akan menjadi lebih kuat dalam iman dan semakin menyadari kasih Tuhan lebih dari waktu-waktu sebelumnya. Jadikan berkat Tuhan menjadi nyata dan hidup dalam diri anda setiap hari

ANGGAPAN YANG MENYESATKAN

Lalu Abraham berkata: "Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku. (Kej 20:11)

Bacaan : Kejadian 20 : 1 - 14

Semua lelaki berhidung belang. Tak bisa dipercaya,” begitulah anggapan Rina selama ini. Setelah menikah, anggapan menyesatkan ini membuatnya jadi gampang curiga pada suaminya. Diam-diam ia suka memeriksa isi dompet suami, membaca semua SMS-nya, dan memeriksa baju yang baru dipakainya. Pada jam istirahat siang, sering Rina datang ke kantor suaminya untuk memantau apa yang sedang ia lakukan. Hatinya selalu bertanya, “Adakah tanda-tanda suamiku selingkuh?” Sikap janggalnya justru membuat mereka berdua sering bertengkar. Relasi keduanya pun makin terpuruk. Anggapan menyesatkan bisa meracuni pikiran dan membuat kita salah bertindak. Lihatlah Abraham! Ketika memasuki daerah kekuasaan Abimelekh, Raja Gerar, ia menganggap raja ini orang jahat yang tidak takut akan Allah (ayat 11). Pikirnya, jika Raja tahu Sara itu istrinya, pasti ia akan dibunuh dan Sara akan diperistri. Anggapan keliru ini membuat Abraham dan istrinya salah bertindak. Mereka berbohong. Raja diberi tahu bahwa Sara bukan istri Abraham, melainkan saudaranya. Hasilnya? Kebohongan itu justru membuat Raja berniat memperisteri Sara, karena mengira ia belum bersuami! Anggapan mereka yang keliru membuat situasi jadi tambah runyam, padahal Raja ternyata tak sejahat yang mereka bayangkan. Syukur Allah campur tangan menyelesaikan masalah itu. Apakah Anda suka berprasangka negatif terhadap orang lain? Berhati-hatilah! Anggapan menyesatkan bisa mendorong Anda berbuat salah, bahkan dosa. Lebih baik belajarlah berpikir positif terhadap sesama.

PRASANGKA NEGATIF MEMBUTAKAN; MEMBUAT PERBUATAN BAIK ORANG TAMPAK SEBAGAI KEJAHATAN

___________________________________________

Kejadian 20 : 1 – 14

20:1 Lalu Abraham berangkat dari situ ke Tanah Negeb dan ia menetap antara Kadesh dan Syur. Ia tinggal di Gerar sebagai orang asing.

20:2 Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya: "Dia saudaraku," maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara.

20:3 Tetapi pada waktu malam Allah datang kepada Abimelekh dalam suatu mimpi serta berfirman kepadanya: "Engkau harus mati oleh karena perempuan yang telah kauambil itu; sebab ia sudah bersuami."

20:4 Adapun Abimelekh belum menghampiri Sara. Berkatalah ia: "Tuhan! Apakah Engkau membunuh bangsa yang tak bersalah?

20:5 Bukankah orang itu sendiri mengatakan kepadaku: Dia saudaraku? Dan perempuan itu sendiri telah mengatakan: Ia saudaraku. Jadi hal ini kulakukan dengan hati yang tulus dan dengan tangan yang suci."

20:6 Lalu berfirmanlah Allah kepadanya dalam mimpi: "Aku tahu juga, bahwa engkau telah melakukan hal itu dengan hati yang tulus, maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia.

20:7 Jadi sekarang, kembalikanlah isteri orang itu, sebab dia seorang nabi; ia akan berdoa untuk engkau, maka engkau tetap hidup; tetapi jika engkau tidak mengembalikan dia, ketahuilah, engkau pasti mati, engkau dan semua orang yang bersama-sama dengan engkau."

20:8 Keesokan harinya pagi-pagi Abimelekh memanggil semua hambanya dan memberitahukan seluruh peristiwa itu kepada mereka, lalu sangat takutlah orang-orang itu.

20:9 Kemudian Abimelekh memanggil Abraham dan berkata kepadanya: "Perbuatan apakah yang kaulakukan ini terhadap kami, dan kesalahan apakah yang kulakukan terhadap engkau, sehingga engkau mendatangkan dosa besar atas diriku dan kerajaanku? Engkau telah berbuat hal-hal yang tidak patut kepadaku."

20:10 Lagi kata Abimelekh kepada Abraham: "Apakah maksudmu, maka engkau melakukan hal ini?"

20:11 Lalu Abraham berkata: "Aku berpikir: Takut akan Allah tidak ada di tempat ini; tentulah aku akan dibunuh karena isteriku.

20:12 Lagipula ia benar-benar saudaraku, anak ayahku, hanya bukan anak ibuku, tetapi kemudian ia menjadi isteriku.

20:13 Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku."

20:14 Kemudian Abimelekh mengambil kambing domba dan lembu sapi, hamba laki-laki dan perempuan, lalu memberikan semuanya itu kepada Abraham; Sara, isteri Abraham, juga dikembalikannya kepadanya.

