ReChARGE yOur SouL...

Friday, December 4, 2009

PENTINGNYA BERDOA

Salam sejahtera bagi kita semua,

Doa yang Anda ucapkan menjadi ‘media komunikasi’ atau percakapan rohani Anda dengan Yesus, Raja Sorga, dan merupakan pernyataan rohani Anda secara pribadi. Oleh karena itu, diharapkan bagi Saudara untuk memahami pentingnya berdoa secara bergiat dan bersungguh-sungguh. Berdoa harus dilakukan setiap hari dengan tekun, dengan intensitas yang disesuaikan dengan keperluan. Doa dapat diucapkan dalam hati, namun lebih bagus lagi diucapkan dengan bersuara, karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan...[Mat.12:37]. Melalui doa, Saudara dapat menyampaikan apa yang menjadi kerinduan hati Anda kepada Yesus, sekaligus menjadi media Anda untuk dengar-dengaran dengan Yesus apa yang menjadi kerinduan hati-Nya bagi Saudara.

Dalam berbagai pengalaman pelayanan, masih banyak orang-orang Kristen yang belum memahami pentingnya berdoa dan bagaimana caranya berdoa. Apakah kata-katanya harus panjang dan 'canggih', dengan suara yang diatur sedemikian rupa?

Saya teringat dengan apa yang disabdakan Yesus dalam Mat.6:7: Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal TUHAN. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.

Saudara, terjemahan 'bertele-tele' saya koreksi sedikit. Sesungguhnya dalam bahasa aslinya (Yunani), kata 'bertele-tele' tersebut adalah penerjemahan dari kata 'battologeo' yang pengertian sesungguhnya adalah 'diulang-ulang' (Ingg. repetitions). Mari kita bandingkan dalam bahasa Inggrisnya (NKJV): "And when you pray, do not use vain repetitions as the heathen [do]. For they think that they will be heard for their many words."

Dengan perkataan lain, dalam berdoa bukan karena banyaknya kata-kata dan bukan dengan pengulangan kata-kata dalam satu doa seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal TUHAN. Karena sesungguhnya, dalam berdoa ada 3 (tiga) hal penting yang harus diperhatikan:

(1.) TOPIK DOA ANDA.

Apakah topik doa Anda sudah 'mencerminkan' keinginan hati TUHAN? Mari kita simak 1Yoh.5:14: Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.

'Keberanian' percaya kita ialah, kita meminta sesuatu menurut kehendak-Nya. Siapkan hati untuk tidak akan menerima pengabulan doa, apabila kehendak kita belum 'nyambung' dengan kehendak-Nya. Oleh karena itu, kita harus sadar, bahwa kita tidak bisa memaksa TUHAN memenuhi kehendak kita sendiri.

Amsal 30:15 menyebutkan: "Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!" Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: "Cukup!" Doa orang-orang Kristen yang 'memaksa' TUHAN dalam doanya, untuk kepentingannya semata saja, disebutlah sebagai 'doa lintah'. Orang-orang Kristen masih banyak berdoa yang intinya adalah: 'untukku' dan 'untukku' dan tidak pernah merasa cukup, yang selalu terjadi adalah pernyataan: "Lord, what can You do for me, today?!".

Acap kali, orang Kristen memanfaatkan media berdoa ini untuk 'menuntut' TUHAN saja. Marilah membiasakan diri dalam doa untuk menyatakan "Lord, what can I do for You, today?". Tentu perasaan TUHAN akan disenangkan dengan pernyataan seperti ini, dan DIA-pun siap memberikan bagian yang sudah disiapkan-Nya bagi kita, khususnya dalam perluasan Kerajaan Sorga.

Perasaan yang sama akan Anda rasakan, apabila anak Anda bertanya: "Papa, apa yang dapat kulakukan untukmu hari ini?", maka dengan sigap Anda akan mempersiapkan bagian bagi anak Anda apa yang dapat dilakukannya hari itu. Soal kebutuhannya sehari-hari Anda akan siapkan sebaik-baiknya, jangan sampai anak Anda kekurangan, karena anak tersebut tidak memikirkan urusannya sendiri tetapi urusan bapaknya, oleh karena itu bapaknya akan memastikan bahwa anaknya akan mempersiapkan apa yang terbaik buat anaknya! Bukankah perasaan yang sama akan ditampilkan Yesus bagi orang-orang yang bertanya pada-Nya: "Bapa, apa yang dapat kulakukan untuk-Mu hari ini?"

(2.) ALAMAT DOA. Alamat doa harus jelas! Sampaikanlah doa Anda hanya kepada Yesus Kristus, Raja Sorga, saja. Tidak perlu menyampaikan doa-doa Anda kepada pribadi-pribadi lain. Cukup kepada Yesus saja, karena hanya DIA sumber kehidupan, keselamatan, dan damai sejahtera, dan semuanya itu tidak ada dalam nama (pribadi) lain!

(3.) PENDOANYA. Anda juga harus menampilkan sikap rohani yang pas dalam doa. Sebagai orang yang meminta, tentunya tidak memerintah-merintah TUHAN. Jarang sekali saya mendengar, orang Kristen berdoa memulainya dengan kata: 'Mohon', 'Tolong', dan 'Kiranya'. Sering sekali, yang terdengar adalah: "Tuhan, berkatilah...; berilah...; jamahlah...; dan lain-lain. Seharusnya, dan jauh lebih baik, kalimat itu dirubah: "Tuhan, mohon berkatilah...; tolong berilah...; kiranya menjamah... dan lain-lain. Cobalah belajar rendah hati dalam berdoa, karena kita dalam posisi memohon, bukan memerintah TUHAN. Doa yang dilakukan haruslah dilakukan dengan kerendahan hati [Luk.18:10-14] keyakinan [Yak.5:16], dan kesungguhan [Yak.5:17]

PENTING DICATAT:

Selain penjelasan-penjelasan di atas, melalui doa, Anda juga melakukan peperangan rohani dengan Iblis, musuh Kerajaan Sorga, sebagaimana yang diajarkan/praktekkan Yesus dalam Mrk.16:17 dan Mat.4:10.

PENUTUP

Dalam email ini, saya lampirkan soft copy Buku Kecil doa-doa harian yang dapat Anda ucapkan setiap hari. Doa-doa yang disediakan di Buku Kecil tersebut adalah doa-doa sederhana yang sekedar menjadi tuntunan bagi Anda, pada waktunya Anda akan diajari langsung oleh Yesus untuk menjadi pendoa yang tangguh, sehingga Buku ini dapat dimanfaatkan oleh orang lain pula. Rajinlah dan tekunlah berdoa!

Kiranya Raja Yesus memberkati kita semua!

Salam,

R. Sinaga

PROMOSI BURUK

Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. (Kol 3:15)

Bacaan : Kolose 3:12 - 17

Di sebuah gereja terjadi perselisihan tajam. Masalahnya sederhana. Paduan Suara A dijadwalkan mengisi pujian sesudah khotbah di kebaktian Minggu. Namun, rupanya ada salah komunikasi. Pada Minggu itu ternyata ada Paduan Suara tamu yang akan membawakan dua pujian, sebelum dan sesudah khotbah. Setelah berunding, diputuskan Paduan Suara A digeser mengisi pujian sebelum Doa Syafaat. Beberapa angota Paduan Suara A tidak terima, merasa tersinggung, lalu “meledak”. Sampai ada yang mundur dari pelayanan, bahkan yang pindah gereja. Perselisihan di gereja tidak jarang dipicu dan dipacu oleh masalah kecil. Namun, karena disikapi dengan kekerasan hati, tidak mau mengalah, prasangka buruk, dan sikap egoistis, akhirnya menjadi masalah besar yang menguras waktu, tenaga, pikiran, dan perasaaan. Padahal, seperti dikatakan oleh Paulus, ”Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu” (1 Korintus 6:7). Dengan kata lain, kalau orang-orang di dalam gereja berantem, tidak ada yang akan diuntungkan. Malah yang rugi gereja sendiri; persekutuan jemaat jadi terganggu, sukacita melayani hilang, dan keluar juga jadi promosi buruk. Maka, penting sekali untuk kita kembali ke identitas kita sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasih-Nya (ayat 12). Dan hidup berpadanan sesuai identitas tersebut, yaitu dengan menunjukkan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Kiranya damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita, sehingga kita dijauhkan dari segala pikiran dan perasaan yang tidak membangun.

JANGAN BIARKAN IBLIS MENGACAK-ACAK PERSEKUTUAN JEMAAT MELALUI PIKIRAN DAN PERILAKU BURUK KITA

____________________________________________

Kolose 3:12 – 17

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Thursday, December 3, 2009

Bersama Tuhan Sepanjang Hari

Ayat bacaan: Mazmur 16:11 ====================== "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." Berapa lama waktu yang kita habiskan setiap hari untuk bekerja? Bagi yang bekerja di kantor sesuai jam kerja, mungkin 8 sampai 9 jam setiap hari kerja. Ada yang lebih, ada yang kurang. Bagi saya, hari yang berat. Dari pagi saya sudah mulai mengajar hingga malam. Setelah pulang pun masih ada kerjaan yang harus diselesaikan. Normalnya mungkin ketika kita bekerja terlalu banyak, mood pun bisa terpengaruh. Gampang kesal, gampang marah, kontrol atas diri kita menjadi lemah. Kita akan gampang mengeluh, bahkan mungkin mulai mengeluarkan kata-kata yang penuh keluhan, sungut-sungut, omelan dan sebagainya. Di sisi lain, jika kita hitung sehari itu 24 jam, dimana 8 sampai 9 jam kita habiskan untuk bekerja, dan mungkin 8 jam untuk tidur, beberapa jam lagi untuk waktu bersama keluarga, teman-teman, hobi dan sebagainya, berapa lagi sisa waktu untuk Tuhan? Faktanya banyak orang yang hanya meluangkan waktu sisa untuk bersama Tuhan. Jika lagi sibuk, toh Tuhan mengerti kalau sedang sibuk, begitu alibinya. Ada juga yang mengatakan, "kita kan memang harus bekerja agar bisa makan? Kalau doa terus kapan kerjanya?" Ya, kita harus bekerja. Tuhan mengharuskan kita bekerja, dan Tuhan memberkati pekerjaan kita. Tapi bagaimana Tuhan mau memberkati pekerjaan kita jika kita tidak melibatkanNya dalam pekerjaan kita? Atau lebih luas lagi, bagaimana Tuhan mau memberkati hidup kita jika kita tidak melibatkanNya dalam kehidupan kita? Ketika Yesus menebus kita, bukan saja kita diselamatkan dari kebinasaan, tapi hubungan kita dengan Tuhan pun mengalami pemulihan. Artinya berkat karya Kristus tersebut, hari ini kita bisa tinggal diam di dalam hadirat Tuhan. Ini sebuah anugerah yang sayangnya begitu sering kita sia-siakan. Kita seringkali membagi-bagi antara kehidupan, pekerjaan dan kerohanian. Berdoa itu berbeda saatnya dengan kerja, mengucap syukur hanya dilakukan pada saat teduh atau makan, itupun kalau ingat atau kalau sedang tidak ada yang perlu diminta. Kerja ya kerja, berdoa ya berdoa, begitu kira-kira singkatnya. Kita keluar dari hadirat Tuhan ketika kita melakukan aktivitas, dan hanya ada di sana untuk waktu singkat ketika kita meluangkan sedikit saja dari waktu yang tersisa untuk berdoa. Jika demikian, tidaklah heran kalau kita gampang menjadi lemah, gampang mengalami breakdown, burn out dan lain-lain. Akan sulit bagi kita untuk mengendalikan emosi dan ucapan-ucapan yang keluar dari mulut kita. Kita butuh sukacita. Sukacita yang bukan sukacita semu dan sementara, melainkan sukacita sesungguhnya yang berasal dari Allah. Daud tahu itu kuncinya agar kita tidak gampang patah. Lihat apa kata Daud tentang apa yang kita dapat ketika kita berada bersama Tuhan. "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." (Mazmur 16:11). Ketika kita bersama Tuhan, Dia memberitahukan jalan menuju kehidupan (the path of life), kehadiran Tuhan penuh dengan sukacita melimpah, dan padaNya ada nikmat/kebahagiaan (pleasure) yang kekal. Ini tidak tergantung ada tidaknya masalah. Ini tidak tergantung pada berat ringannya pekerjaan, segar dan lelahnya kita. Itu semua akan hadir setiap saat ketika kita berada bersama Tuhan. Sekarang pertanyaannya, apakah kita mau melibatkan Tuhan setiap saat dan mendapat kekuatan, kelegaan bahkan kemenangan? Itu semua disediakan Tuhan, tinggal kita yang memutuskan, apakah mau memakainya atau melewatkannya. Sekali lagi, Daud tahu benar bahwa bersama Tuhan ada kekuatan yang akan membuat kita tidak gampang goyah. Dia terus menopang kita seperti Gembala yang mengasihi dombaNya. "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah." (ay 8). Dan oleh "Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram." (ay 9). Pada Tuhan senantiasa ada kekuatan. Pada Tuhan senantiasa ada kelegaan. Pada Tuhan senantiasa ada jawaban. Pada Tuhan senantiasa ada sukacita. Tidakkah ini kita perlukan untuk bisa terus kuat menghadapi timbunan pekerjaan atau masalah setiap harinya? Jika kita lemah dan kemudian terus memproduksi umpatan dari mulut kita, bukankah itu akan semakin melemahkan dan mematahkan kita? Ingatlah bahwa Tuhan adalah gunung batu dan perlindungan yang kuat. Apa yang harus kita lakukan adalah terus bersama Tuhan dalam baitNya. Karena hanya pada saat itulah sebenarnya kita menjadi kuat dan terus memiliki sukacita meski tenaga dan pikiran kita terkuras habis-habisan. Zefanya mengatakan "Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: "Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu. TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai." (Zefanya 3:16-17). Tanpa sukacita dari Tuhan, cepat atau lambat kita tidak akan memiliki tenaga lagi untuk bisa bertahan menghadapi semuanya. "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang." (Amsal 17:22). Lihat Yesus berkata "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Matius 11:28). Yesus sudah mengundang kita. Hadirat Tuhan terbuka bagi kita. Persoalan tinggal dari kita, mau atau tidak memenuhi undangan Yesus itu. Dalam menghadapi hidup yang berat, tidaklah cukup bagi kita untuk bersama Tuhan hanya di pagi hari dan malam hari menjelang tidur. Kita harus terus menyadari bahwa Tuhan senantiasa ada bersama kita. Dia mau dilibatkan dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Tidaklah sulit untuk mengucap syukur di tengah bekerja, memujiNya, atau berdoa yang singkat tapi tulus dari hati. Begitu juga ketika kita sedang bersama keluarga, dalam perjalanan dan lain-lain. Dengan cara demikian kita ada bersama Tuhan sepanjang hari, dan kita pun akan mendengar suaraNya dan menerima segala kekuatan, kelegaan, bahkan kemenangan demi kemenangan akan hadir di diri kita. Menang melawan lelah, menang melawan hawa nafsu, menang melawan berbagai bentuk negatif yang bisa meracuni kita, dan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan kita. Begitu pula saat tidur, hantarlah tidur anda dengan berada bersama Tuhan, tidur di dalam hadiratNya hingga pagi, dimana pada pagi hari ketika anda bangun, Tuhan memberikan berkatNya yang baru. (Ratapan 3:22-23). Jika ini semua anda lakukan, niscaya kekuatan dari Tuhan akan membuat anda jauh lebih tegar dari biasanya dan tidak gampang goyah akibat beban-beban yang diletakkan di pundak anda. Tuhan siap memberikan segala sesuatu kepada orang-orang yang mau untuk terus mengandalkanNya setiap saat, ada bersamaNya setiap saat dan melibatkanNya dalam hidup. Kita bisa memilih untuk melakukannya, tapi kita bisa memilih untuk melupakannya. Semua tergantung dari kita. Anda siap untuk terus segar dan bersukacita tak peduli masalah sebesar apapun menimpa anda dan tak peduli seberat apa anda harus bekerja? Tinggallah di dalamNya dan libatkan Dia dalam apapun yang anda lakukan. Bersama Tuhan setiap saat akan memberi kita kekuatan setiap saat

