ReChARGE yOur SouL...

Thursday, June 24, 2010

SALAH MELIHAT

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Mat 7 : 3)

Bacaan : Matius 7 : 1 - 5

Sir Percival Lowell adalah astronom ternama pada akhir abad ke-19. Ketika melihat planet Mars dari teleskop raksasa di Arizona, ia melihat ada garis-garis di planet itu. Menurutnya, itu adalah kanal-kanal buatan makhluk planet Mars. Lowell mengabdikan seluruh hidupnya untuk memetakan garis-garis itu. Namun, foto satelit kini membuktikan tidak ada kanal di Mars. Lantas apa yang dilihat Lowell? Ternyata ia melihat pembuluh-pembuluh darah di matanya sendiri saat melihat teleskop! Ia menderita penyakit langka yang kini disebut “Sindrom Lowell”.

Sama seperti Lowell, kita pun bisa salah memandang orang lain. Sifat-sifat buruk orang lain tampak begitu besar dan nyata, sehingga kita terdorong untuk menegur dan menghakiminya. Padahal tanpa sadar kita pun punya sifat buruk itu, bahkan mungkin lebih parah! Ini ibarat orang yang mau mengeluarkan serpihan kayu dari mata orang lain, padahal ada balok di matanya sendiri. Sebuah perbuatan munafik yang tidak akan berhasil. Seseorang harus menyadari dulu sifat-sifat buruknya sendiri, lalu berusaha mengatasinya. “Balok di matanya” harus dikeluarkan, sebelum bisa menegur orang dengan penuh wibawa.

Sikap suka menghakimi kerap muncul dalam keluarga. Bisa terjadi dalam hubungan antara orangtua dan anak, atau suami dan istri. Kedekatan membuat kita sangat mengenal cacat cela orang-orang yang kita kasihi. Akibatnya, kita menjadi sangat mudah menemukan kesalahan mereka. Ini yang harus kita waspadai. Lain kali, sebelum menuduh dan mencaci-maki, periksalah diri sendiri dulu. Belum tentu kita lebih baik dari mereka. Jadi, lebih baik saling menasihati daripada saling menghakimi.

DENGAN MENGHAKIMI KITA MERASA DIRI HEBAT

DENGAN SALING MENASIHATI KITA AKAN MERASA DIRI SEDERAJAT

_____________________________________

Matius 7 : 1 – 5

7:1 "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.

7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?

7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

SAHABAT PALSU

Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. (Ams 17:17)

Bacaan : Yohanes 15 : 9 – 16

Budi dan Toni berteman baik. Kepada orang lain, Toni kerap mengaku sahabat Budi dan sering memuji Budi sebagai sahabat yang sangat baik. Anehnya, setiap kali Budi ingin berbicara dengan Toni, acap Toni menghindar dengan alasan sibuk. Ketika Budi meminta Toni melakukan sesuatu untuknya, Toni selalu menolak. Jadi, apakah mereka benar-benar bersahabat? Sepertinya tidak. Sahabat bukan sekadar seseorang yang mau mengakui atau memuji, tetapi yang bersedia untuk ada ketika sang sahabat memerlukannya.

Dalam Yohanes 15, Yesus berbicara tentang persahabatan. “Kamu adalah sahabat-Ku” (ayat 14). “Aku tidak lagi menyebut kamu hamba … tetapi … sahabat” (ayat 15). Tak diragukan lagi, Kristus adalah Sahabat terbaik yang bisa kita miliki. Dia sudah membuktikan kasih-Nya. Dia memberikan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabat-Nya (ayat 13). Lalu, apa kita sudah menjadi sahabat yang baik bagi-Nya? Atau, selama ini kita hanya mengaku sahabat, tetapi tak pernah memberi waktu untuk berbicara dengan-Nya, meminta pendapat-Nya saat mengambil keputusan, atau melakukan apa yang membuat-Nya senang? Pedulikah kita pada hati Kristus yang menangis bagi jiwa yang terhilang? Pedulikah kita pada hal yang membuat Yesus sedih?