Wednesday, November 18, 2009

Tidak Akan Pernah Jatuh

Ayat bacaan: 2 Petrus 1:10 ===================== "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." Apakah anda pernah tersandung lalu terjatuh? Seorang anak kecil yang melintas di depan rumah saya sore ini tersandung selagi berjalan di atas permukaan jalan yang berbatu-batu. Ketidakhati-hatiannya membuatnya terjerembap jatuh. Untung dia tidak mengalami masalah apa-apa. Ia langsung bangkit dan berjalan lagi meski agak sedikit terpincang-pincang di awalnya disertai wajah yang agak meringis. Kita semua pernah mengalami hal ini. Bukan hanya di jalan terjal, berbatu, tapi terkadang di jalan yang mulus itu bisa terjadi. Jalan mulus bisa membuat kita tidak waspada, sehingga ketika ada sebentuk benda yang tidak kita lihat menghalangi langkah kita, kita pun bisa tersandung karenanya. Tersandung bisa sepele, tapi bisa pula menjadi berat jika ekses yang diakibatkan ternyata mencederai kita secara serius. Teman saya di SMA pernah tersandung begitu selesai bermain basket. Posisi jatuhnya ternyata cukup berakibat fatal. Ia kehilangan beberapa gigi karena mulutnya tepat menghantam permukaan keras di mana ia jatuh. Adik saya sempat sobek bibirnya karena jatuhnya menghantam ujung meja. Di sisi lain, kita seringkali tersandung dan bisa kembali melanjutkan langkah kita seperti halnya si anak. Jatuh bangun dalam iman pun dialami oleh banyak orang. Bahkan ada orang yang sudah begitu sering jatuh bangun sehingga mereka sudah sulit menerima bahwa mereka sebenarnya direncanakan untuk tidak pernah jatuh. Tuhan sebenarnya sudah menjanjikan bahwa kita anak-anakNya tidak akan pernah tersandung dan jatuh. Firman Tuhan berkata bahwa ada sesuatu yang dapat membuat kita tetap berdiri tegak dan terhindar dari kejatuhan ini. Apa itu? Ketekunan. Ketekunan untuk berusaha lebih serius lagi atas panggilan dan pilihan Allah atas diri kita. Paulus menggambarkannya demikian: "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1:10). Kata tersandung dalam versi bahasa Inggris dijelaskan dengan "stumble or fall." Tidak hanya tersandung, tapi juga terjatuh. Kata ketekunan atau keseriusan, kerajinan untuk berusaha keras untuk lebih sungguh-sungguh ini memiliki arti yang sangat penting. Kita perlu tahu bahwa kita tidak akan pernah dapat menghayati hidup yang penuh kemenangan tanpa adanya ketekunan ini. Panggilan dan pilihan Allah, ini dijelaskan oleh Petrus di awal perikop. "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib." (ay 1). Sejalan dengan ini, Paulus menulis rincian yang lebih jelas. "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." (Roma 8:30). Sejak semula Allah telah memilih dan menentukan panggilanNya. Inilah yang harus kita teguhkan dengan sungguh-sungguh, jangan disepelekan dan tidak diperhatikan. Bersungguh-sungguh artinya tidak sekedar menjalankan. Bersungguh-sungguh ada pada level di atasnya. Tekun berdoa, rajin beribadah, bisa dilakukan hanya karena rutinitas, sesuatu yang sudah terpola dari keluarga, atau alasan-alasan duniawi lainnya. Bersungguh-sungguh artinya melakukan lebih dari itu, dengan menyadari dengan sepenuhnya, mendasarkan setiap doa, pujian, penyembahan, perenungan dan sebagainya dari hati yang paling dalam yang memandang Tuhan dengan kasih tulus dan murni. Seperti apa bentuknya? Petrus menjabarkannya seperti ini: "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2 Petrus 1:5-7). Lihatlah rantai yang terjalin dalam ayat-ayat ini. Itulah bentuk usaha sungguh-sungguh untuk lebih meneguhkan panggilan dan pilihan yang telah ditetapkan Tuhan sejak semula. Petrus, Paulus dan murid-murid lainnya tahu bahwa kita tidak akan mampu hidup dengan iman ala kadarnya. Kita tidak bisa hidup dengan mengabaikan nilai dan prinsip kekristenan dan berharap dapat tetap diselamatkan. Dan kita pun tidak bisa melakukannya setengah-setengah. Di satu sisi kita taat, di sisi lain kita langgar. Di saat tertentu kita patuh, tapi di saat lain kita mengabaikannya. Tidak, ini tidaklah menggambarkan sebuah kesungguhan. Yakobus berkata "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya." (Yakobus 2:10). Kita tidak akan bisa berdiri teguh tanpa membaca alkitab sepanjang minggu. Tidak akan pernah cukup jika kita hanya mengandalkan kebaktian seminggu sekali di gereja saja, lalu hidup sepenuhnya tanpa Tuhan selama seminggu penuh. Itu tidak akan pernah cukup. Jika kita termasuk dalam golongan ini, tidaklah heran jika kita terus saja tersandung, terjatuh dan lagi-lagi gagal. Tuhan berfirman: "Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil, dan setiap orang yang melontarkan tuduhan melawan engkau dalam pengadilan, akan engkau buktikan salah. Inilah yang menjadi bagian hamba-hamba TUHAN dan kebenaran yang mereka terima dari pada-Ku, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 54:17). Yes! Inilah bagian dari kebenaran yang seharusnya kita terima. Kita seharusnya dicanangkan untuk tidak pernah tersandung dan terjatuh. Never stumble or fall. Berusaha sungguh-sungguh untuk meneguhkan panggilan dan pilihan kita akan membawa kita naik ke level yang lebih tinggi, dimana semua berkat Tuhan berada. "Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 1:11). Ini janji Tuhan bagi kita semua. Jika demikian, haruskah kita terus tersandung dan terjatuh? Firman Tuhan berkata: "Sekali-kali tidak!" (Roma 11:11). Jika kita ingin bertahan menghadapi hari-hari yang sulit yang akan terus datang, kita semua membutuhkan iman yang dewasa, sebentuk iman yang dapat memindahkan gunung. Dan caranya tidak lain adalah dengan lebih sungguh-sungguh lagi menyerahkan diri kita kepada Firman. Jika kita sudah melakukannya, berusahalah untuk lebih baik dan lebih rajin lagi daripada sebelumnya. Paulus berkata: "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Rajinlah untuk memastikan bahwa panggilan dan pilihan atas kita tetap teguh. Dan lihatlah, tidak peduli betapa pun sulitnya keadaan, kita tidak perlu jatuh. Hindari tersandung dan jatuh dengan lebih bersungguh-sungguh lagi bertekun memenuhi pilihan dan panggilan Tuhan

SALAM KUTUKAN

Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata! ( 1 Kor 16:22)

Bacaan : 1 Korintus 16 : 19 - 24

Berbeda dengan surat-surat Paulus yang lain, surat Paulus kepada jemaat di Korintus ditutup oleh salam yang bernada keras, “Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia.” Ada apa dengan Paulus dan jemaat di Korintus hingga ia menulis kata-kata yang keras dalam suratnya? Mari kita simak latar belakangnya sejenak. Jemaat Korintus sesungguhnya adalah jemaat yang luar biasa. Mereka adalah jemaat yang pernah dilayani oleh hamba-hamba Tuhan yang luar biasa (1:12) dan juga jemaat yang anggotanya memiliki berbagai macam karunia rohani. Namun sayang, hal itu tidak membuat gereja ini bersatu padu dalam melayani Tuhan; malah menimbulkan perpecahan di dalam tubuh gereja. Perpecahan itu sangat tajam, sehingga masing-masing kelompok menganggap dirinya paling penting dan hebat. Bak seorang dokter yang mendiagnosis penyakit, Paulus menyatakan bahwa penyebab dari perpecahan jemaat di Korintus adalah hilangnya kasih akan Tuhan di tengah-tengah mereka. Mereka lebih mengasihi diri sendiri daripada Tuhan. Itulah Paulus. Menyatakan secara tegas nasihatnya. Ia mau supaya mereka lebih mengasihi Tuhan. Mengasihi Tuhan seharusnya menjadi tujuan hidup manusia—termasuk ketika kita memakai segala kemampuan, bakat, atau karunia yang kita miliki. Ketika kita kehilangan tujuan ini, hasilnya adalah keangkuhan. Ketika ada keangkuhan dalam komunitas. hasilnya adalah perpecahan. Jadi, marilah kita kembalikan tujuan hidup kita kepada tujuan yang sebenarnya, yaitu mengasihi Tuhan!

DIA HARUS SEMAKIN BERTAMBAH, AKU HARUS SEMAKIN BERKURANG

____________________________________________

1 Korintus 16 : 19 – 24

16:19 Salam kepadamu dari Jemaat-jemaat di Asia Kecil. Akwila, Priskila dan Jemaat di rumah mereka menyampaikan berlimpah-limpah salam kepadamu.

16:20 Salam kepadamu dari saudara-saudara semuanya. Sampaikanlah salam seorang kepada yang lain dengan cium kudus.

16:21 Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus.

16:22 Siapa yang tidak mengasihi Tuhan, terkutuklah ia. Maranata!

16:23 Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu.

16:24 Kasihku menyertai kamu sekalian dalam Kristus Yesus.

Tuesday, November 17, 2009

KAPOK

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku. (Fil 3: 13)

Bacaan : Kisah Para Rasul 14 : 19 - 28

Anda pernah kapok melakukan sesuatu? Kapok bisa baik, bisa juga buruk. Kapok yang baik berkenaan dengan perilaku buruk. Misalnya, kapok merokok karena pernah opname di rumah sakit terkena radang tenggorokan akut. Atau, kapok kebut-kebutan naik sepeda motor, karena pernah kecelakaan. Sedangkan kapok yang buruk berkenaan dengan perilaku baik. Misalnya, kapok melayani di gereja karena pernah dikecewakan; kapok membantu orang lain karena pernah disalahartikan; atau kapok menyatakan cinta karena pernah ditolak mentah-mentah. Kapok yang buruk inilah yang harus kita hindari. Sebab untuk melakukan hal-hal baik tidak boleh ada kata kapok. Suatu kali Paulus tengah melakukan perjalanan pekabaran Injil ke kota Listra. Diluar dugaan, sekelompok orang Yahudi mendatangi dan menganiayanya. Begitu parah sampai-sampai orang banyak menyangkanya telah mati (ayat 19). Tidak disebutkan berapa banyak luka-luka yang dideritanya, tetapi kita bisa membayangkan betapa parah dan menderitanya Paulus. Kapokkah Paulus? Ternyata tidak. Keesokan harinya ia bangkit dan melanjutkan perjalanan (ayat 20). Apa rahasia ketegaran dan keteguhan Paulus? Dalam Filipi 3:13 ia menulis, ”Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku.” Ya, Paulus tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam luka dan kepahitannya di masa lalu. Sebaliknya ia mengarahkan diri kepada ”apa yang dihadapannya”, yaitu visi hidupnya untuk memberitakan Injil kepada sebanyak mungkin orang. Dan ia lalu fokus kepada panggilannya itu. Karenanya ia tidak pernah kapok. Tetap tegar dan teguh.

DUA SIKAP YANG BISA MEMBUAT ORANG TIDAK MAJU: TIDAK BERBUAT APA-APA DAN KAPOK BERBUAT SESUATU

____________________________________________

Kisah Para Rasul 14 : 19 – 28

14:19 Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka. Lalu mereka melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota, karena mereka menyangka, bahwa ia telah mati.

14:20 Akan tetapi ketika murid-murid itu berdiri mengelilingi dia, bangkitlah ia lalu masuk ke dalam kota. Keesokan harinya berangkatlah ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe.

14:21 Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia.

14:22 Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara.