BUKAN JALAN TOL

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

(1 Kor 15:58)

Bacaan : Nehemia 6

Jalan tol adalah jalan bebas hambatan. Jalan tol dibangun dengan tujuan supaya setiap pengendara mobil tidak perlu mengalami kemacetan di jalan raya. Dengan demikian, para pengendara mobil akan semakin cepat sampai di tempat tujuan. Akan tetapi, kita tidak dapat berharap bahwa kemudahan dan kelancaran yang terjadi di jalan tol, juga terjadi di dalam hidup kita. Hidup kita sama sekali bukan jalan tol. Justru dalam hidup ini kita kerap kali menemukan hambatan. Bahkan, ketika kita hendak melakukan hal-hal baik. Demikian pula pengalaman Nehemia ketika hendak membangun kembali tembok Yerusalem. Pada awalnya, segala persiapan serta jalan yang akan ditempuh tampak lancar. Akan tetapi, di tengah proses pembangunan datanglah hambatan dari Sanbalat dan Tobia. Sanbalat dan Tobia, yang tidak suka pembangunan tembok itu dilakukan, berencana untuk membunuh Nehemia (ayat 2). Di dalam pikiran mereka, apabila Nehemia mati, bangsa itu akan kehilangan sosok pemimpin. Dan, itu menjadi alasan yang kuat untuk menghentikan pembangunan tembok Yerusalem. Sampai-sampai ia juga menyuap orang Semaya, orang yang dekat dengan Nehemia (ayat 10-13). Namun, Nehemia tetap berfokus pada proses pembangunan. Maju terus pantang mundur. Dan Allah melindungi Nehemia, sehingga pembangunan tembok itu pun selesai (ayat 15). Tidak jarang dalam hidup ini kita mendapat hambatan. Cara yang terbaik untuk mengatasinya adalah tetap memfokuskan diri pada pekerjaan baik tersebut, dan terus berjalan. Kita harus selalu ingat bahwa tujuan hambatan hanya ingin membuat kita berhenti.

JIKA ANDA BERHENTI KARENA TERHAMBAT, BERARTI ANDA KALAH

____________________________________________

Nehemia 6

6:1 Ketika Sanbalat dan Tobia dan Gesyem, orang Arab itu dan musuh-musuh kami yang lain mendengar, bahwa aku telah selesai membangun kembali tembok, sehingga tidak ada lagi lobang, walaupun sampai waktu itu di pintu-pintu gerbang belum kupasang pintunya,

6:2 maka Sanbalat dan Gesyem mengutus orang kepadaku dengan pesan: "Mari, kita mengadakan pertemuan bersama di Kefirim, di lembah Ono!" Tetapi mereka berniat mencelakakan aku.

6:3 Lalu aku mengirim utusan kepada mereka dengan balasan: "Aku tengah melakukan suatu pekerjaan yang besar. Aku tidak bisa datang! Untuk apa pekerjaan ini terhenti oleh sebab aku meninggalkannya dan pergi kepada kamu!"

6:4 Sampai empat kali mereka mengirim pesan semacam itu kepadaku dan setiap kali aku berikan jawaban yang sama kepada mereka.

6:5 Lalu dengan cara yang sama untuk kelima kalinya Sanbalat mengirim seorang anak buahnya kepadaku yang membawa surat yang terbuka.

6:6 Dalam surat itu tertulis: "Ada desas-desus di antara bangsa-bangsa dan Gasymu membenarkannya, bahwa engkau dan orang-orang Yahudi berniat untuk memberontak, dan oleh sebab itu membangun kembali tembok. Lagipula, menurut kabar itu, engkau mau menjadi raja mereka.

6:7 Bahkan engkau telah menunjuk nabi-nabi yang harus memberitakan tentang dirimu di Yerusalem, demikian: Ada seorang raja di Yehuda! Sekarang, berita seperti itu akan didengar raja. Oleh sebab itu, mari, kita sama-sama berunding!"

6:8 Tetapi aku mengirim orang kepadanya dengan balasan: "Hal seperti yang kausebut itu tidak pernah ada. Itu isapan jempolmu belaka!"