Pada ayat 14, Yesus berkata bahwa sebagai sahabat-Nya kita tak cukup hanya mengaku dan menyanyi bahwa Yesus adalah sahabat sejati. Sebagai sahabat-Nya, kita harus melakukan perintah-Nya, menghindari apa yang mendukakan-Nya, selalu setia kepada-Nya. Karena sahabat menaruh kasih setiap waktu, dalam kesesakan atau kesuksesan, waktu sehat atau sakit. Kristus mau menjadi sahabat Anda, maukah Anda menjadi sahabat-Nya?

MEMILIKI KRISTUS SEBAGAI SAHABAT ADALAH ANUGERAH TERBESAR

MENJADI SAHABAT KRISTUS ADALAH KEHORMATAN TERBESAR

_____________________________________

Yohanes 15 : 9 – 16

15:9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.

15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

15:11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.

15:12 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.

15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

15:14 Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.

15:15 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.

15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.

UENAK TENAN

Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. (Roma 6:12)

Bacaan : Kejadian 3: 1-6

Kok bisa sih dia jatuh dalam dosa? Heran. Seharusnya kan dia bisa menahan diri terhadap godaan dosa itu. Apalagi dia orang kristiani yang rajin ke gereja, aktif pula dalam kegiatan-kegiatannya.” Kata-kata tersebut terkadang kita dengar atau kita lontarkan tatkala mendapati seorang kristiani jatuh dalam dosa. Padahal jawaban pertanyaan tersebut sebenarnya sederhana, yaitu karena dosa itu rasanya uenak tenan (enak sekali). Tidak ada dosa yang tidak enak; semuanya enak. Yang tidak enak adalah akibatnya.

Kita harus selalu ingat bahwa dosa selalu menggoda kita lewat wujud sesuatu yang tampak enak, indah, manis, lezat, mak nyus—sehingga kita bisa tak tahan untuk mencobanya. Hawa digoda Iblis bukan hanya karena buah itu menarik warnanya, tetapi juga karena Iblis berkata bahwa buah itu dapat memberinya pengertian. Ini sangat menggiurkan bagi Hawa. Itulah sebabnya Hawa mengulurkan tangan dan sungguh-sungguh memakan buah terlarang tersebut. Inilah prinsip dosa; ia tidak akan hadir sebagai sesuatu yang mengerikan atau menjijikkan, sehingga kita mudah menghindarinya. Sebaliknya, ia akan menampakkan diri dalam bentuk yang menarik dan menggoda.

Mari perhatikan kondisi dunia saat ini. Apa saja yang ditawarkan oleh dosa dalam hal pornografi, perselingkuhan, narkoba, atau judi? Semuanya adalah hal-hal yang tampak nikmat dan menggiurkan, bukan? Itulah sebabnya Allah memperingatkan kita untuk selalu berhati-hati dan berjaga-jaga (Amsal 7:21, 1 Petrus 5:8). Yakni dengan selalu waspada dan sadar betapa pahit akibat dosa yang kita lakukan.

MANISNYA DOSA DAPAT KITA HINDARI

JIKA KITA MAMPU MELIHAT PAHITNYA AKIBAT DOSA

_____________________________________

Kejadian 3: 1-6

3:1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

3:2 Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,

3:3 tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

3:4 Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,

3:5 tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat."

3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.

Psalm 23 (For the Work Place)

The Lord is my real boss, and I shall not want. He gives me peace, when chaos is all around me. He gently reminds me to pray and do all things without murmuring and complaining. He reminds me that He is my source and not my job. He restores my sanity everyday and guides my decisions that I might honor Him in all that I do Even though I face absurd amounts of e-mails, system crashes, unrealistic deadlines, budget cutbacks, gossiping co-workers, discriminating supervisors and an aging body that doesn't cooperate every morning, I still will not stop--- for He is with me! His presence, His peace, and His power will see me through. He raises me up, even when they fail to promote me. He claims me as His own, even when the company threatens to let me go. His Faithfulness and love is better than any bonus cheque His retirement plan beats any 401k there is! When it's all said and done, I'll be working for Him a whole lot longer and for that I BLESS HIS NAME!!!!!! Pass this message to all working people and let them be also blessed today...not just yourself!

KENA BATUNYA

Daud telah berkata pada waktu itu: "Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta." Sebab itu orang berkata: "Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait." ( 2 Sam 5 :8 )

Bacaan : 2 Samuel 9

Pengalaman buruk tertentu bisa membuat orang sentimen setengah mati kepada sesuatu atau seseorang. Sebagai contoh, karena pernah ditipu orang dari suku tertentu, seseorang menjadi benci pada semua orang dari suku itu; gusar pada segala hal yang berbau suku tersebut. Padahal itu penyamarataan yang keliru.

Dulu, ketika hendak menyerang Yerusalem, Daud pernah dihina orang Yebus, penduduk Yerusalem. Mereka menyebutnya pecundang; yang akan dikalahkan orang-orang buta dan timpang. Daud pun merasa harga dirinya diinjak-injak. Dan sejak itu, ia menjadi benci pada orang-orang timpang dan buta (2 Samuel 5:8). Namun, di kemudian hari Tuhan mengizinkan sesuatu yang aneh terjadi. Ketika ia bertekad memenuhi janji kepada sahabatnya Yonatan yang telah meninggal, yaitu menunjukkan kasih kepada keturunannya, dibawalah kepadanya anak Yonatan yang bernama Mefiboset—yang timpang kakinya! Demi membuktikan tekadnya untuk mengasihi, setiap hari Daud makan semeja dengannya. Lantas kita katakan: Daud kena batunya.

Perasaan sentimen bisa jadi cukup akrab dengan kita. Padahal perasaan itu menghalangi kita untuk bersikap adil dan mengasihi. Sentimen membuat kita cenderung menyamaratakan; pukul rata saja. Akibatnya, mungkin ada pihak tak bersalah yang jadi sasaran. Belum lagi jika perasaan sentimen itu kita tularkan pada orang-orang di sekeliling kita. Semua jadi ikut curiga, takut, dan tendensius akibat sebuah sentimen pribadi.

Mari bersikap lebih jujur dan adil dengan belajar mengatasi sentimen pribadi. Tak perlu menunggu sampai Tuhan mengizinkan pengalaman serupa Daud terjadi pada kita, bukan?

KASIH KERAP KALI PERLU DITUNJUKKAN DENGAN BUKTI

KHUSUSNYA PADA ORANG YANG KITA KECUALIKAN UNTUK DIKASIHI

_____________________________________

2 Samuel 9

9:1 Berkatalah Daud: "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan."

9:2 Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: "Engkaukah Ziba?" Jawabnya: "Hamba tuanku."

9:3 Kemudian berkatalah raja: "Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." Lalu berkatalah Ziba kepada raja: "Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya."

9:4 Tanya raja kepadanya: "Di manakah ia?" Jawab Ziba kepada raja: "Dia ada di rumah Makhir bin Amiel, di Lodebar."

9:5 Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar.

9:6 Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: "Mefiboset!" Jawabnya: "Inilah hamba tuanku."

9:7 Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku."

9:8 Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?"

9:9 Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu.

9:10 Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku." Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba.

9:11 Berkatalah Ziba kepada raja: "Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya." Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja.

9:12 Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset.

9:13 Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.

Mengharapkan Konflik

II Korintus 4:5-10

Tidak seperti ajaran teologi tertentu yang populer, keselamatan tidak menjanjikan kehidupan yang mudah. Memang sungguh menggoda untuk memperkenalkan Kekristenan sebagai tempat perlindungan yang aman di tengah dunia yang terus berputar – lalu ada yang membuka pintu berkat dan sukacita, tanpa ada kesukaran yang bisa menyelinap masuk. Agama seperti ini bisa laku keras di pasar dunia, tetapi yang seperti itu tidak benar.

Yang benar adalah, orang Kristen tidak bisa lepas dari konflik atau ejekan. Prinsip-prinsip Alkitab yang kita pegang erat-erat seringkali tampak sebagai kebodohan bagi orang tak percaya. Selain itu, mempertahankan iman dan menyampaikan injil seringkali menimbulkan kritik atau kemarahan orang yang mendengarnya. Tetapi Alkitab menasihati agar kita tidak berdiam diri dan berhenti menjadi terang (Matius 5:14-15). Sesungguhnya, kita justru harus menerima pertentangan itu sebagai sarana yang menumbuhkan iman kita.

Renungkan hal ini: Sistem kepercayaan kita diberi nama Orang yang sangat menantang status quo, sampai-sampai para pemimpin agama pun menghendaki kematian-Nya. Yesus Kristus selalu menimbulkan kontroversi dalam pelayanan-Nya, dan mungkin juga dalam seluruh kehidupan. Itu sebabnya Alkitab sering mencatat, Dia menyingkir untuk menyendiri dengan Allah – Dia perlu mencari pimpinan dan mendapatkan kekuatan. Sekalipun Yesus adalah Allah sejati, Dia juga manusia sejati. Dia tahu bagaimana rasanya sengat penolakan dan ketakutan, sama seperti kita (Ibrani 4:15).

Sebagai orang percaya, kita memang dipanggil untuk menjadi pembawa damai, tetapi ini tidak berarti kita harus mengelakkan semua penentang gereja. Terimalah konflik sebagai hal yang tak dapat dihindari dan tetaplah melakukan penjangkauan. Sebagian dari orang yang mendengar injil dari Anda mungkin akan percaya. Anda bisa memberi dampak nyata hanya dengan menjadi orang yang dikehendaki Allah – menjadi saksi Kristus

II Korintus 4:5-10

(5) Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

(6) Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

(7) Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.

(8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;

(9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.

(10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.

WASPADAI KUASA ANDA

Firaun berpaling, lalu masuk ke istananya dan tidak mau memperhatikan hal itu juga. (Kel 7 :23)

Bacaan : Keluaran 5 : 15 - 24

Erasmus Darwin—seorang penyair Inggris—pernah menulis, “Orang yang memperbolehkan adanya penindasan, telah membagi-bagikan kejahatan.” Penindasan ditujukan pada pihak yang lebih lemah karena ada kuasa yang lebih besar dari si penindas. Kuasa sendiri pada dasarnya tidak memuat sesuatu yang buruk, tetapi jika kuasa dipakai secara negatif, kejahatan bisa mulai bersemi dari situ.

Setelah bertemu Musa dan Harun untuk kali pertama, Firaun justru menjadi semakin jahat. Juga semakin keras menindas umat Israel yang diperbudak. Semula, pembuatan batu bata oleh para budak disuplai dengan bahan baku jerami oleh orang Mesir. Kini para budak pembuat batu bata itu harus mencari jerami sendiri, tetapi jumlah batu bata yang dicetak tak boleh berkurang. Jika jumlahnya berkurang, maka para mandor Israel akan dipukuli (ayat 14). Tak heran, para mandor ini kemudian menyalurkan kejengkelan mereka kepada Musa dan Harun (ayat 21). Situasi runyam semacam ini adalah hasil penindasan manusia satu terhadap yang lain. Kejahatan yang berhubungan dengan kuasa selalu turun ke bawah, dan mengenai pihak yang lebih lemah. Namun, Allah tidak membiarkan kecenderungan manusiawi semacam ini terus terjadi. Dan, Dia bisa turun tangan untuk membongkar keangkuhan orang yang menindas sesama dengan kuasanya (ayat 24)!

Berhati-hatilah dengan kekuasaan yang saat ini melekat pada diri Anda. Hendaknya kita menggunakannya—dalam posisi apa pun dan di mana pun—untuk menyejahterakan sesama, bukan menindas. Ingatlah bahwa ada Dia yang mengawasi segalanya. Jangan sampai “tangan yang kuat” itu menegur kita.

TUHAN MAHAKUASA MAKA TAK ADA GUNANYA MANUSIA SOK KUASA

_____________________________________

Keluaran 5 : 15 – 24

5:15 Sesudah itu pergilah para mandur Israel kepada Firaun dan mengadukan halnya kepadanya: "Mengapakah tuanku berlaku seperti itu terhadap hamba-hambamu ini?

5:16 Jerami tidak diberikan lagi kepada hamba-hambamu ini tetapi walaupun begitu, kami diperintahkan: Buatlah batu bata. Dan dalam pada itu hamba-hambamu ini dipukuli, padahal rakyat tuankulah yang bersalah."

5:17 Tetapi ia berkata: "Pemalas kamu, pemalas! Itulah sebabnya kamu berkata: Izinkanlah kami pergi mempersembahkan korban kepada TUHAN!

5:18 Jadi sekarang, pergilah, bekerja! Jerami tidak akan diberikan lagi kepadamu, tetapi jumlah batu bata yang sama harus kamu serahkan."

5:19 Maka mengertilah para mandur Israel, bahwa mereka ada dalam keadaan susah, karena dikatakan kepada mereka: "Kamu tidak boleh mengurangi jumlah batu bata pada tiap-tiap hari."

5:20 Waktu mereka meninggalkan Firaun berjumpalah mereka dengan Musa dan Harun, yang sedang menantikan mereka,

5:21 lalu mereka berkata kepada keduanya: "Kiranya TUHAN memperhatikan perbuatanmu dan menghukumkan kamu, karena kamu telah membusukkan nama kami kepada Firaun dan hamba-hambanya dan dengan demikian kamu telah memberikan pisau kepada mereka untuk membunuh kami."

5:22 Lalu Musa kembali menghadap TUHAN, katanya: "Tuhan, mengapakah Kauperlakukan umat ini begitu bengis? Mengapa pula aku yang Kauutus?

5:23 Sebab sejak aku pergi menghadap Firaun untuk berbicara atas nama-Mu, dengan jahat diperlakukannya umat ini, dan Engkau tidak melepaskan umat-Mu sama sekali."

5:24 Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: "Sekarang engkau akan melihat, apa yang akan Kulakukan kepada Firaun; sebab dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan membiarkan mereka pergi, ya dipaksa oleh tangan yang kuat ia akan mengusir mereka dari negerinya."

CARA TUHAN MENEGUR

“ Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa.” Ayub 5:17

Ayub hidup tidak bercela dan memiliki hati yang takut akan Tuhan. Meskipun demikian, ia tidak luput dari ujian dan penderitaan. Awalnya ia berontak dan bertanya-tanya kepada Tuhan, “ Mengapa hal ini terjadi ?” Namun setelah Roh Tuhan menjelaskan kehendak dan rencanaNya, ia menjadi tenang dan beroleh kesanggupan menghadapi semuanya itu.

Pergumulan yang dialami Ayub mungkin sama dengan yang kita alami saat ini. Kita sudah bertekun melayani Tuhan serta berusaha hidup sesuai dengan firmanNya, namun persoalan demi persoalan masih saja datang silih berganti. Pergumulan yang kita alami begitu berat dan sepertinya apa pun yang kita kerjakan tidak dapat membuahkan hasil. Orang lain mencibir dan merendahkan kondisi buruk yang kita alami. Namun bukan berarti Tuhan tidak adil, menutup mata atau tidak mempedulikan kita.

Ada tertulis, “...Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya.” (Ayub 33:14). Salah satu cara itu adalah melalui masalah yang Dia ijinkan terjadi dalam hidup kita. Selalu ada rencanaNya yang indah di balik masalah. Apa yang direncanakan Tuhan atas kita merupakan proses yang menjadikan kita lebih baik, lebih berkenan dan semakin sempurna. Jadi semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita seperti yang dikatakan oleh Ayub, “...untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan kesombongan orang.” (Ayub 33:17). Dia hendak mengingatkan kita agar tetap fokus, tidak lengah dan terlena.

Banyak orang ketika dalam keadaan baik masih bisa tekun dalam doa dan bersemangat melayani Tuhan. Tetapi ketika dalam kesukaran, seringkali semangat mulai luntur, jarang berdoa dan tidak lagi serius melayani Tuhan. Itulah sebabnya tak henti-hentinya firmanNya menasihatkan, “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (1 Korintus 10:12). Berhentilah menyalahkan Tuhan. Sebaliknya, ucapkanlah syukur. TeguranNya adalah bukti Dia sangat mengasihi kita !

“ Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tanganNya menyembuhkan pula.” Ayub 5:18