14:23 Di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan penatua-penatua itu kepada Tuhan, yang adalah sumber kepercayaan mereka.

14:24 Mereka menjelajah seluruh Pisidia dan tiba di Pamfilia.

14:25 Di situ mereka memberitakan firman di Perga, lalu pergi ke Atalia, di pantai.

14:26 Dari situ berlayarlah mereka ke Antiokhia; di tempat itulah mereka dahulu diserahkan kepada kasih karunia Allah untuk memulai pekerjaan, yang telah mereka selesaikan.

14:27 Setibanya di situ mereka memanggil jemaat berkumpul, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka, dan bahwa Ia telah membuka pintu bagi bangsa-bangsa lain kepada iman.

14:28 Di situ mereka lama tinggal bersama-sama dengan murid-murid itu.

Sunday, November 15, 2009

Lepaskan Pegangan Anda

Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Amsal 3:5

Suatu hari, Kerry Shook, penulis buku "One Month to Live" mengajak putranya bermain ke taman. Begitu sampai di taman, putranya Josh langsung berlari ke arah permainan yang paling di sukainya, sebuah palang untuk bergantung.

"Tolong angkat aku untuk bergantung di palang ini," demikian pintanya pada sang Ayah.

Kerry lalu mangangkatnya, dan tangan kecil Josh langsung berpegang erat pada palang tersebut tanpa dipegang lagi oleh ayahnya.

Kaki kecilnya bergantung sekitar 5 kaki di atas tanah, dan Josh terlihat begitu bangga bisa kuat bergantung disana. Sekitar beberapa menit kemudian, dia mulai lelah dan meminta di turunkan.

"Ayah, tolong turunkan saya."

Ayahnya menjawab,"Josh, lepaskan saja peganganmu dan aku akan menangkapmu."

Terlihat segurat keraguan di wajahnya, dia berkata,"Tidak, turunkan aku."

Kembali Kerry berkata,"Josh, jika kamu lepaskan peganganmu, aku akan menangkapmu."

"Tidak, turunkan aku."

"Josh, aku mencintaimu. Aku janji, aku akan menangkapmu."

Bagi Kerry ini adalah kesempatan untuk mengajar Josh bahwa dia bisa mempercayai ayahnya. Josh hanya perlu melepaskan pegangan pada palang itu, dan ayahnya akan menangkapnya. Tetapi pria kecil itu bertahan dengan seluruh kekuatannya bergantung di palang itu. Dia berpegangan hingga tangannya mulai kelelahan dan tidak bisa bertahan lagi. Akhirnya dia lepaskan pegangannya dan dia ditangkap oleh ayahnya.

Sebuah senyum mengembang diwajahnya, dia diturunkan ke tanah oleh ayahnya dan langsung berlari untuk bermain ayunan.

Pelajaran untuk Josh telah selesai, namun ayahnya, Kerry tiba-tiba mendengar suara Tuhan dengan jelas yang berbicara kepadanya.

Seperti itulah hubunganmu denganKu. Kamu sering berpegangan dengan suatu keputusasaan pada palang kehidupanmu, coba melakukan sesuatu dengan kekuatanmu sendiri. Kamu mengalami pergumulan yang tiada akhir, mencoba mengendalikan semua situasi. Kamu bertahan dan berpikir bahwa tidak ada orang yang akan menangkapmu sehingga kamu pikir lebih baik kamu bertahan di palang tersebut dan mempererat pegangan. Ketika kamu lelah bergantung, dan tanganmu mulai lemah, Aku berkata, "Lepaskan pegangan, dan Aku akan menangkapmu. Lepaskan peganganmu. Aku janji, Aku mencintaimu dan akan menangkapmu.

Seringkali kita mencoba mengerjakan segala sesuatu dengan kekuatan kita sendiri, berpikir sebaiknya kita kekiri, ketika Tuhan berkata ke kanan.

Hari ini Dia berkata, "Aku membentukmu dengan tanganKu sendiri. Aku menciptakanmu dengan sebuah tujuan, dan Aku mati untuk menebusmu. Mengapa kamu tidak bisa mempercayaiKu? Aku memberikan hidupKu untukmu. Aku Tuhan atas alam semesta ini. Kamu hanya perlu melepas peganganmu, dan Aku akan menangkapmu."

Bapa sorgawi ingin Anda dan saya untuk mempercayainya. Jika Anda berkeras untuk mengendalikan keadaan Anda sendiri, berjuang dengan kekuatan Anda sendiri, merencakan apa yang baik menurut pikiran Anda sendiri, Anda akan kelelahan. Anda akan kehabisan daya.

Ini adalah saatnya Anda mengambil sebuah resiko untuk melepaskan pegangan Anda. Ini saatnya untuk mengalami kuasa Tuhan bagaimana Dia menyatakan mukjizatnya dalam hidup Anda bahkan pada bagian-bagian yang tidak pernah Anda pikirkan sebelumnya.

Mempercayai Tuhan membutuhkan keberanian, hal itu di butuhkan iman. Namun mempercayai Tuhan tidak akan pernah merugikan. Memang, jantung Anda akan sedikit deg-degan, tapi percayalah Dia selalu tepat waktu dan tidak mungkin meleset untuk menangkap Anda.

Waktu Tuhan selalu indah, dan Dia dapat dipercaya.

Orang Tua Bijak

Ayat bacaan: Amsal 29:17 ===================== "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu." Ada begitu banyak musisi besar yang terbentuk sejak kecil. Sebagian mewarisi DNA orang tuanya yang juga pemusik, sebagian lagi menemukan bakatnya ketika orang tua mereka membelikan mereka alat musik. Pada suatu kali seorang anak mendapati piano dipindahkan ke dalam kamarnya. Disana sang ibu sering bermain piano dan mengajarkannya bermain. Berawal dari sana , si anak ternyata menemukan bakatnya. Disamping piano, ia pun sering bermain-main dengan gitar ayahnya. Berbagai pengalaman terus membentuknya seiring sang anak menjadi dewasa. Ia pun kemudian menjelma menjadi salah satu musisi yang sangat terkenal hari ini. Dia adalah David Benoit. Selain tanggung jawab untuk menyekolahkan dan memberi makan anak-anak kita, pentingnya mendidik dan mendewasakan mereka, menyiapkan mental mereka sejak kecil pun menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Ada banyak orang tua melupakan aspek ini karena mereka terlalu sibuk untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara materil saja. Banyak orang tua terutama ayah yang jarang di rumah karena terlalu sibuk bekerja, dan ketika mereka di rumah mereka tidak lagi punya waktu untuk bermain atau mendidik anak-anaknya karena sudah terlalu lelah bekerja. Kelelahan pun seringkali membuat mereka gampang emosi. Sedikit saja ada yang tidak beres, amarah pun meledak sehingga anak-anak menjadi takut melihat mereka. Ketika anak mereka terjerumus ke dalam berbagai perilaku buruk, mereka pun menjadi heran. "Bukankah aku sudah mati-matian mencukupi semua kebutuhanmu? Lalu apalagi yang kurang?" Ini keluhan banyak orang tua ketika mereka mendapati anaknya terjatuh dalam kehidupan yang salah. Mereka lupa bahwa mempersiapkan anak sejak kecil agar bertumbuh di tanah yang baik merupakan investasi yang sangat menguntungkan ke depannya. Karena itulah penulis Amsal berkata: "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17). Bagaimana Timotius bisa menjadi seorang pemimpin gereja pada usia mudanya? Dalam usia yang masih sangat muda, Timotius sudah dikenal sebagai anak rohani Paulus yang kemudian menjadi teman sekerja Paulus dalam melayani. Alkitab mencatat semua itu berawal dari nenek Timotius yaitu Lois. Iman sang nenek, Lois kemudian turun kepada ibunya, Eunike, dan kemudian diwariskan pula kepada Timotius sang anak. Alkitab mencatat demikian "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu" (2 Timotius 1:5). Kita bisa melihat bahwa peran nenek dan ibu Timotius sungguh besar dalam memberi keteladanan kepadanya, membekali dirinya dengan firman Tuhan sehingga ia pun bertumbuh benar sejak kecil dan kemudian dipakai Tuhan dengan luar biasa sejak masa mudanya. Timotius menjadi orang benar bukan karena kotbah penginjil, tapi justru lewat peran nenek dan ibunya yang membimbing Timotius, mengenalkannya dengan firman Tuhan semenjak kecil. Paulus mengingatkan kepada Timotius bahwa tugasnya sesungguhnya tidaklah mudah. "Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (3:12-13) Agar bisa tetap kuat dan teguh dalam pelayanan, Paulus pun menasehati Timotius untuk terus berpegang kepada kebenaran seperti yang telah diajarkan oleh ibu dan neneknya sejak kecil. "Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus." (ay 14-15). Lihatlah bagaimana besarnya keuntungan dari investasi iman yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Peran orang tua sangatlah penting dalam perkembangan jiwa dan kepribadian anak-anak mereka menuju kedewasaan. Mungkin banyak orang tua yang mengajar anak-anaknya sejak kecil lewat firman Tuhan, namun apa yang mereka contohkan dalam perilaku sehari-hari justru menggambarkan sebaliknya. Hal itu tidak akan memberi keteladanan yang baik kepada si anak. Ada banyak pula orang tua yang bersikap otoriter, memaksakan kehendak mereka dan tidak jarang menimbulkan kepahitan dalam jiwa anak-anaknya. Paulus pun mengingatkan akan hal ini: "Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya." (Kolose 3:21) dan dalam kesempatan lain ia berkata: "Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4). Jika kita ada di posisi anak, jangan pula kita menolak ajaran yang diberikan orang tua kita. "Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu". (Amsal 1:8). Ingatlah bahwa membekali anak dengan firman Tuhan akan sangat menentukan bagi masa depan anak-anak kita. Mungkin tidak gampang untuk bisa menunjukkan keteladanan di tengah pergolakan hidup yang begitu sulit. Saya menyadari sulitnya mengemban begitu banyak tugas dan tanggungjawab sebagai orang tua, namun jika hal itu bisa memberikan investasi yang sangat menguntungkan bagi masa depan anak-anak kita, mengapa tidak? Jika kita mendidik anak kita dengan benar sejak dini sesuai dengan jalan Tuhan, dan memberikan mereka keteladanan bagaimana cara hidup yang berkenan di hadapan Tuhan, pada satu saat nanti kita sebagai orang tua akan mendapatkan ketentraman dan sukacita melihat pola hidup mereka. Ingatlah bahwa anak-anak kita akan selalu memperhatikan cara hidup kita tanpa disadari, dan memberi contoh hidup yang baik, kudus dan benar akan membuat mereka menjadi anak-anak yang mengenal Tuhan sejak usia mudanya. Jadilah orang tua bijak.

Pengenalan akan firman Tuhan yang ditanamkan sejak kecil merupakan investasi yang menguntungkan bagi masa depan anak

Boleh Gak Berpenampilan Beda?

To th' deck swabbers of Catatan Si Fery GFresh!

Fery GFresh Novembarrr 8 roundabouts 3:48 in the mornin'

Pertanyaan yang populer dalam pelayanan remaja adalah… “Bolehkah berpenampilan ‘beda’ saat melayani di gereja?”. Maksudnya ‘beda’ disini tau kan , misalnya rambut dicat, pake baju trendi, bertato dst, dkk, dll, dsb. Ini karena banyak remaja memang senang berpenampilan heboh atau ngikutin trend, sementara para pemimpin pelayanan yang kita libatin kebanyakan menganggap hal itu gak sopan (kalo gak mau dibilang sesat!). Jawaban pertanyaan itu biasanya berkutat dari 2 jawaban, yakni: (1) ‘ya, boleh’ (alasan: don’t judge book by its cover) atau: (2) ‘no way!’ (alasan: jangan jadi batu sandungan!). Ini dia, aku punya jawaban selain dua yang tadi. Ya, sebenernya gabungan dari dua tadi. Segala sesuatu kembali pada tujuan kita hidup di dunia: (1) menyembah Tuhan (2) melayani manusia (baca GFresh! Edisi Desember 2007). Kalo kita mau melakukan sesuatu, liat dulu dua tujuan kita itu. Kalo dinyanyiin sama Duo Maia mungkin lagunya jadi kayak gini: “Aku mau makan, kuingat Tuhan. Aku mau ngecat rambut kuingat Tuhan dan orang lain”… hehe, lagunya jadi gak enak gini ya? Hmm.. Jadi jawabannya ‘no way’ dong? Alias gak boleh berpenampilan beda? Eitss, belum tentu. Pertama tanya dulu apakah Tuhan berkenan, lalu yang kedua liat apakah orang lain jadi tersandung atau nggak. Paulus wanti-wanti banget jangan sampe kita jadi batu sandungan lho. Nggak jadi batu sandungan bukan berarti harus jadi konvensional lho. Jadi konvensional justru kadang malah jadi batu sandungan. Saya punya cerita temen saya seorang worship leader di sebuah persekutuan pemuda yang jemaatnya banyak anak rocker dan punk, lalu dia malah berpenampilan kayak bapak-bapak taun 70-an, kelimis, berjas, berdasi, sepatu mengkilat. Tentu saja ini malah jadi batu sandungan, jemaatnya pada ngetawain en kabur. Beda lagi sama satu anak muda yang ngotot pengen pake jeans sobek waktu melayani, padahal yang dilayani para bapak-bapak profesional yang udah tua-tua. Yaaa… hasilnya dianggap menghina en gak sopan. Itu juga jadi batu sandungan. So, intinya setelah tanya Tuhan, liat sikon. Liat orang lain. Jangan sampe Tuhan gak nyampe kepada mereka gara-gara kita melayani jadi batu sandungan. Tapi. ada jawaban lain yang lebih hebat. Kalo kita pengen berpenampilan 'seenak' kita tapi orang lain gak tersandung adalah dengan cara menonjolkan or memperlihatkan hati dan perbuatan kita. Inget Romo Mangun? Penampilannya mungkin bagi sebagian orang dianggap gak keren, gondrong, berjanggut gak rapi, berpakaian gak formal. Tapi kok orang lain malah segan sama dia, bahkan ‘memuja’nya. Itu karena Romo Mangun terkenal hatinya yang baik, dan perbuatannya yang berdampak bagi masyarakat yang dilayaninya. Penampilan? So what gitu lho! Masalahnya, kita suka bilang ‘jangan liat penampilanku’ tapi justru penampilan doang yang kita tonjol-tonjolkan, sedangkan perbuatan dan hati kita? Biasa-biasa aja (atau bahkan malah buruk, o my God!). “Sebab kalau Allah memerintah hidup seseorang, apa yang ia boleh makan atau minum, tidak lagi penting. Yang penting ialah bahwa orang itu menuruti kemauan Allah, mengalami ketenangan hati dan menerima sukacita yang diberikan oleh Roh Allah. Orang yang melayani Kristus secara demikian, orang itu menyenangkan hati Allah, dan dihargai oleh orang-orang lain.” Roma 14:17-18 BIS. be groovy Fery GFRESH!

Serangan Jantung - Mengapa Menyimpan ASPIRIN Di Dekat Tempat Tidur?

Mengapa Menyimpan Aspirin di Dekat Tempat Tidur? Mengenai serangan jantung. Ada tanda-tanda lain dari serangan jantung selain sakit di lengan kiri. Anda juga harus berhati2 terhadap gejala2 rasa sakit yang amat sangat pada dagu, maupun mual (nausea) dan banyak berkeringat, namun tanda-tanda ini dapat terjadi lebih jarang. Catatan: Ada kemungkinan tidak ada kesakitan pada dada pada saat serangan jantung. Kebanyakan orang (sekitar 60%) yang terkena serangan jantung pada saat tidur, tidak terbangun lagi. Namun, bila terjadi, rasa sakit pada dada dapat membangunkan Anda dari tidur. Bila itu terjadi, segera larutkan dua aspirin dalam mulut Anda dan telan dengan sedikit air. Setelah itu- telepon tetangga atau anggota keluarga yang tinggal dekat dengan Anda- katakan "serangan jantung!"- katakan bahwa Anda telah meminum 2 aspirin.- duduk di atas kursi atau sofa dekat dengan pintu depan, dan tunggu kedatangan mereka dan Jangan berbaring~ Seorang kardiolog menyatakan bahwa, bila setiap orang, setelah menerima e-mail ini, mengirim ke 10 orang, mungkin satu jiwa dapat diselamatkan! Saya telah berbagi informasi iniBagaimana dengan Anda?

Anak Kecil Pemilik Roti dan Ikan

Ayat bacaan: Yohanes 6:9 ==================== "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" Kepolosan dan keluguan anak kecil memang luar biasa. Ketika mereka berkata mereka punya cita-cita tinggi, menjadi dokter, pilot dan sebagainya, mereka tidak pernah dipengaruhi oleh logika-logika yang biasanya dimiliki orang dewasa mengenai mungkin dan tidaknya hal itu terjadi. Wajar ketika seorang teman pada suatu ketika tertawa melihat reaksi anak kecil seperti ini dan berkata bahwa mereka belum tahu bagaimana pahitnya hidup sehingga bisa semudah itu bercita-cita. Tapi justru keluguan anak-anak ini yang diminta Yesus sendiri untuk kita teladani. Kita bisa belajar dari mereka yang belum terkontaminasi berbagai logika dan pikiran manusiawi yang seringkali justru menghambat kita dalam mencapai keberhasilan. Kemarin kita sudah melihat bagaimana Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu pria belum termasuk wanita dan anak-anak bahkan menyisakan dua belas bakul penuh roti dan ikan. Kita melihat bagaimana Tuhan bisa memakai sesuatu yang mungkin tidak berarti besar bagi kita untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Dari mana roti dan ikan itu berasal? Dalam Injil Markus memang tidak disebutkan dari mana asalnya. Namun Injil Yohanes menuliskan dari mana ikan itu berasal, yaitu dari seorang anak kecil. "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan." (Yohanes 6:9). Mari kita lihat kronologi peristiwa itu yang tercatat dari versi pengamatan Yohanes. Pada saat itu menurut Injil Yohanes, dikatakan bahwa Yesus menanyakan kepada Filipus bagaimana untuk memberi makanan untuk seluruh orang yang berkumpul mendengar pengajaran Yesus. "Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." (ay 7). Filipus satu dari murid Yesus yang hadir disana melihat kemustahilan untuk bisa memberi makan demikian banyak orang dengan uang yang mereka miliki sesuai dengan logika manusianya. Lalu diantara murid-murid itu, seorang murid lain bernama Andreas, saudara simon Petrus ternyata bergerak melihat sekelilingnya, dan ia mendapatkan seorang anak yang memiliki bekal lima roti dan dua ikan. Maka ia pun berkata "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?". (ay 9). Andreas mencari dan melihat bahwa ada lima roti dan dua ikan yang dimiliki oleh seorang anak kecil. Tapi mana mungkin itu cukup? Andreas pesimis dengan apa yang ia dapatkan. Bagaimana reaksi anak kecil itu sendiri? Dari apa yang kita baca selanjutnya, kita tidak mendapati penolakan dari si anak. Tampaknya anak kecil itu dengan sukarela memberikan apa yang ia miliki. Lalu Yesus pun mengucap syukur atas roti dan ikan, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang. Luar biasa, jumlah bekal yang kecil itu cukup untuk mengenyangkan semua orang disana bahkan berlebih. Anak kecil itu tidak pernah kita ketahui namanya. Kita tidak tahu siapa dia. Tapi meski demikian, ia tercatat dalam Alkitab yang masih bisa kita baca sampai hari ini. Semua berawal dari iman dan kerelaannya untuk memberi. Kita bisa belajar dari reaksi si anak. Jelas bahwa apa yang ia miliki secara kemampuan daya pikir kita tidak akan cukup untuk memberi makan 5000 orang lebih. Tapi ia tidak menolak sama sekali. Meski ketika Andreas menyatakan keraguannya akan jumlah yang sedikit itu. Si anak kecil tidak menjadi pesimis waktu apa yang ia miliki disepelekan Andreas. Ia bisa saja berkata "ya sudah, kalau memang tidak cukup, saya makan sendiri saja.. biar bagaimana ini kan punya saya.." Anak kecil itu bisa menolak, apalagi ketika apa yang ia miliki tidak dihargai sepenuhnya oleh Andreas. Tapi tidak, ia tidak melakukan hal itu. Si anak juga bisa saja berkata, "Yesus, jika Engkau memang benar Tuhan, kenapa tidak turunkan saja makanan dari langit? Kenapa harus mengambil bekalku?" Tapi itu pun tidak ia lakukan. Apa yang ia lakukan adalah dengan sukarela, tanpa banyak tanya, tanpa protes sedikitpun, memberikan seluruh bekalnya kepada Yesus. Inilah bentuk iman yang luar biasa, lebih daripada apa yang dimiliki para murid Yesus sendiri. Apa yang ia miliki, meski hanya sedikit, ditambah kerelaannya untuk menyerahkan itu semua kepada Tuhan akhirnya bisa memberkati banyak orang secara luar biasa. Yesus selalu meminta kita untuk belajar dari anak kecil. Jangan pernah sepelekan mereka, tapi belajarlah dari iman mereka yang polos dan tulus, tanpa pretensi apa-apa, tanpa mengharapkan imbalan dan lainnya. Demikian firman Tuhan: "Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 18:10). Sikap iman seperti anak-anak kecil inilah yang berkenan di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus juga berkata "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Markus 10:15). Ini berbicara mengenai kepolosan dan ketulusan seorang anak kecil yang tidak dipengaruhi oleh keraguan, kecurigaan, ketidakpercayaan atau bentuk-bentuk pikiran lainnya. Disamping itu, kita pun melihat bahwa anak kecil itu tidak meminta penghargaan apapun atas pemberiannya. Ia bisa saja sombong bahwa semua mukjizat itu sebenarnya berawal dari miliknya, tapi ia pun tidak melakukan itu. Dia tidak berpikir untuk bermegah dan mencuri kemuliaan yang menjadi milik Tuhan. Maka mengenai sikap seperti ini kelak Yesus mengatakan "Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:4). Seperti itu pula hendaknya kita seharusnya dalam menyambut Kerajaan Allah. Kita harus menyelidiki dan memeriksa apa talenta kita yang telah dianugerahkan Tuhan, mengucap syukurlah atas itu dan serahkan ke dalam tangan Tuhan dengan kepercayaan penuh. Maka Tuhan pun mampu memakai itu semua untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Tidak perlu malu untuk belajar dari anak kecil. Ketika kita orang dewasa sudah terkontaminasi oleh berbagai hal yang bisa melemahkan iman kita, mari berkaca kepada kepolosan anak-anak kecil yang belum terpengaruh oleh itu semua. Iman yang polos dan murni, iman yang tidak terguncang oleh apapun, iman yang percaya sepenuhnya tanpa keraguan dan pertanyaan, itulah yang diinginkan Tuhan untuk dimiliki anak-anakNya. Jangan sedikitpun meragukan kemampuan Tuhan, jangan sedikitpun merasa bahwa kita tidak cukup banyak dibekali Tuhan untuk sukses. Jangan belum apa-apa sudah merasa rendah diri bahwa apa yang kita miliki tidak berharga, tidak akan bermanfaat dan tidak akan cukup untuk bisa berbuat sesuatu. Ingatlah bahwa Tuhan bisa memakai apapun yang ada pada kita, meski bagi kita terlihat kecil sekalipun, untuk melakukan karyaNya yang besar jika kita menyerahkan itu semua ke dalam tanganNya. Bagaimana iman kita, bagaimana kerelaan kita, bagaimana sikap kita dalam mempersembahkan milik kita, itulah yang menyenangkan hati Tuhan dan akan dipakaiNya secara luar biasa.

Belajarlah dari kepolosan dan keluguan anak kecil

KERAMAHAN

Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik;

hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku." (Kej 19:8)

Bacaan : Kejadian 19: 1-11

Kita hidup pada zaman ketika keramahan kerap menjadi ”barang dagangan” belaka. Berbagai perusahaan jasa saat ini menjual keramahan kepada para pelanggan. Toko-toko pun melatih para pegawainya untuk bersikap ramah kepada para tamu. Sayangnya, keramahan itu bertujuan utama untuk mendapatkan uang. Bukan keramahan yang tulus diberikan tanpa berharap pamrih. Namun, saya punya pengalaman menarik ketika sedang melakukan pelayanan di Kalimantan Barat. Ketika itu, rombongan kami disambut dan dijamu oleh penduduk desa yang kami kunjungi. Kami diajak berbincang-bincang, diberi makanan, tempat untuk tidur, dan segala yang kami perlukan. Kami sungguh merasakan berkat Tuhan melalui keramahan penduduk yang sederhana itu. Keramahan serupa pernah ditunjukkan Lot kepada dua tamu yang singgah ke rumahnya. Segala hal yang mereka perlukan ia penuhi. Makanan. Tempat berteduh. Bahkan ketika penduduk Sodom bermaksud berbuat jahat kepada kedua tamu tersebut, Lot siap melakukan apa saja demi melindungi mereka. Ia bahkan siap berkorban besar, demi melindungi kedua tamu tersebut (ayat 7,8). Sebagai orang kristiani, kita diajar untuk ramah kepada semua orang (Titus 3:2). Namun, bukan keramahan yang sekadar basa-basi atau sok akrab. Bukan juga keramahan yang bertujuan mendapatkan sesuatu, seperti yang biasa dipraktikkan di dunia bisnis. Melainkan yang betolak dari ketulusan hati; yang sungguh-sungguh peduli akan kebutuhan orang lain, tanpa memikirkan pamrih. Adakah seseorang yang sedang memerlukan keramahan Anda hari ini?

KERAMAHAN YANG TAK BERPAMRIH HARUSLAH MENJADI CIRI KHAS, JUGA GAYA HIDUP ANAK TUHAN

__________________________________________

Kejadian 19: 1-11

19:1 Kedua malaikat itu tiba di Sodom pada waktu petang. Lot sedang duduk di pintu gerbang Sodom dan ketika melihat mereka, bangunlah ia menyongsong mereka, lalu sujud dengan mukanya sampai ke tanah,

19:2 serta berkata: "Tuan-tuan, silakanlah singgah ke rumah hambamu ini, bermalamlah di sini dan basuhlah kakimu, maka besok pagi tuan-tuan boleh melanjutkan perjalanannya." Jawab mereka: "Tidak, kami akan bermalam di tanah lapang."

19:3 Tetapi karena ia sangat mendesak mereka, singgahlah mereka dan masuk ke dalam rumahnya, kemudian ia menyediakan hidangan bagi mereka, ia membakar roti yang tidak beragi, lalu mereka makan.

19:4 Tetapi sebelum mereka tidur, orang-orang lelaki dari kota Sodom itu, dari yang muda sampai yang tua, bahkan seluruh kota , tidak ada yang terkecuali, datang mengepung rumah itu.

19:5 Mereka berseru kepada Lot : "Di manakah orang-orang yang datang kepadamu malam ini? Bawalah mereka keluar kepada kami, supaya kami pakai mereka."

19:6 Lalu keluarlah Lot menemui mereka, ke depan pintu, tetapi pintu ditutupnya di belakangnya,

19:7 dan ia berkata: "Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat.

19:8 Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku."

19:9 Tetapi mereka berkata: "Enyahlah!" Lagi kata mereka: "Orang ini datang ke sini sebagai orang asing dan dia mau menjadi hakim atas kita! Sekarang kami akan menganiaya engkau lebih dari pada kedua orang itu!" Lalu mereka mendesak orang itu, yaitu Lot , dengan keras, dan mereka mendekat untuk mendobrak pintu.

19:10 Tetapi kedua orang itu mengulurkan tangannya, menarik Lot masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu.

19:11 Dan mereka membutakan mata orang-orang yang di depan pintu rumah itu, dari yang kecil sampai yang besar, sehingga percumalah orang-orang itu mencari-cari pintu.