ReChARGE yOur SouL...

Friday, October 16, 2009

Makin Kecil

Ayat bacaan: Yohanes 3:30

===================== "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." makin kecil, rendah hatiMemiliki anggota keluarga atau teman yang punya kedudukan atau pengaruh di negeri ini dianggap sangat menguntungkan. Ada banyak kemudahan yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan relasi. Ini sebuah kebiasaan yang sudah menjadi hal lumrah di masyarakat. Ada yang memanfaatkan hubungan yang bisa mendatangkan kemudahan untuk mendapat pekerjaan, ada yang memakainya sebagai backing yang bisa melepaskannya dari jerat hukum, ada pula yang merasa bisa bertindak seenaknya karena ia adalah bagian dari kelompok atau orang-orang yang punya pengaruh besar. Tidak heran mereka-mereka yang sering mengandalkan bentuk seperti ini seringkali bertindak arogan dan merasa dunia ini milik mereka. Konsep pemikiran seperti ini dalam bentuk yang tidak seekstrim diatas juga menjadi konsep pemikiran dunia. Di jaman modern seperti sekarang ini, dunia menekankan konsep persaingan dan bagaimana mengungguli orang lain, berada di atas mereka. Itulah yang dipercaya akan mendatangkan kesuksesan. Sebagai orang Kristen, konsep yang seharusnya kita anut bukanlah seperti itu. Dalam konsep Kekristenan kita diminta untuk tetap berada dalam kondisi rendah hati, semakin rendah hati ketika kita semakin tinggi. Ini sebuah konsep yang tentu saja bertentangan dari konsep duniawi, dan mungkin dalam pola pikir masyarakat modern akan dianggap aneh. Tapi itulah sebenarnya yang harus mendasari sikap anak-anak Tuhan. Kita diingatkan dalam Surat Efesus untuk selalu bersikap rendah hati, lemah lembut, sabar dan peduli pada orang lain. "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Efesus 4:2). Hal seperti ini dipakai sebagai prinsip hidup oleh Yohanes Pembaptis. Bayangkan, ia adalah orang yang dipakai Tuhan untuk mempersiapkan pelayanan Kristus. Ialah yang membaptis Sang Juru Selamat. Kurang apa lagi? Yohanes bisa saja bersikap sombong, karena di antara begitu banyak manusia dirinyalah yang dipakai Tuhan untuk tujuan yang begitu besar ini. Tapi Yohanes tidak bersikap demikian. Baginya prinsip hidup itu adalah seperti ini: "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil."(Yohanes 3:30). Yohanes mengatakan dengan tegas bahwa dirinya bukanlah Mesias, tapi hanya orang yang diutus untuk mendahului Yesus. "Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya." (ay 28). Yohanes memilih untuk tidak merebut kemuliaan yang merupakan milik Tuhan, meski ia merupakan salah satu tokoh kunci yang penting dalam karya penebusan Kristus yang memberikan keselamatan kepada kita. Hal menarik dalam konsep kerendahan hati ini juga ditunjukkan oleh Paulus. Paulus adalah seorang pekerja Tuhan yang luar biasa. Keteguhan, kekuatan dan keberaniannya sungguh mengagumkan. Dari pembantai orang Kristen, ia berubah secara radikal menjadi penginjil yang sangat besar. Bayangkan jika ia tidak diselamatkan, kemana dia akan berakhir. Tapi ternyata Tuhan memilih dan memakainya, sehingga akhirnya keselamatan pun menjadi bagiannya. Apakah Paulus menyombongkan dirinya? Sama sekali tidak. Mari kita lihat apa kata Paulus mengenai dirinya. "Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah." (1 Korintus 15:9). Dalam kesempatan lain ia berkata "Di antara seluruh umat Allah, sayalah yang paling hina." (Efesus 3:8 BIS). Dan dalam surat Timotius, Paulus mengatakan "Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa." (1 Timotius 1:15). I am the sinnest of the sinner. Itu pengakuan Paulus. Kita bisa melihat intensitas yang semakin meningkat dari ketiga perkataan Paulus di atas. Ia menjadi semakin kecil ketika Kristus berada semakin besar di dalam dirinya. Inilah bentuk konsep Kekristenan yang harus kita pegang sebagai anak-anak Tuhan. Dunia boleh memakai konsep pemikiran yang berbeda, namun sebagai orang yang beriman pada Kristus kita harus memiliki konsep kerendahan hati. Tuhan harus semakin besar, tapi kita harus semakin kecil. Sukses dalam konsep Kekristenan adalah konsep yang ditandai dengan sikap semakin rendah hati, tapi di saat yang sama semakin meninggikan Tuhan. Menjadi pengikut Kristus dan mendapatkan janji keselamatan hendaklah membuat kita bersyukur dan semakin rindu untuk memuliakan namanya, bukan menyalahgunakannya dalam berbagai bentuk kesombongan dan lainnya. Ingatlah bahwa dalam setiap keberhasilan kita, baik dalam pekerjaan maupun pelayanan, semua itu adalah karunia dari Tuhan dan bukan dari kuat dan hebat kita sendiri. Oleh karenanya, tetaplah rendah hati dan terus tinggikan Tuhan.

Ketika Tuhan makin besar, kita harus makin kecil

JIKA JASA DILUPAKAN

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (Fil 3:13,14) Bacaan : Lukas 17 : 11-19 Petuah China mengatakan, “Jika engkau menerima sesuatu dari orang lain, tulislah itu pada batu; tetapi jika engkau memberi sesuatu kepada orang lain, tulislah itu di atas pasir.” Yang di batu akan terukir. Yang di pasir akan terhapus. Ungkapan ini mengajar kita seni “mengingat” sekaligus seni “melupakan”. Mengingat budi baik orang lain. Melupakan kebaikan diri sendiri. Sebuah adegan dalam perjalanan Yesus menuju Yerusalem ingin mengajarkan hal serupa. Sosok orang Samaria yang sakit kusta hendak mengajarkan kepada kita seni mengingat kebaikan, terlebih kebaikan Tuhan (Mazmur 103:2). Yakni dengan mengucap syukur kepada-Nya. Sedangkan dari sikap sembilan orang kusta lain yang pergi begitu saja, kita belajar dari Yesus tentang seni melupakan kebaikan yang telah kita perbuat. Jika terus mengingatnya, kita akan tiba pada kekecewaan belaka. Sebab, akan lebih banyak orang yang tidak tahu berterima kasih dibandingkan yang sebaliknya. Namun, apakah Yesus kecewa dan berhenti melayani? Tidak! Sebab Dia tahu seni “melupakan” dan tidak berharap pada yang tidak ada. Anda sedang jengkel, sedih, atau kecewa karena jasa Anda dilupakan? Anda sedang geleng-geleng kepala menatap orang yang tak tahu berterima kasih atas budi baik Anda? Anda sedang bertekad untuk berhenti berbuat baik karena nyatanya percuma saja? Urungkan niat Anda! Hal itu akan menghambat pertumbuhan iman Anda. Pandanglah Yesus dan belajarlah kepada-Nya untuk “melupakan” jasa-jasa kita. Sebaliknya, jangan pernah lupakan kebaikan Tuhan kepada Anda. - PAD
LUPAKAN KEBAIKAN YANG KITA BERIKAN DAN SELALU INGAT SETIAP KEBAIKAN YANG KITA TERIMA
____________________________________________ Lukas 17 : 11-19 17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. 17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh 17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" 17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. 17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria . 17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" 17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Apa Kata Dunia?

Ayat bacaan: Yohanes 17:20-21 ======================= "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." bersatulah, denominasiMemperbesar jurang perbedaan biasanya lebih mudah daripada mencari kesamaan. Ini sudah menjadi hal yang lumrah di jaman sekarang. Perpecahan demi perpecahan terus saja terjadi. Tidak saja terhadap orang-orang duniawi, tapi di kalangan anak Tuhan pun demikian. Tidak jarang kita menjumpai perpecahan di tubuh gereja bahkan adapula yang sampai menyebabkan permusuhan antar gereja. Tidak jarang kita mendengar orang berkata bahwa gerejanya lah yang benar dan menganggap gereja lainnya sesat. Saling mengejek, merendahkan, memojokkan, menganggap hanya dirinya yang benar sedangkan yang lainnya salah. Ini adalah hal yang menyedihkan. Bagaimana kita mau menjadi berkat jika di antara kita saja sudah saling menyalahkan? Apa kata dunia? Bukannya mencari titik persamaan tapi malah semakin sibuk menggali jurang perbedaan. Bukannya semakin dekat, tapi malah semakin jauh. Dimana letak kasih jika itu yang terjadi? Jangan mimpi dulu untuk bisa mengasihi orang lain jika kepada saudara seiman saja kita tidak mampu mengaplikasikannya. Jangan mimpi dulu untuk mengubah dunia menjadi lebih baik jika yang sudah baik saja terus kita gerogoti. Tata cara peribadatan pun akhirnya menjadi celah bagi iblis untuk mengobok-obok kita, dan i roni snya kita mengijinkannya. Yesus sangat merindukan kesatuan di antara semua gereja Tuhan di atas permukaan bumi ini. Sudah jelas bahwa setiap gereja yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat merupakan bagian dari tubuh Kristus. Maka dimanapun kita berjemaat, kita pun merupakan anggota dari tubuh Kristus. Jika Dia mengasihi semua anak-anakNya, mengapa kita sendiri malah saling menyalahkan dan menjatuhkan? Mari kita lihat bagian dari doa dari Yesus untuk murid-muridNya. "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." (Yohanes 17:20-21). Ada beberapa bagian penting dari petikan doa Yesus ini yang bisa kita ambil. Pertama, kita bisa melihat bahwa Yesus tidak hanya berdoa bagi murid-muridNya, tapi juga kepada semua orang yang percaya kepadaNya. Kemudian Yesus juga mendoakan agar semua kita yang percaya kepadaNya bisa bersatu. Sama seperti Bapa di dalam Yesus, dan Yesus di dalam Bapa, demikian pula kita semua di dalam Bapa dan di dalam Yesus. Ini bentuk kesatuan yang utuh. Dan Yesus pun menyatakan bahwa hanya dengan kesatuan seperti inilah kita bisa membuat perbedaan nyata bagi dunia. Tidak akan ada yang percaya kepadaNya jika kita sebagai umatNya di muka bumi ini justru menunjukkan kelakuan yang buruk. Jika kita sendiri pecah dan saling benci, sementara kita mengajarkan soal kasih, siapa yang bakal mau mendengar? Bukannya menjadi berkat, kita malah menjadi batu sandungan. Bukannya memuliakan Tuhan, tapi kita malah menjatuhkan namaNya. Mengenai kesatuan ini kita bisa meneladani sikap gereja mula-mula. Lihatlah bagaimana kebersatuan mereka yang begitu indah. "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." (Kisah Para Rasul 2:42). Dalam kebersatuan dan ketaatan pun mereka kemudian diberkati Tuhan dengan hadirnya banyak mukjizat dan tanda. (ay 43). Lalu dikatakan bahwa menyaksikan kemuliaan Tuhan turun atas mereka, semuanya terus bersatu, bahkan kepunyaan mereka masing-masing pun menjadi milik bersama. "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama," (ay 44). Dan lihatlah bahwa dengan kebersatuan yang mereka tunjukkan, dunia bisa melihat dan percaya. Maka Tuhan pun menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. (ay 47). Lihatlah bahwa tidak ada perbedaan antara jemaat mula-mula. Orang Yahudi atau tidak, kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda, mereka semua bersatu dan sama-sama bertekun untuk belajar kebenaran firman Tuhan. Mereka memberi diri dibaptis, memecahkan roti, berdoa, mendalami firman Tuhan, bersatu di dalam rumah Tuhan, dan yang paling penting, melakukan segala yang difirmankan Tuhan pula lewat perilaku mereka. Dan dunia pun bisa melihat bentuk kesatuan ini secara nyata. Kembali kepada Yohanes 17:20-21 di atas, kita bisa melihat bahwa ketika Yesus berbicara mengenai satu kesatuan, hal itu bukanlah hanya mengacu kepada kesatuan rohani semata tapi juga mengacu kepada sebuah kesatuan yang secara nyata dapat dilihat oleh dunia. Tidak soal dimana anda dan saya berjemaat, kita semua adalah satu, sama-sama anggota tubuh Kristus. Kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus dimana Kristus sendiri bertindak sebagai kepala."Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada." (Efesus 1:22). Ingatlah bahwa "Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu." (ay 23). Selanjutnya Paulus pun mengingatkan "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan." (2:20-21). Hendaklah kita selalu ingat bahwa dimanapun kita berjemaat, kita semua adalah bagian dari tubuh Kristus, yang seharusnya saling mengisi. Alangkah indahnya jika kita bisa menyampingkan berbagai perbedaan yang berpotensi menjadi celah bagi iblis untuk memecah belah kita, lalu saling dukung untuk bertumbuh bersama-sama. Tidak boleh ada toleransi terhadap perpecahan, apapun alasannya diantara sesama tubuh gereja sendiri. Bentuk tata cara peribadatan boleh saja berbeda, yang penting semuanya berdasar pada iman yang sama akan Kristus. Perbedaan denominasi boleh saja, tapi semuanya tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari bait Allah yang kudus. Di atas segala perbedaan ada satu kesamaan, dan mulailah dari sana . Kita diajarkan untuk saling mengasihi, seperti halnya Tuhan mengasihi kita. Maka terapkanlah hal itu mulai dari yang kecil, yaitu diantara sesama jemaat Kristus. Jangan bermimpi untuk bisa menyelamatkan dunia jika kepada saudara sendiri saja kita masih saling curiga. Jika itu yang masih kita pertontonkan, apa kata dunia? Yesus menginginkan kita untuk bersatu, sedang iblis ingin kita terpecah belah dan saling benci. Mana yang akan kita pilih?
Denominasi boleh banyak, tapi semuanya adalah anggota tubuh Kristus

Thursday, October 15, 2009

Lelah? Bersyukurlah!

Ayat bacaan: Keluaran 36:1 ======================= "Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang yang ahli, yang telah dikaruniai TUHAN keahlian dan pengertian, sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan untuk mendirikan tempat kudus, tepat menurut yang diperintahkan TUHAN." lelah, bersyukurHari sudah larut malam, pekerjaan masih menumpuk. Sehari penuh bekerja membuat saya mulai merasa kehabisan bensin untuk melanjutkan tugas satu persatu hingga selesai, termasuk menulis renungan yang sudah menjadi komitmen saya untuk dilakukan setiap hari. Bekerja di beberapa bidang memang menuntut konsentrasi lebih. Saya dan istri saat ini sedang sibuk mengurus pindahan, di satu sisi mengemas barang-barang dan di sisi lain merenovasi rumah yang akan ditempati berikutnya. Itu sungguh menyita waktu dan tenaga, karena kami harus bolak balik membeli cat dan peralatan lainnya, mengurus ini dan itu yang berhubungan dengan kepindahan. Jika itu saja sudah capainya minta ampun, situs musik yang saya kelola ternyata jadwalnya pun sedang padat. Ada begitu banyak event yang harus ditulis, ada album yang harus diulas dan sebagainya. Maka seperti yang saya sebutkan di awal, rasanya saya seperti kehabisan bensin, lelah luar biasa. Ketika saya menuliskan renungan ini, stamina rasanya sudah sangat terkuras. Tapi bedanya dengan sejam sebelumnya, saat ini saya merasakan sukacita dan seperti mendapat tambahan tenaga untuk terus melanjutkan tugas dengan sebaik-baiknya hingga selesai. Apa yang membuat hal itu? Ayat bacaan hari ini menjadi jawabannya. Puji Tuhan, dalam keadaan timbunan tugas luar biasa ternyata Tuhan mengerti hal itu dan menguatkan saya lewat firmanNya! Ayat ini bercerita mengenai pengangkatan Bezaleel dan Aholiab untuk membangun Kemah Suci yang dimulai dari ujung pasal sebelumnya. "Berkatalah Musa kepada orang Israel: "Lihatlah, TUHAN telah menunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah memenuhinya dengan Roh Allah, dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan." (Keluaran 35:30-31). Bezaleel dan Aholiab adalah dua orang yang kepadanya diberikan tugas untuk membangun Kemah Suci. Tuhan tidak sekedar menyuruh, tapi Dia membekali dengan Roh Allah yang memberi keahlian, pengertian dan pengetahuan agar mampu mengerjakan tugas-tugas yang telah diberikan itu. Tidak hanya itu, tapi Tuhan pun memberikan kepandaian untuk mengajar agar orang lain pun bisa mendapat ilmu dari apa yang mereka miliki. "Dan TUHAN menanam dalam hatinya, dan dalam hati Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan, kepandaian untuk mengajar." (ay 34). Betapa banyak talenta yang telah Tuhan berikan kepada kedua orang ini. Secara detail dikatakan seperti berikut: "Ia telah memenuhi mereka dengan keahlian, untuk membuat segala macam pekerjaan seorang tukang, pekerjaan seorang ahli, pekerjaan seorang yang membuat tenunan yang berwarna-warna dari kain ungu tua, kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus, dan pekerjaan seorang tukang tenun, yakni sebagai pelaksana segala macam pekerjaan dan perancang segala sesuatu." (ay 35). Terdengar rumit dan bertumpuk-tumpuk bukan? Tapi Tuhan memberi pernyataan yang jelas tentang ini, yang saya anggap sebagai kesimpulan dari rangkaian ayat yang telah kita baca di atas. "Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang yang ahli, yang telah dikaruniai TUHAN keahlian dan pengertian, sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan untuk mendirikan tempat kudus, tepat menurut yang diperintahkan TUHAN." (Keluaran 36:1). Ini merupakan gambaran yang tegas dan jelas tentang apa yang harus kita lakukan dalam berusaha. Mari kita penggal ayat di atas dalam 3 bagian agar terlihat lebih jelas. "Demikianlah harus bekerja Bezaleel dan Aholiab, dan setiap orang yang ahli." (1). Adalah sebuah anugerah luar biasa ketika kita bisa memiliki pekerjaan. Satu pekerjaan saja sudah merupakan anugerah besar, apalagi jika lebih. Itu adalah berkat dari Tuhan yang harus kita syukuri, dan tidak boleh diisi dengan bersungut-sungut, mengeluh apalagi mengomel mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. "yang telah dikaruniai TUHAN keahlian dan pengertian, sehingga ia tahu melakukan segala macam pekerjaan" (2). Perhatikan, bukan hanya pekerjaan yang Dia berikan, tapi kita diperlengkapiNya pula dengan segudang talenta; keahlian dan pengertian; sehingga kita mampu menjalankan pekerjaan kita dengan baik dan berhasil. Artinya, ketika Tuhan memberikan kita berkat untuk bekerja dan berusaha, Tuhan telah melengkapi kita terlebih dahulu dengan bekal yang diperlukan untuk mengelola segala yang dipercayakan kepada kita agar bisa kita lakukan dengan baik. Kemudian kita lihat penggalan selanjutnya: "untuk mendirikan tempat kudus, tepat menurut yang diperintahkan TUHAN." (3). Bagian ini dengan jelas berbicara mengenai pentingnya kita memuliakan Tuhan dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Mendirikan tempat yang kudus, tepat menurut yang diperintahkan Tuhan tidak hanya secara sempit berbicara mengenai membangun gereja, tapi juga termasuk kehidupan dan pekerjaan kita yang harus selalu memuliakan Tuhan dan dilakukan sesuai kehendakNya. Artinya, hidup kita pun harus bisa menjadi bait yang kudus, demikian pula pekerjaan kita dan segala aspek kehidupan yang kita jalani. Dalam hubungannya dengan pekerjaan, Paulus menyatakan pesan yang sejalan dengan rangkaian firman Tuhan di atas. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Semua harus kita lakukan dengan sebaik-baiknya, sepenuh hati, serius, sungguh-sungguh, seperti halnya jika kita melakukannya untuk Tuhan. Jika tidak demikian, itu artinya kita tidak menghargai Tuhan yang telah memberikan kita berkat melalui pekerjaan, juga berkat melalui talenta-talenta yang sangat berguna dalam melakukan pekerjaan itu. Hal ini pun berhubungan dengan "perumpamaan tentang talenta" yang diberikan Yesus dalam Matius 25:14-30). Jumlah talenta berbeda-beda, yang terkecil adalah satu. Satu tentu lebih sedikit dari dua, apalagi lima . Tapi bukankah satu pun merupakan pemberian yang harus kita syukuri dan kembangkan? Satu talenta itu senilai seribu uang emas. Satu uang emas saja sudah banyak, apalagi seribu. Jadi sesungguhnya satu talenta itu pun sudah merupakan kepercayaan besar yang diberikan Tuhan kepada kita. Berapapun yang diberi, kita harus bersyukur dan mempergunakannya untuk memuliakan Tuhan. Berapapun yang dipercayakan, kita harus mampu mengelolanya dengan baik untuk tujuan-tujuan yang mulia. Betapa senangnya Tuhan jika kita melakukan dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Betapa Tuhan menghargai orang-orang yang bersungguh hati dalam menjalankan pemberianNya. Jika kita melakukan seperti itu, maka jawaban "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu" akan kita terima, tidak peduli berapapun talenta yang awalnya dipercayakan kepada kita. Anda seperti saya merasa lelah? Bersyukurlah karena itu artinya kita sudah lebih baik dari orang yang hanya bermalas-malasan tanpa mau bekerja. Merasa kehabisan bensin? Bersyukurlah karena Tuhan menjanjikan kelegaan dan akan selalu memberikan kekuatan. Anda sedang mengalami pergumulan, permasalahan atau sakit-penyakit? Mengucap syukurlah, sebab ini saatnya anda belajar untuk mengandalkan Tuhan lebih dari apapun dan menyaksikan sendiri kuasa Tuhan terjadi dalam hidup anda. Ketika anda pergi tidur, anda akan bangun dengan berkat yang baru setiap pagi yang berasal dari Tuhan. (Ratapan 3:22-23). Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, itu artinya kepercayaan yang Tuhan berikan pun besar. Maka lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya, sebab Tuhan telah membekali dengan talenta yang tidak sedikit pula, dan pakailah itu untuk memuliakan Tuhan. Jika kita melihat perjalanan para tokoh alkitab, kita akan melihat pula bahwa mereka semua adalah pekerja keras dan tidak satupun yang bermalas-malasan. Semua pasti lelah, tapi mereka tetap punya semangat karena mereka tahu bahwa semua itu merupakan berkat yang berasal dari Tuhan, dan Tuhan menjanjikan keberhasilan yang gemilang dalam setiap pekerjaan baik yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam namaNya. Tuhan menjanjikan kita sebagai "kepala dan bukan ekor, tetap naik dan tidak akan turun" (Ulangan 28:13) jika kita setia melakukan segala yang Dia berikan kepada kita. Selanjutnya lihatlah firman Tuhan ini: "Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina." (Amsal 22:29). Seperti itulah ganjaran terhadap orang-orang yang cakap dalam pekerjaannya, yang melakukan pekerjaannya dengan serius dan sungguh-sungguh. Jika Tuhan menyertai, apapun yang kita kerjakan akan dibuatNya berhasil. (Kejadian 39:2,3,23). Bersyukurlah atas pekerjaan yang bertumpuk, yang berat, karena semua itu merupakan berkat yang tak ternilai besarnya dari Tuhan, dan dibalik itu semua keberhasilan pun telah Dia sediakan bagi kita. Jika anda merasa lelah hari ini, bersyukurlah. Dibalik kelelahan bekerja tersimpan banyak berkat Tuhan

ALASAN UNTUK MEMAAFKAN

dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;

(Mat 6:12)

Bacaan : Matius 18:21-35

Di sebuah ruang pengadilan, seorang pemuda duduk di kursi terdakwa. Ia didakwa membunuh teman sebayanya. Sebelum hakim membaca keputusan, ia bertanya kepada ayah anak yang menjadi korban, “Pemuda ini terbukti bersalah telah membunuh putra Anda. Menurut Anda hukuman apa yang setimpal untuknya?” Bapak tua itu menjawab, “Pak Hakim, anak saya satu-satunya telah meninggal. Hukuman apa pun tidak akan mengembalikan hidupnya. Saya sangat mengasihinya, dan sekarang tidak punya siapa-siapa untuk saya kasihi. Tolong kirimkan terdakwa ke rumah saya, untuk menjadi anak saya.” Apa reaksi kita terhadap orang yang pernah menyakiti kita? Ingin menghukumnya? Mencoba untuk membuatnya merasakan penderitaan yang kita rasakan, bahkan kalau bisa lebih menderita; biar tahu rasa? Memaafkan memang bukan perkara semudah membalikkan telapak tangan. Namun, begitulah yang Tuhan ingin kita lakukan (ayat 22). Lalu, bagaimana melaksanakan kehendak Tuhan itu di tengah keterbatasan kita? Pertama, sadari bahwa ibarat orang berutang, kita lebih punya banyak utang kepada Tuhan, daripada orang lain kepada kita. Dosa kita yang begitu banyak, oleh kasih Kristus lunas dibayar di kayu salib. Jadi, kalau utang kita yang segitu banyaknya sudah Tuhan bayar lunas, mengapa kita masih terus menuntut orang lain ”membayar” utangnya kepada kita (ayat 33)? Kedua, sadari bahwa menyimpan dendam dan kebencian dalam hati hanya akan menimbulkan ketidaksejahteraan. Hanya menambah beban. Dengan memaafkan sebetulnya kita tengah berbuat baik kepada diri sendiri. - AY

KEKUATAN SESEORANG TERLETAK KETIKA IA BISA MEMAAFKAN ORANG YANG MENYAKITINYA

____________________________________________

Matius 18:21-35

18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"

18:22 Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya.

18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta.

18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya.

18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan.

18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.

18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!

18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan.

18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya.

18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka.

18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.

18:33 Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?

18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya.

18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."

Wednesday, October 14, 2009

TEORI DAN PRAKTEK

Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu.

Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu. (Fil 4:9)

Bacaan : Filipi 4: 8 - 9

Epiktetus, seorang guru filsafat Stoa, pernah berkata, “Domba tidak memuntahkan makanan untuk menunjukkan kepada gembalanya seberapa banyak rumput yang telah ia makan. Sebaliknya, mereka mengunyah dan memanfaatkannya untuk menghasilkan wol dan susu.” Saat membaca kalimat itu, saya berpikir tentang hal yang seharusnya terjadi terhadap “sesuatu yang baik” yang masuk dalam diri seseorang. Faktanya, berbagai pengetahuan yang baik tidak selalu menghasilkan penerapan yang baik. Bahkan, setiap firman Tuhan yang diberitakan tak selalu menghasilkan tindakan nyata—ada orang-orang yang sudah tahu isi Alkitab, tetapi dengan sadar enggan melakukan karena sulit. Lalu, tidakkah kita tergelitik dengan perkataan Epiktetus? Untuk apa semua hal baik itu masuk dalam diri kita: sekadar teori, atau sudah dipraktikkan?

Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi mengingatkan bahwa segala sesuatu yang telah mereka pelajari, terima, dengar, dan lihat harus bermuara pada satu hal: lakukanlah semua itu (ayat 9). Paulus tidak ingin jemaat Filipi hanya sekadar tahu atau mengerti firman Tuhan. Adalah baik untuk tahu dan mengerti, tetapi itu belum cukup. Semua pengertian itu harus dilakukan. Teori yang baik harus disertai dengan praktik yang baik. Dan, ada sesuatu yang indah menyertai perbuatan nyata tersebut: maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu. Di mana pun, dalam keadaan apa pun, kita diajak menerapkan pengetahuan iman kita. Jangan berhenti pada tataran pengetahuan. Kita diajak masuk lebih dalam, menerapkan, mengalami sendiri; melakukan firman itu meski di saat paling sulit sekalipun. - HAS

PAHAMILAH APA YANG KAUPELAJARI; LAKUKANLAH APA YANG KAUPAHAMI

____________________________________________

Filipi 4: 8 – 9

4:8 Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

4:9 Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.

Tuesday, October 13, 2009

KUASA MANUSIA

Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui. (Maz 37 : 35,36) Bacaan : Mazmur 37 : 34 – 40 Setiap tahun majalah TIME menetapkan 100 nama orang paling berpengaruh di dunia. Uniknya, nama-nama itu berubah terus. Mereka yang tahun lalu dipandang paling berpengaruh, bisa jadi tahun ini tidak lagi. Kejayaan manusia bisa sirna hanya dalam hitungan bulan. Salah satu contoh yang ekstrem tampak ketika Tim Russert ditetapkan sebagai jurnalis paling berpengaruh pada TIME edisi Mei 2008. Namun, baru sebulan kemudian, Russert meninggal dunia karena serangan jantung. Betapa fana kuasa manusia! Pemazmur sadar benar akan keringkihan manusia. Seseorang bisa saja sangat kuat kuasanya. Ia bisa seperti pohon aras Libanon (ayat 35) yang kayunya terkenal paling kokoh, kuat, tak tergoyahkan bagai kayu jati. Orang paling berkuasa ini bisa memakai kuasanya untuk menindas kaum lemah. Atau, pamer kuasa dan fasik. Tidak percaya Tuhan karena mengandalkan kekuatan diri. Namun, orang semacam ini bisa dengan mudah dilenyapkan Tuhan. Kuasa manusia berada di bawah kuasa Allah. Sebaliknya, orang yang tulus hati dan jujur akan diteguhkan oleh kuasa Tuhan. Mungkin di mata manusia, mereka tidak punya kuasa istimewa. Orang-orang biasa saja. Tetapi, naungan kuasa Allah membuat mereka bisa luput dari pengaruh kuasa orang fasik (ayat 40). Kita hidup di tengah masyarakat yang gila kuasa. Dari panggung politik sampai ruang rapat gereja, orang berebut mencari kuasa. Kadang dengan cara licik. Betapa bodohnya! Sebenarnya tidak penting kita menjadi orang yang berkuasa. Jauh lebih penting menjadi orang yang dikuasai dan dipengaruhi Allah! - JI ORANG YANG DIKUASAI OLEH ALLAH TIDAK AKAN TAKUT OLEH KUASA APA PUN DAN SIAPA PUN ____________________________________________ Mazmur 37 : 34 – 40 37:34 Nantikanlah TUHAN dan tetap ikutilah jalan-Nya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri, dan engkau akan melihat orang-orang fasik dilenyapkan. 37:35 Aku melihat seorang fasik yang gagah sombong, yang tumbuh mekar seperti pohon aras Libanon; 37:36 ketika aku lewat, lenyaplah ia, aku mencarinya, tetapi tidak ditemui. 37:37 Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan; 37:38 tetapi pendurhaka-pendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan. 37:39 Orang-orang benar diselamatkan oleh TUHAN; Ia adalah tempat perlindungan mereka pada waktu kesesakan; 37:40 TUHAN menolong mereka dan meluputkan mereka, Ia meluputkan mereka dari tangan orang-orang fasik dan menyelamatkan mereka, sebab mereka berlindung pada-Nya.

Monday, October 12, 2009

Dian Fossey : Gorilla In The Mist

Ayat bacaan: Kejadian 1:28 ====================== "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Manusia sesungguhnya memiliki tugas yang amat penting. Sejak awal penciptaan, Tuhan telah berpesan langsung kepada kita untuk beranak cucu memenuhi bumi, kemudian menaklukkan dan berkuasa atas semua hewan baik di laut, darat maupun udara. "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Menaklukkan dan berkuasa disini bukanlah dalam artian kita bisa seenaknya mengeksploitasi isi bumi tanpa memikirkan kelangsungan hidup atau kelestariannya, tapi justru kita diminta untuk bertanggung jawab secara penuh untuk mengurus dan melestarikan segala yang ada di muka bumi ini. Baik kekayaan alam, lingkungan, termasuk pula di dalamnya berbagai spesies atau jenis hewan yang hidup di bumi. Berbicara mengenai kelestarian hidup hewan, saya tertarik untuk mengangkat kisah Dian Fossey. Mungkin di antara teman-teman masih ada yang ingat atau pernah menonton film Gorillas In The Mist? Film yang dibintangi oleh Sigourney Weaver di tahun 1988 yang sukses besar. Film ini diangkat dari sebuah novel yang ditulis oleh Dian Fossey berjudul sama yang mengisahkan biografinya sendiri. Dian Fossey bukanlah wanita sembarangan. Ia merupakan satu dari sedikit sekali orang yang berani mengambil langkah untuk peduli terhadap kelangsungan hewan, terutama gorila. Dian Fossey berasal dari keluarga broken home. Ayahnya adalah pemabuk yang belakangan bunuh diri karena depresi atas ketidakmampuannya untuk mencukupi keluarga. Terinspirasi dari penelitian Jane Goodall tentang perlunya menjaga kelestarian primata, Fossey memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk gorilla. Untuk itu pada tahun 1966 Fossey memutuskan untuk pergi ke Kongo dengan tujuan untuk mempelajari gorila. Namun pada saat itu situasi di Kongo tidak kondusif akibat timbulnya pemberontakan di sana . Fossey pun kemudian pindah ke Rwanda , dan mempelajari kehidupan Gorila selama 18 tahun. Ia masuk ke dalam hutan dan mencoba pelan-pelan beradaptasi dan masuk ke dalam kehidupan sekelompok gorila. Sekian lama ia berjuang dan menumbuhkan kepercayaan gorila-gorila itu, akhirnya ia pun diterima dengan hangat di tengah-tengah mereka. Tidak saja diterima, bahkan keluarga gorila itu mengijinkan Fossey untuk bermain dengan bayi mereka. Ada banyak foto yang merekam hubungan harmonis antara Fossey dengan gorila dan itu semua kemudian diekspos di berbagai media massa , termasuk yang paling terkenal ketika foto dan beritanya dimuat di majalah National Geographic tahun 1970. Di kala itu berita tentang Fossey menggemparkan dunia. Bayangkan, seorang wanita paruh baya rela berdiam di hutan sendirian dan hidup ditengah sekawanan gorila yang dianggap ganas. Tapi lewat semua itu Fossey sukses merubah pola pikir banyak orang. Jika sebelumnya film-film Hollywood menggambarkan sosok gorila sebagai hewan buas, lewat observasi Fossey akhirnya dunia mengetahui bahwa gorila ternyata adalah hewan yang cinta damai dan hidupnya terancam justru akibat perburuan liar yang dilakukan manusia sendiri. Ternyata manusia lebih buas dari gorila, dan ini tentu bertentangan dengan tugas yang diberikan Tuhan kepada manusia. Dedikasi Fossey sungguh besar. Ia bahkan rela mengorbankan hidupnya demi keluarganya yang sekarang, keluarga gorila. Ia mendapat berbagai ancaman, terutama dari pihak-pihak yang merasa terganggu dengan keberadaan dan perjuangannya dalam menentang eksploitasi gorila demi sejumlah uang. Dian Fossey akhirnya dibantai/dibunuh secara sadis di rumahnya, dimana pelakunya masih menjadi misteri hingga hari ini. Diduga Fossey dibunuh oleh para pemburu gorila atau pihak-pihak yang selama ini merasa dirugikan oleh keberadaan Fossey. Tapi biar bagaimanapun, apa yang diperjuangkan Fossey selama 18 tahun sungguh membekas di hati banyak orang. Perjuangannya dikenang sepanjang masa, dan yang jauh lebih penting dari itu, Fossey telah menunaikan tugas yang diberikan Tuhan untuk memelihara kelestarian satwa, dalam hal ini gorila dengan penuh kasih. Bekerja dan berdedikasi haruslah dilakukan dengan kasih. Itu firman Tuhan yang tertulis dalam 1 Korintus 16:14 : "Lakukanlah segala pekerjaanmu dalam kasih!". Disamping itu, ingatlah selalu bahwa "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Apa yang dilakukan Fossey sejalan dengan ayat-ayat di atas. Jika kita melakukan segala sesuatu dalam kasih dan dengan segenap hati seperti untuk Tuhan maka kita tidak akan tergoda untuk mengeksploitasi sumber-sumber alam, tumbuhan dan hewan seenaknya. Kasih yang ada dalam hati kita dan komitmen untuk berbuat yang terbaik untuk Tuhan akan membuat kita mendedikasikan pekerjaan kita untuk kebaikan. Fossey tidak mundur sedikitpun meski ada dibawah ancaman. Dari kisah Fossey kita bisa belajar melihat bagaimana sebuah dedikasi yang sepenuhnya bisa menjadikan seseorang menjadi sosok yang luar biasa. Oleh karenanya, dimanapun kita ditempatkan Tuhan saat ini, kita harus selalu serius untuk melakukan pekerjaan Tuhan lewat apapun yang kita kerjakan. Kita harus berusaha giat dan sungguh-sungguh, karena akan ada waktu dimana kita tidak lagi bisa berbuat apa-apa. "Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja." (Yohanes 9:4). Dalam kitab Yesaya tertulis: "Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu." (Yesaya 60:1-2). Kita hanya bisa menjadi terang, menyinari kegelapan yang menutupi dunia apabila terang dan kemuliaan Tuhan terbit dalam diri kita. Dan untuk itu, tentu kita harus belajar hidup kudus, termasuk pula melakukan segalanya dengan kasih dan selalu berusaha untuk melakukan segala pekerjaan kita seperti untuk Tuhan. Di sisi lain, ingatlah bahwa kelestarian dan kelangsungan hidup satwa menjadi tanggungjawab kita. Ada banyak spesies yang terancam punah, ada begitu banyak hewan yang saat ini terancam kehidupannya. Hendaknya kita menjadi pribadi-pribadi yang peduli, karena Tuhan telah menugaskan kita semua untuk melestarikan ciptaan-ciptaanNya di muka bumi ini. Tuhan telah memanggil kita untuk menjadi anak-anakNya yang membawa terang Allah dimanapun kita ditempatkan. Miliki dedikasi yang sungguh-sungguh dan lakukanlah dalam kasih, muliakan Tuhan di atasnya. Mari kita belajar dari sosok Fossey yang penuh dedikasi sehingga perjuangan dan impiannya menjadi sesuatu yang luar biasa. Hiduplah dengan dedikasi yang tinggi, lakukan dalam kasih dengan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan