ReChARGE yOur SouL...

Thursday, October 1, 2009

SAUDARA SEKANDUNG

Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah. (Kej 37:4)

Bacaan : Kejadian 37:3,4, 19 -32

Sebuah cerita humor. Seorang ibu sedang menggoreng donat untuk dua jagoannya; Gilang, 5 tahun, dan Adit, 3 tahun. Sebelum donat pertama matang, dua anak itu sudah berebut, siapa akan makan lebih dulu. Sang ibu yang ingin bersikap adil, memakai kesempatan itu untuk mengajar mereka. “Jika Yesus yang di sini, pasti Dia akan berkata, ‘Biar saudaraku makan dulu. Aku akan menunggu yang berikutnya.’” Mendengar itu, Gilang segera berpaling kepada adiknya dan berkata, “Adit, kamu yang jadi Yesus, ya!” Perselisihan di antara saudara selalu ada. Saudara-saudara Yusuf yang cemburu, tak bisa akur dengannya. Menuduhnya tukang mimpi. Merencanakan hal buruk baginya (ayat 20). Tak mau menyebutnya “adik”, tetapi “anak ayah” (ayat 32). Jika dirunut ke belakang, ternyata sang ayah turut bersalah. Yakub menampakkan kasih istimewa kepada Yusuf, karena lahir dari istri terkasih, Rahel. Puncaknya, saat Yakub memberi Yusuf jubah mahaindah, di situ tampak kasihnya yang lebih (ayat 3,4). Kisah ini menyatakan, betapa tak berguna orangtua menunjukkan kasih yang lebih kepada seorang anak ketimbang saudaranya. Orangtua mesti membuat setiap anak merasa istimewa. Yakni dengan menemukan keunggulan setiap anak. Lalu memberi dukungan demi menguatkan kelebihan itu. Lewat sikap dan ucapan yang membuatnya merasa berharga. Hingga ia tak perlu iri kepada saudaranya, yang mungkin memiliki kelebihan lain. Orangtua juga perlu membimbing anak sejak dini tentang pentingnya kasih-mengasihi; saling berbagi dan memperhatikan antarsaudara. Biarlah di antara saudara-bersaudara, kasih menjadi pengikat yang tak putus. - AW

KARENA SETIAP ANAK BERHARGA, MAKA KASIH YANG PENUH ADALAH HAK MEREKA

Wednesday, September 30, 2009

Semua Dapat Kesempatan

Ayat bacaan: Matius 21:31 ===================== "Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah." kesempatan yang sama, bertobat, perempuan sundal, pemungut cukaiKetika saya dibaptis sekian tahun yang lalu, ada seorang wanita muda yang dibaptis bersama-sama dengan saya berteriak sambil menangis sesaat setelah ia dicelupkan ke dalam air. Hal itu mengagetkan saya, karena jujur sebelumnya saya belum pernah melihat hal seperti itu. Raut wajahnya saya ingat betul sampai sekarang. Ia menangis dan sedikit histeris tapi wajahnya tersenyum. Ia berkata setelahnya bahwa hidupnya dulu bergelimang dosa dan berisi banyak kepahitan. Dulu dia tidak percaya bahwa dirinya punya kesempatan untuk diselamatkan biar bagaimanapun akibat banyaknya dosa di masa lalu yang ia perbuat. Tapi hari ini, katanya, ia menjadi orang merdeka. Ia sudah diampuni, ia menjadi tahir kembali dan menerima kesempatan untuk lahir baru, hidup menjadi pribadi yang telah diperbaharui, lepas dari segala belenggu yang mengikatnya di masa lalu. Karena itulah begitu ia dibaptis, ia sempat histeris saking gembiranya. Ini perasaan yang luar biasa, tidaklah heran ia bereaksi demikian. Ada banyak orang yang mungkin menganggap dirinya sudah terlalu jauh jatuh ke dalam dosa sehingga pintu kesempatan untuk selamat tidak akan mungkin lagi dibukakan baginya. Tapi dengarlah, bahwa siapapun bisa mendapatkan keselamatan selama orang itu mau mempergunakan kesempatan yang masih ada untuk berbalik jalan, mengakui semua perkara di hadapan Tuhan dan bertobat dengan kesungguhan hati yang utuh. Sedikit melanjutkan apa yang sudah saya tulis kemarin mengenai stereotipe, mungkin ada banyak di antara kita yang terlalu mudah menghakimi orang lain, menganggap bahwa dosa mereka jauh lebih besar dari kita, sehingga terburu-buru menganggap bahwa mereka sudah pasti berakhir di dalam siksaan kekal kelak. Disisi lain, ada pula banyak orang yang merasa kesempatan mereka sudah tertutup. Saya tertarik untuk mengangkat sebuah perumpamaan singkat namun dalam artinya yang pernah diucapkan Yesus sendiri, yaitu perumpamaan tentang dua orang anak. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan ini di hadapan para imam-imam kepala dan pemimpin Yahudi yang merasa diri mereka paling alim di antara yang lainnya, yang begitu mudahnya menghakimi orang lain seperti yang tercatat berkali-kali dalam Injil. Yesus berkata demikian: "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur." (Matius 21:28). Inilah pembuka perumpamaan itu. Ketika anak sulung itu diminta untuk bekerja di kebun anggur, ternyata anak sulung itu menolak. (ay 29). Mungkin anak sulung menganggap bahwa sebagai anak tertua ia sudah pasti mendapatkan segalanya sehingga ia tidak perlu lagi berbuat apapun. Anak sulung itu tahu ia wajib melakukan kehendak ayahnya, tapi ia tidak melakukannya karena merasa dirinya sudah aman. Lalu sang ayah mendatangi anak keduanya dan mengulangi permintaannya. Tanggapan si anak kedua ternyata berbeda. Mulanya menolak, namun kemudian ia menyesal dan menuruti permintaan ayahnya. "Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga." (ay 30). Lihatlah ada perbedaan nyata antara keduanya. Yesus pun kemudian menanyakan pendapat para imam dan tua-tua Yahudi: "Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah." (ay 31). Mengapa? Inilah sebabnya: "Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." (ay 32). Perbedaan antara yang masuk ke dalam Kerajaan Allah dan yang tidak bukanlah tergantung dari apa yang terjadi di masa lalu, tapi dari bagaimana kita menyikapi hidup ini, apakah dengan menyesali penolakan kemudian berbalik untuk percaya atau tetap menolak untuk itu. Para imam kepala dan pemimpin Yahudi itu tahu persis apa yang telah berulang kali dinubuatkan sebelumnya, namun mereka tidak juga bisa percaya meski sudah langsung bertemu muka dengan Kristus. Sementara di sisi lain, orang-orang berlumur dosa mungkin hidup dalam kegelapan sepanjang hidupnya, namun ketika mereka membuka hati mereka dan bertobat, mau mempercayakan hidup mereka sepenuhnya pada Yesus, maka Kerajaan Allah pun menjadi bagian dari mereka. Ini perumpamaan yang mengajarkan hal penting bagi kita. Kita tidak boleh menghakimi orang lain, menganggap bahwa kita jauh lebih baik dari mereka, dan dari sisi lain kita bisa belajar bahwa setiap orang, yang berlumur dosa sekalipun tetap diberikan kesempatan untuk mendapatkan janji Tuhan akan keselamatan dan menjadi bagian dalam Kerajaan Allah. Ada begitu banyak contoh lain mengenai hal ini, misalnya kisah perumpamaan mengenai orang Farisi dengan pemungut cukai (Lukas 18:9-14). Ketika keduanya masuk ke bait Allah, ada perbedaan nyata dari sikap hati keduanya. Sementara orang Farisi menyombongkan kerajinannya beribadah dan tata cara hidupnya yang dianggapnya paling benar, pemungut cukai merendahkan dirinya habis-habisan. "Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (ay 13). Pemungut cukai lah yang akhirnya pulang sebagai orang yang dibenarkan. (ay 14). Sementara mengenai wanita pelacur, kemarin kita sudah melihat bagaimana Rahab yang awalnya merupakan wanita tuna susila kemudian menjadi satu dari sederet pahlawan iman lainnya sekaliber Musa, Abraham, Yusuf dan lain-lain lewat imannya. Semua orang dapat kesempatan yang sama tanpa terkecuali untuk bertobat. Tidak terkecuali pendosa seperti wanita pelacur atau pemungut cukai sekalipun, yang biasanya akan mendapatkan stereotipe negatif dari masyarakat. Asalkan mereka menyesali perbuatan-perbuatan mereka dan memilih untuk kembali kepada Tuhan, hidup sesuai firmanNya dan tentunya percaya kepada Kristus, maka mereka pun mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan bagian di Kerajaan Allah. Justru kepada kita yang berlumur dosa inilah Yesus datang. "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Lukas 5:32). Dia sudah menyerahkan nyawaNya sendiri untuk menebus dosa-dosa kita di atas kayu salib demi kita semua, agar kita bisa diselamatkan. Kesempatan diberikan secara luas kepada siapapun, tapi ingatlah bahwa kesempatan untuk itu tidak akan ada selamanya. "kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15). Jangan terlena dengan status kita yang dirasa sudah "aman" ketika kita sudah menerima Kristus, lalu terlena dalam status kita dan lalai dalam menjalankan kewajiban-kewajiban kita seperti halnya anak sulung dalam perumpamaan tentang dua orang anak di atas. Hendaklah kita terus menjaga diri kita, menjauhkan diri kita dari memberi stereotip-stereotip seenaknya dan terus berusaha hidup lebih taat lagi dari hari ke hari. Semua orang punya kesempatan yang sama, tidak peduli apapun latar belakang dan dosa-dosa di masa lalu. Kita yang sudah menyandang status sebagai anak sulung pun bisa terpeleset jika kita tidak berhati-hati. Hari ini mari kita semua melembutkan hati dan taat melakukan apa yang dikehendaki Allah untuk kita lakukan, agar kita semua bisa bersama-sama mendapat bagian dalam KerajaanNya.

Siapapun yang percaya dan melakukan Firman Tuhan akan mendapat tempat dalam Kerajaan Allah

PENGHANCURAN CITRA ALLAH

Jangan membunuh. (Kel 20 : 13) Bacaan : Kejadian 9 : 1 – 7 Pada era Hitler, prajurit Nazi mendatangi sebuah rumah sakit di Jerman yang dikepalai seorang dokter Lutheran. Mereka bermaksud menghabisi pasien-pasien yang tak berdaya, agar prajurit-prajurit yang terluka dapat dirawat. Menurut prajurit Nazi tadi, pasien-pasien itu sudah tidak memiliki harapan untuk disembuhkan, sehingga mestinya digantikan oleh orang-orang yang masih dapat ditolong. Sang dokter menahan mereka di pintu gerbang rumah sakit. Ia bersikeras menolak, “Orang-orang ini diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.” Menurut Alkitab, manusia diciptakan secara berbeda dari alam dan ciptaan lainnya. Manusia adalah mahkota ciptaan Allah, yang diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Keserupaan manusia dengan Allah ini mencakup kerohanian, moralitas, martabat, kecerdasan, dan kreativitas. Meskipun manusia telah jatuh ke dalam dosa, citra Allah tetap ada padanya. Itulah sebabnya Allah secara tegas melarang manusia membunuh sesamanya karena pembunuhan berarti penghancuran citra Allah tersebut. Bukan hanya dengan senjata, kita juga dapat “membunuh” seseorang dengan perkataan dan perlakuan. Pengertian akan citra Allah dapat menolong kita mengelakkan godaan itu. Ketika berinteraksi dengan sesama, kita berinteraksi dengan orang yang diciptakan oleh Allah. Seburuk apa pun orang itu, Allah juga menawarkan kehidupan kekal kepadanya. Allah mau kita mengenali dan menghormati citra-Nya di dalam diri setiap orang. Dengan begitu, kita mengambil bagian dalam pelayanan yang membawa kehidupan, bukan kematian. - AS
SIKAP KITA TERHADAP SESAMA DAN DIRI SENDIRI MENCERMINKAN SIKAP KITA TERHADAP ALLAH
____________________________________________ Kejadian 9 : 1 – 7 9:1 Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi. 9:2 Akan takut dan akan gentar kepadamu segala binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu diserahkan. 9:3 Segala yang bergerak, yang hidup, akan menjadi makananmu. Aku telah memberikan semuanya itu kepadamu seperti juga tumbuh-tumbuhan hijau. 9:4 Hanya daging yang masih ada nyawanya, yakni darahnya, janganlah kamu makan. 9:5 Tetapi mengenai darah kamu, yakni nyawa kamu, Aku akan menuntut balasnya; dari segala binatang Aku akan menuntutnya, dan dari setiap manusia Aku akan menuntut nyawa sesama manusia. 9:6 Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri. 9:7 Dan kamu, beranakcuculah dan bertambah banyak, sehingga tak terbilang jumlahmu di atas bumi, ya, bertambah banyaklah di atasnya."

Hakekat Ibadah

Ayat bacaan: Yesaya 29:13 ====================== "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan" hakekat ibadahRasanya semua anak Tuhan akan sependapat bahwa beribadah kepada Tuhan merupakan hal yang sifatnya wajib. Ada hari yang harus kita pergunakan sebagai kesempatan untuk beribadah bersama-sama dengan saudara-saudari seiman di gereja, berkumpul bersama untuk memuji dan memuliakan Tuhan, bersyukur atas penyertaanNya dalam hidup kita. Selain itu ada pula yang turut dalam persekutuan-persekutuan, kumpulan keluarga dan sebagainya dimana selain menyembah Tuhan bersama-sama, disana para anggotanya juga akan saling menguatkan, menghibur, menasehati dan saling menolong. Diluar itu semua, setiap hari kita juga sangat dianjurkan untuk meluangkan waktu untuk bersaat teduh, membangun mezbah keluarga, dan alangkah baiknya jika setiap saat kita bisa menyadari bahwa ada Tuhan beserta kita sehingga kita menjalani hari ke hari sepenuhnya bersama Tuhan. Semua itu merupakan hal wajib yang idealnya dilakukan oleh semua orang percaya. Karena wajib itu pula, ada banyak orang yang kemudian melupakan esensi dari sebuah ibadah dan melakukannya hanya karena kewajiban semata, sebagai sebuah rutinitas yang terbiasa dilakukan tanpa mengingat makna penting di balik itu semua. Kita melihat ada orang yang terkantuk-kantuk di gereja, lalu menyalahkan kotbah yang dianggap membosankan sehingga membuatnya mengantuk. Ada pula yang menyalahkan worship leader ketika mereka merasa sulit masuk ke dalam hadirat Tuhan ketika pujian dan penyembahan. Tempat kurang nyaman sehingga sulit konsentrasi, ibadahnya terlalu lama dan sebagainya, sering dipakai sebagai alasan, ini semua menggambarkan bahwa orang tersebut sebetulnya melupakan hakekat utama dari ibadah. Semua masih dipandang sebagai rutinitas lahiriah saja, sehingga pengaruh-pengaruh luar pun dapat dengan mudah mengganggu kita dalam menunaikan ibadah. Fokus yang salah dalam beribadah, mengacu lebih kepada hal-hal lahiriah ketimbang untuk membangun kekuatan rohaniah kita tidak akan membawa kita untuk mendapatkan apa-apa. Padahal ibadah sangat berguna untuk mengubah hidup kita menjadi lebih baik dan membuat pertumbuhan rohani kita semakin dewasa. Hal ini tentu hanya dapat dicapai jika kita memahami hakekat sebenarnya dari ibadah itu. Paulus menggambarkan hal ini sebagai salah satu fenomena menjelang hari-hari terakhir. "Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." (2 Timotius 3:5). Ini adalah golongan yang secara lahiriah melakukan ibadah, datang ke gereja, berdoa, menyanyi, namun semua itu dilakukan tanpa disertai kerinduan yang sungguh-sungguh, melainkan hanya sebatas aktivitas rutin semata. Tidak heran mereka ini akan tetap hidup dalam keraguan dan gampang goyah ketika permasalahan menerpa mereka. Mereka hadir dalam ibadah, namun pada hakekatnya memungkiri kekuatannya. Secara fisik mereka menjalankan kewajiban beribadah, tapi sebenarnya mereka tidak menangkap inti dari ibadah itu sendiri. Maka tidak akan ada apa-apa yang dialami dan diperoleh dari ibadah itu sendiri. Semua hanyalah akan sia-sia. Ibadah yang benar seharusnya bisa membuat hidup diubahkan menjadi lebih baik dengan pertumbuhan iman yang pesat. Hakekat dari ibadah sesungguhnya adalah sebuah sarana bagi kita untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan, masuk dan diam dalam hadiratNya, bersekutu dan bergaul akrab dengan Tuhan. Jika ini kita sadari penuh, maka kita tidak akan main-main lagi dalam ibadah kita. Ibadah yang benar akan menghasilkan sesuatu yang besar. Kita bisa belajar dari kesungguhan hati jemaat mula-mula. "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan." (Kisah Para Rasul 2:46-47). Lihatlah bagaimana Tuhan memberkati mereka dengan jiwa-jiwa. Ibadah tidak hanya terbatas pada seremonial yang penuh dengan hafalan tanpa memahami esensinya, sesuatu yang tidak berasal dari hati kita yang terdalam. Tuhan tidak suka dengan orang-orang seperti itu. "Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi." (Yesaya 29:13-14). Perhatikan bahwa ada hukuman Tuhan yang akan jatuh kepada orang-orang yang hanya sebatas bibir saja memuliakan Tuhan, hanya sebatas hafalan, seremonial, sementara hatinya tidak memancarkan kasih sama sekali kepada Tuhan. Sebaliknya kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Tuhan dalam tiap ibadah yang mereka lakukan, Tuhan memberikan seperti ini: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bilangan 6:24-26). Ini akan diberikan sebagai berkat kepada kita jika kita meletakkan nama Tuhan di atas segalanya, termasuk dalam ibadah kita. (ay 27). "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1). Ini adalah pesan penting bagi kita. Kita diminta untuk terus berusaha hidup kudus, sehingga kita bisa memberikan hidup kita sebagai persembahan yang berkenan bagi Allah. Inilah sesungguhnya ibadah yang sejati, bukan hanya melakukan segala sesuatu secara lahiriah dan terus membiarkan diri kita untuk dikuasai berbagai dosa. Ibadah yang sejati akan menghasilkan perubahan budi, yang akan membuat pribadi kita menjadi baru, terus bertumbuh lebih baik lagi dengan mengetahui kehendak Allah, apa yang baik dan berkenan kepadaNya dan apa yang sempurna. (ay 2). Kita harus terus melatih diri kita untuk beribadah dengan benar, karena itu akan sangat berguna baik untuk hidup di dunia maupun untuk hidup yang akan datang. (1 Timotius 4:7b-8). Tuhan telah memberi keselamatan atas kita sebagai kasih karuniaNya yang begitu besar, oleh karena itu ia menginginkan kita untuk meninggalkan kefasikan dan kedagingan, nafsu-nafsu duniawi dan memilih hidup bijaksana dan taat beribadah. "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini" (Titus 2:11-12). Ibadah yang dilakukan dengan benar dan sungguh-sungguh karena kerinduan untuk bersekutu dengan Tuhan, mengasihiNya sepenuh hati akan sangat berguna, sebaliknya ibadah yang dilakukan hanya sebatas lahiriah atau seremonial saja selain tidak akan mendatangkan manfaat apa-apa malah akan menjatuhkan hukuman atas kita. Karenanya selagi kesempatan untuk beribadah masih ada, manfaatkanlah itu sebaik-baiknya dan lakukanlah dengan menyadari hakekat ibadah yang benar. Don't turn your back on God, let's worship Him with our heart and soul. beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu (1 Samuel 12:20b)