6:9 Karena mereka semua mau menakut-nakutkan kami, pikirnya: "Mereka akan membiarkan pekerjaan itu, sehingga tak dapat diselesaikan." Tetapi aku justru berusaha sekuat tenaga.

6:10 Ketika aku pergi ke rumah Semaya bin Delaya bin Mehetabeel, sebab ia berhalangan datang, berkatalah ia: "Biarlah kita bertemu di rumah Allah, di dalam Bait Suci, dan mengunci pintu-pintunya, karena ada orang yang mau datang membunuh engkau, ya, malam ini mereka mau datang membunuh engkau."

6:11 Tetapi kataku: "Orang manakah seperti aku ini yang akan melarikan diri? Orang manakah seperti aku ini dapat memasuki Bait Suci dan tinggal hidup? Aku tidak pergi!"

6:12 Karena kuketahui benar, bahwa Allah tidak mengutus dia. Ia mengucapkan nubuat itu terhadap aku, karena disuap Tobia dan Sanbalat.

6:13 Untuk ini ia disuap, supaya aku menjadi takut lalu berbuat demikian, sehingga aku berdosa. Dengan demikian mereka mempunyai kesempatan untuk membusukkan namaku, sehingga dapat mencela aku.

6:14 Ya Allahku, ingatlah bagaimana Tobia dan Sanbalat masing-masing telah bertindak! Pun tindakan nabiah Noaja dan nabi-nabi yang lain yang mau menakut-nakutkan aku.

6:15 Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari.

6:16 Ketika semua musuh kami mendengar hal itu, takutlah semua bangsa sekeliling kami. Mereka sangat kehilangan muka dan menjadi sadar, bahwa pekerjaan itu dilaksanakan dengan bantuan Allah kami.

6:17 Pada masa itu pula para pemuka Yehuda mengirim banyak surat kepada Tobia, dan sebaliknya mereka menerima surat-surat dari padanya,

6:18 karena banyak orang di Yehuda mempunyai ikatan sumpah dengan dia, sebab ia adalah menantu Sekhanya bin Arah, sedang Yohanan, anaknya, mengambil anak Mesulam bin Berekhya sebagai isteri.

6:19 Juga mereka sebut-sebut segala kebaikan Tobia di mukaku dan segala perkataanku terus dibeberkan kepadanya. Pula Tobia mengirim surat-surat untuk menakut-nakutkan aku.

Wednesday, December 2, 2009

Memberi Sebagai Etalase Rohani

Ayat bacaan: Matius 6:4 =================== "Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." memberi, etalase rohani, pamerUcapan selamat kerap mengisi banyak halaman koran ketika ada hajatan-hajatan penting seperti pelantikan kepala negara atau kepala daerah. Begitu juga ketika ada orang besar/terkenal mengadakan pesta. Karangan bunga, papan ucapan, bingkisan, parcel dan sebagainya, biasa juga dipakai untuk menyampaikan ucapan selamat ini. Ketika ada yang meninggal, berbagai ucapan belasungkawa dan papan ucapan serta karangan bunga juga sering dipakai untuk menyatakan simpati dan turut berdukacita. Bentuk ucapan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah bagi kita, dan tentu sah-sah saja. Tapi apakah benar motivasi pemberian itu adalah turut bergembira atau berdukacita yang tulus? Kita sering melihat bahwa nama perusahaan berikut logo dicantumkan besar-besar. Kenyataannya ada banyak orang yang memberikan itu semua hanya sebagai upaya untuk bisa mendapat nilai lebih atau diingat oleh orang yang diberi. Setidaknya urusan ke depan bisa menjadi lebih mulus. Dalam berbagai pemilihan kita akan melihat begitu banyak kontestan atau calon yang berebut memberikan sumbangan berupa baju kaos, sembako atau bahkan uang dengan tujuan agar mereka dipilih. Begitu terpilih, mereka tidak lagi melakukannya karena apa yang mereka inginkan sudah tercapai. Sebuah kampung di dekat rumah saya selalu bergembira jika ada rangkaian pemilihan seperti ini. Baik pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota legislatif, partai dan sebagainya. Mengapa? Karena itu saatnya bagi mereka untuk menuai banyak. "Yang penting dapat uang, soal siapa yang saya pilih nanti saja." kata seorang penduduk pada saya ketika itu. Tidak heran jika hari ini mereka memakai atribut A, besok orang yang sama akan memakai atribut B. "Peduli amat, habis ini mereka juga tidak akan pernah memberi lagi sampai pemilihan berikutnya" sambungnya lagi. Pemberian seperti ini bukanlah pemberian tulus, karena ada agenda di balik itu untuk kepentingan pribadinya. Memberi merupakan kewajiban semua manusia dan merupakan perbuatan mulia. Sedekah, sumbangan, bantuan, fundraising dan sebagainya adalah bagian dari ibadah yang dianjurkan oleh semua agama. Bagi kita pun demikian. Yesus berkata "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Pemberian adalah bagian dari kepedulian terhadap sesama yang memenuhi hukum kedua yang terutama yaitu "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:39). Dan tentu saja, ketika kita memberi, itu artinya kita melakukan sesuatu untuk Yesus. (Matius 25:40). Memberi itu baik, namun motivasi di balik pemberian itu sesungguhnya sangat menentukan nilai pemberian kita. Apakah kita memberi karena rasa belas kasih dan turut prihatin dengan tulus atau kita memiliki maksud-maksud tersembunyi dibalik itu? Apakah kita memberi karena kita mengasihi sesama dan ingin mengalirkan kasih Tuhan kepada orang lain, atau kita ingin mendapatkan keuntungan, pujian, penghargaan dan berbagai agenda lainnya? Apa yang menjadi alasan kita dalam memberi akan menghasilkan perbedaan nyata dalam penilaian di mata Tuhan. Orang-orang Farisi atau ahli-ahli taurat dan para pemimpin agama di masa Yesus adalah contoh terkenal mengenai kemunafikan. Mereka memang menyumbang, mereka berdoa, mereka rajin berpuasa, namun semua itu hanyalah bentuk etalase rohani agar mereka terlihat kudus dan mendapat simpati di mata rakyat. Tuhan Yesus mencela motivasi mereka yang munafik ini. "Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar." (Lukas 11:42-43). Mereka membayar perpuluhan, tapi mereka pilih kasih dan tidak mencerminkan bentuk kasih Allah dalam perbuatan mereka. Mereka selalu duduk paling depan di rumah ibadat agar mendapat pujian dari orang. Ini perbuatan tercela yang tidak mendapat hasil apa-apa dari Tuhan. Tuhan tidak berkenan dengan pemberian atau perbuatan yang didasari motivasi untuk memegahkan diri, mencari popularitas, pamor dan keuntungan dari manusia lain. Dalam hal memberi, apa yang diajarkan Tuhan Yesus adalah seperti ini: "Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya." (Matius 6:2). Jangan tiru orang-orang Farisi yang suka menggembor-gemborkan pemberian dan ibadah mereka agar mendapat pujian orang. Tidak ada upah apapun yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang memiliki motivasi seperti ini, yang menjadikan pemberian mereka sebagai etalase rohani dengan berbagai tujuan selain karena Tuhan. Apa yang seharusnya kita lakukan ketika memberi adalah jelas: "Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu." (ay 3). Dan, "hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (ay 4). Inilah pemberian yang bernilai di mata Tuhan. "Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu". Perkataan ini diulang Yesus tiga kali seperti yang tertulis dalam Matius 6 untuk mengajarkan bagaimana kita harus melakukan tiga hal dalam ibadah kita, yaitu pemberian (ay 4), doa (ay 6) dan puasa (ay 18). Pemberian yang mendapat upah dari Tuhan adalah pemberian dalam ketulusan, dilakukan dengan hati yang murni, tanpa harus diketahui orang lain atau diumumkan. Tidak perlu orang lain melihatnya, karena Tuhan tahu dan akan memberkati apapun yang kita lakukan demi namaNya, termasuk perihal memberi ini. Karena itu penting bagi kita untuk cukup memberi dengan diam-diam, tidak pamer agar Tuhan berkenan dan menurunkan tanganNya memberkati kita. Jika tidak, sia-sialah semuanya. Meski yang diberikan besar nilainya sekalipun, tidak akan ada nilainya di mata Tuhan. Pemazmur mengatakan "Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya." (Mazmur 112:5-6). Disamping itu kita pun harus ingat bahwa kita cukup memberi dengan keiklasan/kerelaan sesuai dengan kemampuan kita. Bukan besar kecilnya pemberian yang penting di mata Tuhan, tapi kerelaan dan ketulusan kita, itulah yang penting. "Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu." (2 Korintus 8:12). Apa yang menjadi motivasi anda saat ini dalam memberi atau menolong orang yang membutuhkan? Apakah anda mengharapkan balasan? Apakah anda kecewa jika tidak mendapat ucapan terimakasih? Apakah anda mengharapkan pujian, penghormatan atau tepuk tangan dari mereka yang diberi atau orang-orang yang mengetahui pemberian anda? Atau anda akan sangat bahagia ketika bisa memberi, meski orang lain bahkan yang diberi sekalipun tidak tahu itu berasal dari pemberian anda? "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima" (Kisah Para Rasul 20:35) , ini merupakan ajaran Tuhan Yesus yang akan dirasakan oleh orang-orang yang tulus tanpa pamrih dan tidak mengharapkan imbalan atau pujian ketika memberi. Sifat keinginan untuk dipuji, dikagumi, ingin terlihat lebih dari orang lain sesungguhnya adalah bagian dari kesombongan yang akan sangat berbahaya jika terus dibiarkan hidup dalam diri kita. Memberi itu sungguh baik, itu adalah sebuah perbuatan mulia yang sangat berkenan di mata Tuhan, namun lakukanlah itu dengan motivasi yang benar seperti apa yang diajarkan Yesus, agar semua itu bisa menjadi berkat bagi banyak orang dan juga bagi kita sendiri. Kita tidak akan menerima upah dari Tuhan jika kita mencarinya dari manusia

SIKAPKU, PILIHANKU

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji,

pikirkanlah semuanya itu. (Fil 4:8)

Bacaan : Filipi 4 : 1 - 8

Sikap adalah pilihan pribadi. Apabila pikiran dipenuhi hal negatif, sehingga keluar sikap buruk seperti murung, putus asa, dendam, kita tidak boleh menyalahkan orang lain atau kondisi di sekitar, sebab itu pilihan kita. Seandainya kita mau mengubah pikiran ke hal yang optimis dan positif, maka sikap kita pun akan mengikuti. Yang unik, dalam waktu yang bersamaan, otak kita tak dapat memikirkan dua hal sekaligus. Jadi, kita harus memilih. Hari ini kita diminta memikirkan semua yang benar, mulia, manis, sedap didengar, bajik, dan patut dipuji (ayat 8). Mungkin hidup Anda saat ini sungguh terasa pahit, getir, dan sulit, tetapi mari kita lihat Paulus. Ketika ia menasihati jemaat Filipi yang menghadapi tekanan dan kesulitan hidup, Paulus sendiri sebenarnya sedang sangat susah. Ia menuliskan surat itu dari dalam penjara, dalam kondisi teraniaya karena Injil. Namun, ia memilih bersikap positif dan optimis. Jadi, ia bisa melihat peluang untuk memberitakan Injil kepada para narapidana, pegawai penjara, bahkan pejabat istana yang menangani kasusnya (Filipi 1:12-14). Bahkan, ia menghibur banyak jemaat yang ditimpa kesulitan melalui suratnya, sebab dalam penjara ia punya banyak waktu untuk menulis, berdoa, dan memuji Tuhan. Paulus dapat melakukan hal ini karena ia memilih untuk menambatkan hatinya kepada Allah; memenuhi hatinya dengan kasih kepada jiwa-jiwa terhilang dan jemaat yang dilayaninya. Maka, penjara hanya bisa mengurung tubuhnya. Sedang pikirannya tetap dipenuhi oleh semua yang benar, mulia, manis, sedap didengar, bajik, dan patut dipuji. Jika Anda sedang susah, mengapa harus menjadi lebih susah dengan memilih sikap pesimis atau negatif? Ayo bangkitlah!

SEBUAH HARI CERAH BISA DIMENDUNGKAN OLEH KEMURUNGAN. SEBUAH HARI MENDUNG BISA DICERAHKAN OLEH SENYUMAN

____________________________________________

Filipi 4 : 1 – 8

4:1 Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!

4:2 Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.

4:3 Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.

4:4 Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

4:5 Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!

4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

4:7 Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

MASA DALAM KEHIDUPAN

Engkau telah mengeluarkan aku dari perut ibuku.... Janganlah membuang aku pada masa tuaku (Mazmur 71:6,9)

Bacaan : Mazmur 71:1-24

Ketika masih muda, kita tak sabar menunggu masa dewasa. Ketika sudah tua, kita merindukan kembali masa muda yang sudah berlalu. Sungguh ironis!

Allah ingin kita menerima setiap masa dalam hidup dengan sukacita. Berapa pun usia kita, Dia meminta kita berjalan menuju kehendak-Nya, dan menerima setiap pergumulan yang Dia izinkan terjadi seiring dengan kekuatan yang Dia sediakan.

Seorang wanita yang menghadapi cobaan karena bertambahnya usia bertanya kepada J. Robertson McQuilkin, seorang utusan Injil, "Mengapa Allah membiarkan kita menjadi tua dan lemah?" McQuilkin berpikir sejenak dan menjawab, "Saya pikir, Allah telah merancang bahwa kekuatan dan kecantikan orang muda bersifat jasmani. Namun, kekuatan dan kecantikan usia tua bersifat rohani. Lambat laun kita kehilangan kekuatan dan kecantikan yang sementara itu, sehingga dapat memusatkan perhatian pada kekuatan dan kecantikan yang kekal. Dengan demikian kita berhasrat meninggalkan bagian dari diri kita yang sementara dan memburuk, dan sungguh-sungguh merindukan rumah abadi kita. Jika kita tetap muda, kuat dan cantik, kita tidak akan pernah mau meninggalkannya."

Apakah Anda berada di musim semi kehidupan? Percayalah pada waktu Allah dalam mewujudkan impian Anda. Apakah Anda berada di musim panas atau musim gugur? Hadapilah tantangan yang Anda jumpai setiap hari. Dan bila Anda merasakan dinginnya musim dingin, berusahalah mengenal Allah dengan lebih baik. Kehadiran-Nya dapat menjadikan setiap masa dalam hidup Anda penuh dengan kekuatan dan kecantikan [DJD]

Only this hour is mine, Lord -- May it be used for Thee; May every passing moment Count for eternity. --Christiansen

PENYERAHAN DIRI KEPADA KRISTUS BUKANLAH PILIHAN SATU KALI MELAINKAN TANTANGAN SETIAP HARI

Tuesday, December 1, 2009

Semangat Natal

Ayat bacaan: Filipi 2:5 ================= "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" Tidak terasa kita sudah memasuki bulan Desember, dimana kita sebentar lagi akan merayakan Natal. Ini adalah bulan dimana hampir semua orang percaya akan lebih bersemangat dalam bekerja karena sebentar lagi akan ada libur, beberapa pesta atau tukar menukar kado dan berbagai kegiatan-kegiatan yang menggembirakan bersama keluarga dan sahabat-sahabat dekat. Sebagian dari kita mulai mengumpulkan lagu-lagu Natal agar bisa merasakan semangat Natal sejak awal bulan, bahkan mungkin ada sebagian di antara kita yang mulai membayangkan indahnya rumah diterangi kelap kelip pohon natal sebentar lagi. Pergi liburan bersama anak-anak, makan bersama keluarga besar, berkirim kartu ucapan, semua terasa begitu indah. Tidak heran mendekati Natal biasanya senyuman akan lebih mudah dijumpai di kalangan anak-anak Tuhan. Jika anda tinggal di luar negeri seperti Eropa atau sebagian dari Amerika, mungkin anda tengah menantikan turunnya salju yang sangat identik dengan Natal. Pusat-pusat perbelanjaan mulai berbenah dengan dekorasi dan lagu-lagu yang diputar pun tidak akan jauh dari lagu-lagu Natal. Salahkah itu semua? Tentu Tidak. Kelahiran Yesus sudah sepantasnya kita sikapi dengan sukacita. KedatanganNya ke dunia ini membawa misi penting untuk menebus kita semua, sebagai bukti nyata betapa Tuhan mengasihi manusia dan tidak ingin satupun dari kita untuk binasa. Dengan begitu indahnya Alkitab menuliskan firman Tuhan ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). Oleh karenanya sukacita hadir di dalam diri kita, dan sebagai manusia tentu kita akan merayakannya melalui berbagai kegiatan yang diisi dengan kegembiraan. Pertanyaannya, apakah semangat Natal hanyalah berbicara atau berkaitan dengan pesta, tukar menukar kado, mendengar dan menyanyikan lagu-lagu Natal dari artis ternama? Jika itu yang menjadi gambaran bagi kita, maka itu tandanya kita belumlah sepenuhnya mengerti apa yang seharusnya menjadi semangat Natal yang sesungguhnya. Natal adalah saat dimana kita merayakan kelahiran Yesus Kristus ke dunia. Seperti yang saya sebutkan di atas tadi, Natal ada karena kasih Tuhan yang begitu besar atas kita. Tuhan merelakan anakNya yang tunggal turun ke dunia ini, mengambil rupa sama seperti kita, menebus dosa-dosa kita semua agar kita tidak binasa, melainkan bisa memperoleh kehidupan yang kekal. Hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan, sehingga hari ini kita bisa "dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia" (Ibrani 4:16), tinggal dan diam di dalam hadirat Tuhan. Ini sesuatu yang luar biasa yang bisa kita nikmati lewat penebusan Kristus. Mari kita lihat bagaimana briliannya Paulus menggambarkan hal ini dalam Filipi 2. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5). Pertama, lihatlah bahwa Yesus tidak menganggap bahwa kesetaraanNya dengan Allah harus dipertahankan. Yesus adalah Allah. Tapi meski demikian, "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." (ay 6-7) Yesus mengosongkan diriNya. Maknanya? Dia rela mengambil rupa seorang hamba dan dilahirkan seperti manusia. Kedua, Yesus mau merendahkan diriNya untuk taat sepenuhnya menjalankan misi yang digariskan Tuhan sampai kepada kematianNya di atas kayu salib. Semua dilakukan demi kita semua manusia. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (ay 8). Ini semua Dia lakukan karena kasih yang begitu besar kepada kita. Dan bagi kita manusia yang telah ditebus, sudah seharusnya kita meneladani apa yang telah diperbuat Kristus kepada sesama kita pula. We think the way He thinks, Tuhan Yesus memikirkan nasib manusia, karena itulah Natal ada. Jika Dia memikirkan nasib kita, tidakkah itu berarti bahwa kita pun harus merepresentasikan itu dengan mengasihi sesama kita juga? Lewat pertobatan kita, kita meninggalkan kehidupan lama kita yang penuh cacat dan diperbaharui dalam roh dan pikiran kita dan menggantikannya dengan sebentuk hidup sebagai manusia baru yang telah sesuai kehendakNya dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya sesuai kehendak Tuhan. (Efesus 4:22-24). Be constantly renewed in the spirit of your mind. Roh kita sudah diperbaharui, maka pemikiran kita pun seharusnya mengikuti itu. Ironis sekali jika kita yang seharusnya sudah diubahkan menjadi manusia baru tapi masih juga belum bisa menanggalkan berbagai pemikiran-pemikiran lama, masih terpusat pada kepentingan dan hal-hal yang menyenangkan secara pribadi lalu tidak tergerak untuk memikirkan saudara-saudara kita lainnya yang tengah menghadapi pergumulan berat. Di saat kita merancang berbagai kegiatan seperti pesta, liburan ke luar kota atau ke luar negeri atau bentuk-bentuk perayaan lainnya, ada banyak saudara kita yang mungkin makan sehari sekali saja masih sulit. Ada banyak yang tengah meratap memohon belas kasih akibat beratnya beban hidup. Ketika Yesus sudah melakukan itu semua lewat kedatanganNya ke dunia ini, sudahkah kita merepresentasikan semangat Kristus itu? Apakah kita mau merendahkan diri kita juga untuk berkorban, melayani dan membantu saudara-saudara kita yang sedang menderita? Itulah yang menjadi semangat Natal yang sesungguhnya. Memasuki Natal tahun ini, marilah kita lebih peka dan peduli lagi terhadap sesama kita. Tidak akan ada perayaan Natal jika Kristus tidak datang ke dunia untuk menebus kita. Dia telah mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba dan taat sampai mati di kayu salib sehingga kita bisa menikmati hadirat Tuhan hari ini dan mendapat jaminan keselamatan dalam kehidupan kekal. Demikian pula seharusnya kita bersikap. Semangat Natal sesungguhnya adalah semangat yang meneladani Kristus, dimana kita mau meluangkan waktu, tenaga dan sebagian dari yang kita miliki untuk membantu sesama kita yang menderita. Mereka pun ada dalam kasih Tuhan, mereka pun terlukis dalam telapak tanganNya dan tergambar dalam ruang mataNya. Tuhan mengasihi mereka sama seperti Tuhan mengasihi kita. Dan jika Tuhan saja mengasihi mereka, kita pun sudah selayaknya mengasihi mereka juga. Membantu mereka yang kekurangan, membagi sukacita dan berkat kepada mereka, sehingga mereka bisa tersenyum dan dapat merayakan kelahiran Kristus bersama kita tanpa harus menangis lagi, itulah semangat Natal yang sesungguhnya. Mari masuki masa Natal dengan semangat Natal yang benar. Portret semangat Natal sepantasnya tergambar dari kepedulian kita terhadap sesama

BANTUAN CUCI PIRING

Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. (1 Yoh 3 : 18)

Bacaan : 1 Yohanes 3 : 11 – 18

Mbah Wrekso, seorang janda lanjut usia yang tidak memiliki anak, sakit. Tim kunjungan jemaat menjenguknya. “Cepat sembuh ya, Mbah. Kami dukung dalam doa,” kata ketua tim. “Kalau mendukung doa itu tidak perlu. Aku masih bisa berdoa sendiri,” jawab Mbah Wrekso membuat pengunjungnya tersentak. “Tetapi, kalau kalian memang mau membantu, bantulah cuci piring-piring di dapur. Beberapa hari ini sudah menumpuk.” Meskipun hanya guyonan, kisah di atas mengingatkan kita untuk mengembangkan kepekaan dalam menolong dan mengasihi sesama. Berdoa untuk kebutuhan orang lain tentu tidak keliru, tetapi alangkah baiknya kalau kita memeriksa lebih jauh, adakah tindakan praktis yang dapat kita lakukan untuk meringankan beban orang tersebut. Hal itu selaras dengan nasihat Yohanes. Ia menegaskan bahwa kasih itu bukan hanya berupa perasaan yang hangat, sikap yang baik, atau perkataan yang ramah. Kasih tidak jarang mengundang kita untuk melakukan perbuatan baik sebagai perwujudannya. Tanpa disertai perbuatan, kasih akan menyerupai tong kosong berbunyi nyaring. Hari ini—sesungguhnya setiap hari, merupakan kesempatan baik bagi kita untuk mengungkapkan kasih. Bukan hanya dengan perkataan, melainkan juga dengan perbuatan (ayat 18). Orang-orang di sekeliling kita, baik di rumah maupun di tempat kerja, pasti memiliki berbagai kebutuhan. Selain menyampaikan perkataan yang simpatik, kita dapat melangkah lebih jauh dalam menunjukkan kasih kita, yaitu dengan memikirkan cara-cara praktis untuk menolong mereka.

TIDAK SETIAP PERBUATAN DILANDASI KASIH, TETAPI KASIH SENANTIASA MELAHIRKAN TINDAKAN

____________________________________________

1 Yohanes 3 : 11 – 18

3:11 Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi;

3:12 bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.

3:13 Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu.

3:14 Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.

3:15 Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.

3:16 Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.

3:17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?

3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

Monday, November 30, 2009

Sekeliling Gelap? Pandanglah ke Atas

Ayat bacaan: Kejadian 37:24 ====================== "Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair." "Nggak tau ah, gelap.." menjadi sebuah ungkapan yang begitu sering dipakai orang untuk menggambarkan ketidaktahuan dan ketidakjelasan terhadap berbagai hal. Seorang teman pernah bercanda dan menjawab seperti itu ketika ditanya apa hobinya, apa rencananya ke depan, apa yang ia suka, dan sebagainya. Ada pula yang memakai kalimat ini karena malas menjawab atau tidak tertarik kepada lawan bicaranya. Mengapa gelap? Karena tidak ada orang yang bisa melihat dengan jelas di dalam kegelapan. Sebuah restoran memakai konsep kegelapan ini untuk mempertajam indra rasa dan penciuman. Orang yang tuna netra biasanya memiliki pendengaran dan perasaan yang lebih tajam dibanding orang lain. Mereka mampu membedakan siapa yang berada di dekat mereka bahkan hanya dari langkah kakinya saja. Di Indonesia ada tokoh fiksi bernama Si Buta Dari Goa Hantu, di Jepang ada sosok Zatoichi. Mereka tokoh-tokoh yang ternyata menjadi luar biasa justru setelah tidak lagi bisa melihat. Ini beberapa sisi positif yang bisa muncul dari gelap. Tapi saya rasa kita semua sepakat bahwa kita tidak mau berlama-lama dalam kegelapan. Penderitaan dan kesulitan hidup seringkali membuat hidup kita gelap. Masa depan kita pun bisa terasa gelap ketika kita tidak tahu harus berbuat apa, atau tidak tahu bagaimana menyelesaikan masalah yang tengah kita hadapi. Yusuf pernah melalui kegelapan hidup lewat serangkaian penderitaannya akibat disakiti saudara-saudaranya sendiri. Bahkan setelah ia lepas dari saudara-saudaranya, hidupnya masih belum menunjukkan perubahan yang baik buat sementara. Ia difitnah dan dipenjara. Namun kita bisa melihat bagaimana Yusuf tidak pernah kehilangan pengharapan sedikit pun. Ia tetap setia dalam kesabarannya menanti janji Tuhan, dan pada akhirnya ia menerimanya dan menjadi seorang pemenang dengan gemilang. Kegelapan yang bukan dalam bentuk kiasan, melainkan dalam bentuk nyata pun pernah ia alami, yaitu ketika ia dijebloskan ke dalam sumur kering. "Dan mereka membawa dia dan melemparkan dia ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair." (Kejadian 37:24). Bayangkan jika kita yang berada di posisi Yusuf. Tidak ada yang bisa kita lihat di sekeliling kita, semuanya gelap. Ketika anda memandang ke kiri, kanan, muka, belakang, anda hanya akan melihat kekelaman yang hitam. Tapi bagaimana jika anda melihat ke atas? Ya, ada cahaya di atas. Itu satu-satunya sumber cahaya di dalam sumur. Saya percaya Yusuf dikuatkan oleh cahaya yang tetap menyinarinya dari atas, karena dia tahu meski semuanya gelap disekelilingnya, tetapi ada Tuhan di atas sana yang tetap bersinar terang siap melimpahkan berkat untuk turun atasnya ketika waktunya tiba. Dan kita tahu itu benar. Tidak hanya Yusuf, tapi tokoh-tokoh lain di alkitab pun pernah mengalami masa-masa suram. Daud misalnya, berkali-kali mengalami kesulitan dalam perjalanan hidupnya. Tapi sama seperti Yusuf, Daud memiliki pengharapan yang tidak bisa dipadamkan oleh masalah seberat apapun. Ia bahkan dengan yakin berkata "Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mazmur 23:4). Daud tahu benar bahwa Tuhan adalah gembalanya yang akan memastikan bahwa ia tidak akan kekurangan suatu apapun. (ay 1). Ia tahu bahwa hanya kebajikan dan kemurahan belakalah yang akan mengikutinya seumur hidupnya, dan itulah yang akan ia peroleh apabila ia diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa. "Surely or only goodness, mercy, and unfailing love shall follow me all the days of my life, and through the length of my days the house of the Lord (and His presence) shall be my dwelling place." (Mazmur 23:6). Kita pun pasti pernah mengalami masa-masa suram, dimana kita hanya melihat kegelapan di sekeliling kita. Kita tidak melihat solusi, kita tidak melihat pemecahan, kita tidak melihat jalan keluar, semuanya gelap. Di saat seperti itulah kita tidak boleh lupa untuk memandang ke atas. Pada saat-saat gelap seperti itu ada banyak hal yang diasah dalam diri kita. Kita bisa memakainya untuk belajar menjadi lebih dewasa, lebih tahan mental, lebih kuat, membuat indra-indra lainnya dalam diri kita menjadi lebih tajam, dan lebih dari itu semua, kita bisa belajar untuk mengandalkan Tuhan dalam hidup kita lebih dari apapun. Jika hari-hari sebelumnya kita hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri atau orang lain, dan semua itu bak menjaring angin alias sia-sia, inilah saatnya kita bisa mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan yang tidak pernah mengecewakan. Firman Tuhan berkata: "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7). Bagi orang yang mengandalkan Tuhan, "Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (ay 8). Sebaliknya "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk." (ay 5-6). Adalah sangat penting bagi kita untuk mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, dan di saat-saat gelap itulah kita bisa belajar dengan baik untuk itu. Tuhan tidak pernah mengecewakan. Ada begitu banyak bukti bagaimana ajaibnya Tuhan melepaskan banyak orang dari kesesakan, baik dari apa yang kita baca melalui tokoh-tokoh dalam alkitab hingga berbagai kesaksian yang nyata hingga hari ini. Bukti itu sudah begitu banyak, sehingga pada jaman Mazmur di tulis pun kesaksian itu sudah tertulis dengan jelas. "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti." (Mazmur 46:2). Jika hari ini anda hanya melihat kegelapan di sekeliling anda, pastikan anda melihat ke atas. Ada cahaya kemurahan Tuhan bersinar di atas sana, yang akan tetap bersama diri anda. Ketika anda mulai mengandalkan Tuhan, percaya sepenuhnya kepadanya dan terus hidup dalam pengharapan, pada suatu ketika nanti cahaya Tuhan itu akan mampu melepaskan anda dari kegelapan dan membuat segalanya indah pada waktunya. Sementara anda masih berada dalam pergumulan, manfaatkanlah itu semua sebagai sarana belajar untuk mempertajam diri anda dan melatih diri untuk bisa mengandalkan Tuhan sepenuhnya. "Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan" (Lukas 1:37), karena itu "Jangan takut, percaya saja!" (Markus 5:36). Selama sinar Tuhan dari atas masih ada bersama anda, tidak akan ada kegelapan yang mampu meruntuhkan anda. Yusuf mengalami itu dan telah membuktikan hasilnya, sekarang giliran kita untuk membuktikannya. Let's believe, trust and rely on God in full confidence and receive all His promises! Ketika disekeliling anda gelap, pandanglah ke atas

BERKAT DI BALIK NYANYIAN

dan berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. (Ef 5 : 19)

Bacaan : Kisah Para rasul 16 : 19 - 25

Nyanyian dalam kehidupan umat kristiani memiliki tempat yang sangat penting; bukan hanya dalam ibadah formal, melainkan juga dalam hidup sehari-hari. Melalui nyanyian yang kita naikkan atau dengarkan kita bisa merasakan, bahkan mengalami, kasih dan kuasa Allah. Seperti yang dirasakan dan dialami oleh Paulus dan Silas. Karena fitnah, Paulus dan Silas mengalami penganiayaan dan dipenjarakan (ayat 23). Bahkan juga dibelenggu dalam pasungan yang kuat (ayat 24). Tetapi, mereka tidak mengeluh ataupun berputus asa. Pada ayat 25 dikatakan demikian: “Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.” Lalu terjadilah gempa bumi yang hebat. Semua pintu penjara terbuka, dan mereka terlepas dari belenggu (ayat 26). Mungkin sekarang ini Anda tengah mengalami penderitaan yang hebat; kesulitan dan persoalan bertubi-tubi datang menerpa, beban hidup terasa berat, masa depan suram tidak menentu. Anda pun seolah hidup dalam penjara kepahitan. Jangan kecil hati, naik­kanlah pujian. Seperti nyanyian ini: “Tenanglah kini hatiku, Tuhan memimpin langkahku. Di tiap saat dan kerja tetap kurasa tangan-Nya. Tuhanlah yang membimbingku; tanganku di pegang teguh. Hatiku berserah penuh, tanganku di pegang teguh” (Kidung Jemaat no. 410. Judul asli: He Leadeth Me). Resapi syairnya. Hayati musiknya. Rasakan kasih dan kuasa Allah melaluinya. Mungkin masalah Anda tidak lantas selesai, tetapi setidaknya iman Anda akan dipulihkan, pengharapan Anda dikobarkan, dan kasih Anda diteguhkan.

NYANYIAN PUJIAN AKAN MEMBAWA KITA SELANGKAH LEBIH DEKAT DENGAN TUHAN

____________________________________________

Kisah Para rasul 16 : 19 – 25

16:19 Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.

16:20 Setelah mereka membawa keduanya menghadap pembesar-pembesar kota itu, berkatalah mereka, katanya: "Orang-orang ini mengacau kota kita ini, karena mereka orang Yahudi,

16:21 dan mereka mengajarkan adat istiadat, yang kita sebagai orang Rum tidak boleh menerimanya atau menurutinya."

16:22 Juga orang banyak bangkit menentang mereka. Lalu pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh mereka dan mendera mereka.

16:23 Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh.

16:24 Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.

16:25 Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka.