ReChARGE yOur SouL...

Tuesday, February 23, 2010

PERTUMBUHAN YANG TERIMPIT

Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. (Luk 8:14)

Bacaan : Lukas 8 : 4 - 15

Saya punya seorang teman yang gemar membaca buku rohani, mengikuti kegiatan pembinaan iman, dan bersemangat sekali ketika berbicara tentang teologia. Ia juga aktif melayani. Banyak orang menghormatinya sebagai orang kristiani yang baik. Namun, alangkah terkejutnya saya ketika suatu hari ia mengaku telah meninggalkan iman kristiani. Ternyata dari pengakuan teman-teman dekatnya, ia sesungguhnya belum melepaskan gaya hidup foya-foya. Itu sebabnya dalam keseharian pun ia sangat labil. Bisa tiba-tiba kehilangan antusiasme dalam pelayanan atau susah bekerja sama dengan rekan lain.

Yesus berbicara tentang hal seperti ini ketika membicarakan firman yang jatuh di tanah bersemak duri. Firman itu memang bertumbuh. Memang menghasilkan buah. Namun, pertumbuhannya terimpit, sehingga buahnya tidak matang. Ada pengaruh lain yang mengimpit pertumbuhan firman. Kekhawatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup adalah tiga pengimpit yang disebut Yesus di sini. Dan pada masa modern sekarang ini, kenikmatan hidup merupakan salah satu tantangan berat yang kita hadapi. Ia meracuni pikiran kita, sehingga firman yang kita terima tak dapat bertumbuh.

Dalam dunia yang semakin menekan kita untuk mengejar kenikmatan hidup, sangatlah penting bagi kita untuk lebih banyak membaca firman Allah. Dengan menyerap sebanyak mungkin kebenaran firman, kita akan memiliki hikmat untuk menjaga hati. Dunia ini terus menaburkan “semak kenikmatan hidup”—melalui apa yang kita baca, tonton, dan nikmati—yang bisa berakar di hati kita. Maka, kita perlu memilih aktivitas yang mendukung kerohanian. Agar firman-Nya leluasa membarui hidup kita.

CEGAHLAH KEDUNIAWIAN

MENGIMPIT PERTUMBUHAN FIRMAN TUHAN DI HATI KITA

____________________________________________

Lukas 8 : 4 – 15

8:4 Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan:

8:5 "Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis.

8:6 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air.

8:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati.

8:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat." Setelah berkata demikian Yesus berseru: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

8:9 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, apa maksud perumpamaan itu.

8:10 Lalu Ia menjawab: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang lain hal itu diberitakan dalam perumpamaan, supaya sekalipun memandang, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti.

8:11 Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah.

8:12 Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan.

8:13 Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

8:14 Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang.

8:15 Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan."

Monday, February 22, 2010

MENYENANGKAN TUHAN

Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. ( 1 Tes 2 : 4 )

Bacaan : 1 Tesalonika 2 : 1 – 6

Ada cerita tentang seorang bapak dengan anak laki-laki dan keledainya. Mereka menuntun keledainya hendak ke pasar. Sang bapak berjalan di samping, sedang anaknya duduk di atas keledai. Beberapa orang yang melihat berkata, “Anak itu tidak memiliki rasa hormat kepada orangtua, masak bapaknya berjalan, dianya sendiri naik keledai?” Tidak enak mendengar kata-kata itu, sang bapak gantian duduk di atas keledai, dan anaknya berjalan.

Orang-orang yang melihat berkata pula, “Kok tega sekali orangtua itu, enak-enak duduk di atas keledai sedang anaknya dibiarkan berjalan?” Mendengar itu, sang bapak meminta anaknya duduk di atas keledai bersamanya. Namun, orang-orang yang melihat berkata, “Kejam sekali, masak keledai tua begitu ditunggangi dua orang?” Bapak dan anak itu pun turun dari keledai dan berjalan beriringan. Ternyata omongan orang-orang tidak berhenti sampai di situ. Beberapa orang yang melihat mereka berkata pula, “Dasar bodoh, punya keledai kok tidak ditunggangi?”

Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Apabila kita berusaha menyenangkan semua orang, seperti bapak-anak dalam cerita di atas, kita akan “capek” dan “bingung” sendiri. Panggilan kita hidup di dunia ini bukanlah untuk menyenangkan hati manusia, tetapi menyenangkan hati Tuhan. Karena itu, standar atau ukuran atas sikap dan perilaku kita adalah Tuhan sendiri; apakah sikap dan tindakan kita menyenangkan Tuhan. Seperti kata Rasul Paulus, “Maka kami berbicara, bukan untuk menyenangkan manusia, melainkan untuk menyenangkan Allah yang menguji hati kita” (ayat 4).

PANGGILAN HIDUP KITA ADALAH MENYENANGKAN TUHAN

____________________________________________

1 Tesalonika 2 : 1 – 6

2:1 Kamu sendiri pun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia.

2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.

2:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya.

2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.

2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi --

2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.