ReChARGE yOur SouL...

Thursday, November 26, 2009

Di Bawah Kaki

Ayat bacaan: Kisah Para Rasul 2:34-35 ============================= "Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu." di bawah kakiMelihat poster-poster film yang ada di bioskop terkadang membuat saya miris sendiri. Berbagai bentuk hantu seperti kuntilanak, pocong, suster ngesot dan sebagainya menjadi primadona atau superstar yang digemari banyak orang. Banyaknya film bertemakan hantu ini menunjukkan minat besar dari penonton film terhadap genre horror di Indonesia. Padahal apa yang disajikan hanya itu-itu saja. Dan banyaklah orang yang hingga kini masih takut ke kamar mandi sendirian, takut berjalan dalam kegelapan, takut sendirian di rumah dan sebagainya. Takut apa? Takut setan. Mengapa harus takut? Bukankah Yesus sudah menghancurkan kewibawaan setan dan mengalahkan dengan gemilang lewat kebangkitanNya 2000 lebih tahun yang lalu? Itu kita tahu, itu kita percaya, untuk itu kita bersukacita. Tapi nyatanya, kenapa masih takut? "Ya takutlah... lihat saja film-film itu..sebagian besar pembuatan film-film tersebut malah menyisakan kisah-kisah menyeramkan yang katanya nyata terjadi.." kata seorang teman. Didatangi mahluk halus, kesurupan di lokasi syuting dan sebagainya. "Kalau memang Tuhan sudah mengalahkan, kenapa kok masih ada?" kata teman saya lagi. Sesungguhnya Tuhan Yesus memang telah mengalahkan iblis. Iblis kehilangan semua kewibawaannya di bumi pada hari Yesus bangkit dari antara orang mati. Apa yang diperbuat iblis saat ini adalah memakai strategi tipu muslihat. Iblis tidak ingin kita percaya bahwa ia tidak lagi punya taji, karenanya segala tipu muslihat pun dibuatnya untuk mengelabui kita, agar kita mengira bahwa iblis masih punya kuasa besar di dunia ini. Dalam Efesus dikatakan "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis" (Efesus 6:11). Tipu muslihat iblis, itulah yang kita lawan menggunakan perlengkapan senjata Allah. Takut terhadap setan dan hantu yang sering muncul di film-film? Itu sebenarnya baru salah satu bentuk tipuan iblis. Kita takut melihat yang seram-seram, tapi seringkali tidak menyadari bentuk penipuan iblis dalam bentuk lain. Iblis bisa berkedok dalam hal yang justru terlihat menyenangkan, bikin bahagia, senang, enak dan glamor. Bisa jadi iblis bersembunyi di balik sesuatu yang awalnya terlihat menyenangkan, dan pada suatu ketika kita pun terikat, termakan tipu muslihatnya. "Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu." (Kisah Para Rasul 2:34-35). Kita harus tahu betul, dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus menjadi Tuhan dan Kristus, Mesiah, Sang Raja Penyelamat. (ay 36). Kuasa iblis tidak lagi ada, semua telah menjadi tumpuan kaki Yesus. Diinjak di bawah kakiNya. Sekali lagi, ini fakta yang membuat kita bersukacita. Tapi seringkali kita tidak sadar bahwa ada peran kita di dalam perihal injak-menginjak ini. Kita lupa bahwa kini kaki kitalah yang dipakai untuk menginjak-injak pekerjaan dan tipu muslihat iblis. Dalam struktur tubuh Gereja, Yesus sendirilah yang merupakan Kepala. Kita adalah anggota-anggota tubuh yang tersusun rapi, diikat menjadi satu dan saling terhubung satu sama lain, terus bertumbuh ke dalam segala hal mengarah kepada Kristus sang Kepala. (Efesus 4:15-16). Yesus kepala, kita kaki dan tanganNya. Artinya kitalah yang meneruskan pekerjaan di dunia hari ini untuk menghentakkan kaki atas dosa, penyakit dan segala karya tipu-tipu iblis lainnya di dunia ini. Kitalah yang dipakai Tuhan untuk menjadikan musuh-musuh ini sebagai tumpuan kakiNya. Hal ini pun dikatakan Yesus. Mari kita lihat beberapa ayat berikut ini: "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi." (Matius 28:18). dan, "Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk...Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Markus 16:15,17-18). Apa yang dikatakan Yesus kurang lebih demikian: "Pergilah dan jadilah kaki-tanganKu." atau demikian: "KepadaKu telah diberikan segala kuasa baik di surga maupun di bumi. Karena itu ambillah dan pergunakanlah untuk menaruh iblis di bawah kakimu." Tapi kita tidak mendengarNya. Kita terus menanti dan bertanya-tanya kapan Tuhan bertindak mengatasi segala kekacauan di muka bumi ini. Dan kita pun terbiasa untuk terus menanti tanpa melakukan apapun. Alkitab jelas berkata bahwa seorang dapat mengejar seribu orang, sedangkan dua orang dapat membuat lari bukan dua ribu, melainkan sepuluh ribu orang. (Ulangan 32:30). Inilah bentuk pelipatgandaan kuasa yang diberikan Tuhan dalam persekutuan anak-anakNya. Dan semua itu bukanlah karena kehebatan kita, melainkan berkat hadirnya Tuhan di tengah-tengah persekutuan kita. (Yosua 23:10). Dalam setiap perkumpulan kita, ada penambahan kekuatan yang luar biasa. Jika kita mau menyadari ini, kita akan tahu bagaimana kuatnya jika kita berkumpul dalam pemahaman siapa kita sebenarnya dan apa yang Tuhan canangkan bagi kita, bahwa kitalah kaki tangan Kristus yang akan meletakkan iblis di bawah kakiNya, menginjak-injak iblis dan menghancurkan tipuan-tipuannya. Letak iblis ada di bawah kaki kita. (Roma 16:20). Dan dengan Kristus sebagai kepala, dengan sendirinya iblis pun berada di bawah kakiNya. Itulah sejatinya posisi kita saat ini. Oleh sebab itu alangkah ironisnya jika hari ini kita mengira bahwa iblis masih punya kuasa, yang mampu membuat kita gemetar dan takut kepadanya. Itu artinya kita belumlah mengerti apa yang telah dihasilkan Yesus lewat kebangkitanNya, dan apa yang telah Dia berikan kepada kita untuk menjadi anggota tubuhNya, menjadi kaki-tanganNya hari ini. Tuhan menantikan kita untuk membuang pikiran-pikiran kita yang salah dan mau mulai menapak unuk melakukan hal-hal yang ditugaskan Allah kepada kita. Sudah siapkah kita melakukannya? Iblis letaknya ada di bawah kaki kita

Wednesday, November 25, 2009

MENYIKAPI PUJIAN

Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki. (Gal 5:25,26)

Bacaan : Galatia 5: 16 - 26

Sepasang angsa bersiap meninggalkan danau yang airnya mulai mengering. Seekor kodok memohon untuk bisa ikut dengan mereka pindah ke danau lain. Namun, angsa bingung bagaimana cara membawa si kodok. Si kodok punya ide brilian, “Kalian gigit kedua ujung akar rumput ini, saya akan menggigit bagian tengahnya. Kemudian bawalah saya terbang.” Angsa setuju. Mereka pun terbang. Di angkasa, sekelompok burung memuji kecerdikan mereka dan bertanya, “Kalian sungguh cerdik, siapa yang punya ide secemerlang ini?” Si kodok menjawab dengan bangga, “Ide saya.” Saat itu terlepaslah gigitannya, ia pun jatuh ke bawah dan mati. Pujian ibarat pedang bermata dua. Bisa produktif kalau kita sikapi dengan rendah hati; sebagai motivasi dan alasan untuk berbuat lebih baik. Akan tetapi, bisa juga kontraproduktif kalau kita sikapi dengan besar kepala; sebagai bentuk kemenangan dan kebanggaan diri. Maka, penting sekali menyikapi pujian dengan penguasaan diri. Tanpa penguasaan diri kita akan mudah dimabukkan oleh pujian. Mabuk pujian awal kehancuran. Seperti yang terjadi pada si kodok. Penguasaan diri adalah bagian dari hidup yang dipimpin Roh. Sedangkan gila hormat dan mabuk pujian adalah bagian dari hidup yang dipimpin daging. Hidup yang dipimpin Roh berbuahkan hal-hal yang indah (ayat 22,23), sebaliknya hidup yang dipimpin daging berbuahkan hal-hal yang buruk (ayat 19-21). Seseorang yang menjadi milik Kristus, ia telah menyalibkan dagingnya (ayat 24). Itu berarti, ia juga harus selalu menguasai dirinya. Termasuk ketika menerima pujian.

TERIMALAH PUJIAN SEBAGAI PENGUATAN BAHWA KITA DAPAT MELAKUKAN HAL YANG MENYENANGKAN TUHAN DAN SESAMA

____________________________________________

Galatia 5: 16 – 26

5:16 Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.

5:17 Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

5:18 Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.

5:19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,

5:20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,

5:21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,

5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.

5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh,

5:26 dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.

NAMA BAIK

Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. (1 Tim 3:7)

Bacaan : 1 Timotius 3:1-7

Pak Indra adalah anggota jemaat potensial. Pengalaman berorganisasinya luas, baik di tingkat lokal maupun nasional. Tak ayal lagi ia dicalonkan sebagai ketua panitia Natal. Namun, ada satu masalah. Banyak orang berkata, Pak Indra terlibat perbuatan amoral. Mereka tak bisa membuktikan perbuatan dosanya, tetapi bisa mencium gelagat yang tidak beres. Yang jelas, Pak Indra tidak lagi punya nama baik di lingkungannya. Bolehkah ia tetap dijadikan ketua panitia Natal, dengan asas “praduga tidak bersalah”? Ketika Rasul Paulus menuliskan syarat menjadi pemimpin jemaat, ia memasukkan unsur “nama baik” (ayat 7). Pemimpin harus punya nama baik di masyarakat agar ia tidak digugat orang. Nama baik itu menyangkut citra dan penilaian orang terhadap diri kita. Memang penilaian orang tidak selalu tepat, tetapi sebuah citra buruk pasti melumpuhkan wibawa dan pelayanan kita. Pemimpin bercitra buruk bisa menjadi batu sandungan, bahkan merusak kesaksian gereja. Itu sebabnya Paulus meminta para pemimpin menjadi teladan dalam bertingkah laku (ayat 3), berkeluarga (ayat 2,4,5), dan bermasyarakat (ayat 7). Tidak cukup ia dinilai orang “tidak terbukti bersalah”. Ia harus benar-benar dinilai “terbukti tidak bersalah”. Tak bercela. Punya nama baik bukan cuma penting bagi para pemimpin. Sebagai saksi Kristus, setiap orang kristiani juga harus mempunyai nama baik. Coba renungkan: apa kira-kira kesan orang-orang tentang kita? Sudahkah Anda punya nama baik di lingkungan Anda? Kalau belum, apa sebabnya? Lantas bagaimana memperbaikinya?

ORANG KRISTIANI TANPA NAMA BAIK BAGAIKAN BUNGA MELATI TANPA HARUM WANGI

____________________________________________

1 Timotius 3:1-7

3:1 Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah."

3:2 Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,

3:3 bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang,

3:4 seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.

3:5 Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?

3:6 Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis.

3:7 Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.

MENGENANG PAHLAWAN

Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk. (Ams 10:7)

Bacaan : Mazmur 112

Semakin sulit rasanya menemukan sosok pahlawan. Media massa saat ini lebih sering menyoroti pesohor daripada pahlawan. David Aikman dalam The Great Souls menegaskan perbedaan antara “pahlawan” (great man) dan “pesohor” (selebrity). Celebrity, mengutip sejarahwan Daniel Boorstin, ialah “seseorang yang dikenal karena keterkenalannya”. Adapun great mengandung arti “menonjol, terkenal, terkemuka, terhormat, tinggi, mulia, luhur, tekun, ulet, hebat, mengagumkan”. Jadi, pahlawan mengacu pada orang dengan pencapaian unggul yang ditandai oleh satu atau lebih kualitas watak yang agung; orang yang bisa bangkit di tengah-tengah kesukaran atau penderitaan; bisa mempertahankan kemurnian moral pada saat menghadapi cobaan yang berat. Uraian itu sesuai dengan sosok pahlawan iman dalam Alkitab. Alkitab menyebutnya sebagai ”orang benar”, yaitu mereka yang takut akan Allah dan menaati perintah-Nya. Menurut pemazmur, mereka ”akan diingat selama-lamanya” (Mazmur 112:6), dan Salomo menyatakan bahwa kenangan akan mereka ”mendatangkan berkat” (Amsal 10:7). Mengenang orang benar, di satu sisi, menunjukkan penghargaan dan penghormatan kita. Kenangan itu, di sisi lain, kiranya menggugah kita untuk meneladani kepahlawanan mereka. Anda merindukan pahlawan iman? Anda bisa membaca kisah pahlawan iman di Alkitab atau buku-buku biografi. Namun, bisa jadi ada pahlawan di sekitar kita. Meskipun mungkin tidak tersohor, mereka memiliki kehidupan iman yang patut diteladani. Mengapa kita tidak memikirkan cara untuk berterima kasih kepada mereka?

KEPAHLAWANAN YANG SEJATI MENGGUGAH KEPAHLAWANAN YANG LAIN

____________________________________________

Mazmur 112

112:1 Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.

112:2 Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.

112:3 Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya.

112:4 Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil.

112:5 Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.

112:6 Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya.

112:7 Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN.

112:8 Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya.

112:9 Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan.

112:10 Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia menggertakkan giginya, lalu hancur; keinginan orang fasik akan menuju kebinasaan.

Tuesday, November 24, 2009

Tegaslah Terhadap Pertengkaran

Ayat bacaan: Amsal 17:14 ==================== "Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai." pertengkaranBulan Maret kemarin kita dikejutkan dengan tragedi Situ Gintung. Hujan deras yang turun membuat tanggul tidak mampu menahan dorongan air. Tanggul pun bobol, bencana banjir bandang terjadi. Hanya dalam waktu singkat 2,1 juta meter kubik air pun melanda rumah-rumah penduduk yang berada di bawah tanggul. Berulang-ulang berita ditayangkan di TV terasa mengiris hati. Bayangkan bagaimana rasanya orang tua kehilangan anak, anak kehilangan orang tua, kehilangan sanak saudara. Hanya dalam waktu yang sangat singkat, hanya dalam hitungan menit, tiba-tiba begitu banyak orang kehilangan harta, saudara, anak, keluarga, teman dan juga nyawa. Musibah bisa terjadi begitu mendadak. Ketika tanggul jebol, tidak ada satupun orang yang sanggup menghentikan limpahan air deras yang menyeruak keluar dari tembok yang retak itu dalam waktu singkat. Lihatlah betapa mengerikannya bencana yang bisa diakibatkan oleh pecahnya tanggul yang bertugas menahan air. Seperti itulah bahaya pertengkaran menurut firman Tuhan. Alkitab menggambarkan memulai pertengkaran sama seperti membobol dinding penahan air. Jika tanggul terbuka, meski sedikit saja pada awalnya, air pasti akan terus mendorong tanggul, memperbesar retaknya sehingga air akan memancar semakin deras dan menenggelamkan sekitarnya. Tidak lagi terkendali, liar dan ganas, berpotensi menghancurkan orang lain dan tentunya diri kita sendiri. "Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai." (Amsal 17:14). Tidak sembarangan Tuhan mengingatkan bahaya pertengkaran, karena ini merupakan satu dari masalah yang paling umum terdapat dalam kehidupan, bahkan sering menyerang orang-orang percaya. Kita tidak sadar dan membiarkan hal ini masuk kemana-mana. Di rumah, di tempat kerja, di kampus, sekolah, lingkungan rumah bahkan gereja sekalipun tidak luput dari bahaya pertengkaran ini. Tentu saja tidak seorangpun di antara kita dengan sengaja membiarkannya masuk. Kita tidak pernah bangun di pagi hari dan langsung berkata, "saya mau bertengkar hari ini, yang besar sekalian.." Tidak. Yang terjadi biasanya adalah kita tidak waspada dan membiarkan kekesalan kecil hinggap pada diri kita, kemudian membiarkannya terus membesar hingga tidak terkendali, seperti tanggul jebol. Tanpa sadar, kita sudah masuk ke dalam sebuah pertengkaran yang sulit dikendalikan. Begitu banyak rumah tangga yang hancur akibat tingginya frekuensi pertengkaran di rumah. Rumah tidak lagi nyaman. Suasana panas, saling benci. "Tapi saya manusia, bukan robot, wajar dong jika merasa kesal dengan perlakuan pasangan kita, tetangga atau teman pada suatu ketika?" Tentu saja. Ada saatnya mungkin kita merasa kesal dengan perilaku seseorang, yang paling dekat sekalipun. Namun kita harus mampu mengendalikannya sebelum menjadi besar. Apa yang saya lakukan jika terjadi perselisihan kecil dengan istri saya? Saya akan berusaha diam dan menarik diri dari potensi pertengkaran. Saya menenangkan diri, ia pun demikian. Setelah reda, sebuah pelukan hangat biasanya akan mengakhiri kejengkelan. Setidaknya kami berdua berkomitmen untuk mengakhiri perselisihan sebelum pergi tidur. Sebuah anjuran yang mirip terdapat dalam kitab Efesus. "Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu" (Efesus 4:26). And it works really well. Pertengkaran bisa berawal dari berbagai sebab yang biasanya dimulai dengan perselisihan akan hal kecil. Yakobus mengatakan bahwa pertengkaran berasal dari nafsu duniawi yang ada dalam diri kita. "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi." (Yakobus 1:4-5a). Menyimpan kekesalan atau sakit hati berlarut-larut pun berpotensi menimbulkan pertengkaran. "Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul." (Amsal 30:33). Selain itu, ego, keangkuhan, sikap tidak mau kalah dan lain-lain pun bisa menimbulkan pertengkaran. Karena itulah kita diminta untuk bisa memaafkan orang dengan segera dan bersikap rendah hati, mau belajar untuk lebih memahami dan menerima orang lain apa adanya. Tidak ada manusia yang sempurna. Masalah yang timbul bisa diselesaikan baik-baik pada saat yang tepat, tidak terburu-buru. Alkitab juga mencatat fakta yang menarik dan memang benar: orang yang suka bertengkar biasanya juga suka pada pelanggaran atau dosa. "Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran." (Amsal 17:19). Jika kita terbiasa untuk lekas emosi, mudah naik pitam untuk hal-hal yang kecil sekalipun, ini saatnya untuk mulai belajar menghilangkannya. Bersikap tegaslah terhadap pertengkaran. Jangan membiarkannya merusak hidup kita sendiri dan orang lain. Mungkin perlu waktu, tapi setidaknya kita harus mulai dari sekarang. Ambillah sebuah komitmen bahwa dengan kuasa Tuhan, tidak akan ada hal yang bisa merampas sukacita dari diri kita, termasuk kekesalan yang bisa mengarah kepada pertengkaran. Sedini mungkin kita harus terus menjaga agar tanggul pertahanan emosi kita tetap kuat sehingga tidak bisa dijebol oleh kemarahan yang pada suatu saat tidak lagi bisa kita kendalikan. Ingatlah penyesalan biasanya datang terlambat, oleh karenanya kita harus senantiasa menjaga kestabilan emosi kita dan tidak cepat menuruti emosi dalam diri kita. Jika mengontrol emosi terasa sulit, mintalah Roh Kudus membantu kita dalam mengatasinya. Cepat lakukan itu sebelum kita mulai berbuat dosa. Selain itu ingatlah bahwa amarah manusia itu tidaklah pernah menyenangkan hati Tuhan. "Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah." (Yakobus 1:20). Firman Tuhan juga berkata "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Selagi masih sadar dan masih bisa mengendalikan emosi, redamlah segera sebelum semuanya menjadi runyam. Tolaklah emosi sejak awal, dan katakan pada diri anda bahwa anda ingin berjalan dalam sejahtera dan damai sukacita Tuhan hari ini. Selain itu baik bagi kesehatan, anda pun akan merasa heran betapa hidup ini ternyata lebih indah jika dijalani tanpa emosi atau pertengkaran. Don't open something we can't control. Jangan buka pintu pertengkaran yang nantinya tidak bisa kita kendalikan

Patuhlah Mulai Hari Ini

Ayat bacaan: Amsal 29:1 ==================== "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." tegar tengkuk, keras leher, hati membekuAda banyak orang yang ketakutan dikejar-kejar perasaan bersalah. Ada orang yang merasa bahwa kesalahan yang pernah mereka buat tidak akan pernah bisa dimaafkan. Biasanya mereka akan sulit melangkah menatap hari depan. Bahkan ada sebagian orang yang tidak lagi tahan dengan siksaan perasaan mereka dan memilih jalan pintas yang fatal dengan mengakhiri hidupnya. Di sisi lain, ada orang-orang yang sudah begitu terbiasa melakukan kesalahan, sehingga mereka tidak lagi merasa terganggu dengan itu. Berapa sering kita diingatkan Tuhan ketika berbuat kesalahan? Apakah itu lewat hati nurani, lewat Firman yang kita baca, lewat kotbah, lewat orang lain dan lain-lain, sesungguhnya setiap manusia baik-baik, siapapun mereka, biasanya akan sulit hidup tenang ketika melakukan suatu kesalahan. Saya katakan baik-baik karena ada kalanya seseorang mulai kehilangan kontrol atas dirinya, tidak lagi merasa bersalah atau menyesal setelah melakukan sesuatu yang jahat. Hati bisa membeku dan membatu, membuat kejahatan menjadi hal yang biasa. Hal ini bisa terjadi apabila kita terus mengabaikan peringatan Tuhan. Sebagian orang mempunyai pemikiran keliru bahwa mereka bisa menunda-nunda untuk mematuhi peringatan Tuhan. Betapa kelirunya kita jika mengira bahwa bila pengarahan Roh Kudus menghampiri kita, kita dapat mengabaikannya dulu dan kemudian mematuhinya kelak sekehendak hati mereka. Mereka tahu mereka tidak melakukan hal yang benar, gaya hidupnya tidak benar, tapi mereka berpikir untuk membiarkan itu buat sementara waktu, dan nanti pada saatnya, entah kapan, mereka akan membereskannya dengan Tuhan. Jika anda memiliki pemikiran seperti itu, berhati-hatilah. Sebab firman Tuhan hari ini berkata "Siapa bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." (Amsal 29:1). Dalam bahasa Inggris, kata 'bersitegang leher' disebutkan sebagai "hardens his neck", mengeraskan leher mereka, atau dalam bahasa alkitab yang cukup terkenal dikatakan sebagai "tegar tengkuk". Ketika kita mendapat teguran dan memilih untuk mengeraskan leher kita, mengabaikan teguran itu dan terus melanjutkan perbuatan tidak benar, maka yang terjadi adalah hati kita bisa menjadi keras. Bukan karena anugerah Tuhan tidak sampai menjangkau kita, bukan pula Tuhan menolak mengampuni kita jika kita berbalik padaNya, tapi dosalah yang sudah mengeraskan hati kita hingga kita tidak lagi dapat mendengar suaraNya memanggil, mengingatkan dan menegur kita. Tidak heran jika dikatakan "sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan." (2 Timotius 3:13). Terbiasa jahat akan membuat orangbertambah jahat. Orang yang terbiasa sesat akan semakin sesat, saling menyesatkan dan disesatkan. Semua itu karena tidak ada lagi kontrol dalam diri mereka akibat kerasnya dosa yang sudah membatu menutupi hatinya. Bangsa Israel di masa lalu adalah contoh konkrit mengenai ini. Betapa marahnya Tuhan kepada mereka yang tidak tahu berterimakasih, tidak tahu bersyukur dan terus menerus mengecewakan Tuhan. Dibebaskan dari perbudakan, mereka malah sinis karena merasa sulit untuk melalui padang gurun di alam kemerdekaan. Diberikan tanah terjanji yang begitu subur dan melimpah madunya bukannya bersyukur tapi malah menolak. Eh, setelah menerima, mereka malah merasa karena mereka luar biasa hebatnya maka mereka bisa mendapatkan itu. Keterlaluan bukan? Inilah bentuk kekerasan tengkuk orang Israel yang terus saja melakukan kesalahan demi kesalahan. Tidak salah jika Tuhan kemudian marah kepada mereka. Lihat bagaimana murkanya Tuhan ketika menghardik mereka yang tidak kunjung berubah. "Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN, Allahmu, memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk!" (Ulangan 9:6). Alasan demi alasan mungkin kita kemukakan sebagai pembelaan diri untuk tidak mematuhi Tuhan saat ini. Alasan masih muda, belum waktunya, sedang enak-enaknya menikmati yang ditawarkan dunia, ingin balas dendam kepada seseorang, dan sebagainya, itu dipakai untuk meminta kelonggaran untuk berbalik jalan kembali kepada Tuhan. Tapi ingatlah bahwa tidak menjadi soal apapun alasan yang kita pakai untuk tidak mematuhi Tuhan. Ketidaktaatan itu akan tetap merugikan kita. Itu akan terus mengeraskan hati kita, sehingga jika tidak cepat diatasi hati kita pun bisa tertutup kerak dosa tebal yang membuat kita tidak lagi bisa mendengar kata Tuhan. Dan jika itu sudah kronis, ayat bacaan hari ini memberikan gambaran keras, "sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi." Kita bisa dibinasakan dengan tiba-tiba tanpa dapat diobati. Mengerikan. Oleh karena itu, hendaklah kita mengambil apa yang dialami bangsa Israel dengan konsekuensi yang harus mereka tanggung sebagai pembelajaran. Jangan bermain api, nanti bisa terbakar. Jangan bermain-main dengan dosa nanti bisa menyesal. Begitu hati kita lumpuh, kita pun akan habis sia-sia dalam penyesalan tanpa akhir. Jika hari ini anda masih mendengar teguran dan peringatan Tuhan, jangan tunda lagi. Berbaliklah segera. Firman Tuhan berkata: "Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun" (Ibrani 3:7-8). Jangan keraskan terus hati, karena itu akan membangkitkan amarah Allah seperti halnya yang terjadi pada bangsa Israel di jaman Musa. "di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya. Itulah sebabnya Aku murka kepada angkatan itu, dan berkata: Selalu mereka sesat hati, dan mereka tidak mengenal jalan-Ku," (ay 9-10). Berbaliklah segera, mulailah untuk hidup benar dan saling menasihatilah satu sama lain. "Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan "hari ini", supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa." (ay 13). Tuhan memang terus siap memberikan pengampunan dan sudah berjanji untuk memutihkan dosa kita, tidak lagi mengingat-ingat dosa kita dan membuangnya sejauh timur dari barat, tapi jika kita terus menunda-nunda, ada saat dimana kesempatan itu tidak lagi ada. Jika Tuhan hari ini mengingatkan kita, janganlah menunda dengan mengira bahwa lebih mudah melakukannya kemudian. Itu tidak akan pernah lebih mudah, yang ada malah akan menjadi lebih sulit. Jika Roh Kudus hari ini mengoreksi kita, ikutilah segera petunjukNya. Lakukan hari ini juga dan jangan tunggu lebih lama. Jagalah hati kita untuk tetap lembut untuk bisa mendengar dan mematuhi serta melaksanakan petunjuk Tuhan. Jangan keraskan hati, jangan tunda lagi jika mendengar suara Tuhan

SAYANG BINATANG JUGA

Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam. (Ams 12:10)

Bacaan : Amsal 12 : 5 - 11

William Wilberforce (1759-1833) dikenal sebagai tokoh yang menyerukan penghapusan perbudakan di Inggris. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan mendukung misi penginjilan ke India. Seakan belum cukup, rupanya ia prihatin juga terhadap “perbudakan” binatang. Ia menentang tontonan anjing lawan banteng dan ikut mendirikan kelompok penyayang binatang. Film biografinya, Amazing Grace, dibuka dengan adegan yang menunjukkan sikap welas asihnya terhadap binatang itu. Ia menghentikan seorang sais kereta yang sedang menyepak dan mencambuki kudanya yang tergelincir karena kelelahan. Kepedulian terhadap binatang sejatinya salah satu ciri orang benar. Ketika menguraikan beberapa kontras antara orang benar dan orang fasik, Salomo sengaja mencantumkan perhatian pada hewan sebagai salah satu contohnya. Tentu ia tidak sekadar iseng. Ia pasti membaca kitab Taurat. Peraturan hari Sabat, misalnya, bukan hanya berlaku bagi manusia, tetapi juga kesempatan beristirahat bagi binatang (Keluaran 23:12). Hewan juga tidak boleh dipekerjakan secara berlebihan (Ulangan 25:4). Salomo tentu juga menyimak kisah Bileam, yang dihardik Tuhan karena membangkang dan mencambuki keledainya secara bengis (Bilangan 22:21-33). Binatang memang tidak memiliki martabat yang seluhur manusia. Tetapi, justru karena manusia bermartabat lebih tinggi, ia bertugas melindungi binatang sesuai dengan peraturan Tuhan. Menyayangi binatang, jadinya, termasuk ibadah juga. Jangan sembrono memperlakukan binatang peliharaan, ternak, atau hewan liar yang memerlukan perlindungan.

KALAU TUHAN SAJA BEGITU PEDULI PADA NASIB BINATANG, SUDAH SEMESTINYA ORANG BENAR MENURUTI TELADAN-NYA

____________________________________________

Amsal 12 : 5 - 11

12:5 Rancangan orang benar adalah adil, tujuan orang fasik memperdaya.

12:6 Perkataan orang fasik menghadang darah, tetapi mulut orang jujur menyelamatkan orang.

12:7 Orang fasik dijatuhkan sehingga mereka tidak ada lagi, tetapi rumah orang benar berdiri tetap.

12:8 Setiap orang dipuji seimbang dengan akal budinya, tetapi orang yang serong hatinya, akan dihina.

12:9 Lebih baik menjadi orang kecil, tetapi bekerja untuk diri sendiri, dari pada berlagak orang besar, tetapi kekurangan makan.

12:10 Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam.

12:11 Siapa mengerjakan tanahnya, akan kenyang dengan makanan, tetapi siapa mengejar barang yang sia-sia, tidak berakal budi.

KUTUK TURUNAN

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Gal 3:13)

Bacaan : Yohanes 9 : 1 – 7

Seorang pemudi resah setelah membaca buku tentang kutuk turunan. Ia berasal dari keluarga broken home. Ayahnya penjudi. Ibunya menikah lagi. Buku itu mengatakan, berdasarkan Keluaran 20:5, Allah akan membalaskan dosa orangtua sampai kepada keturunan keempat. Sang pemudi jadi bertanya-tanya: apakah ia pun akan menerima warisan kutuk dari dosa orangtuanya? Pemahaman tentang adanya kutuk turunan rupanya juga muncul di hati para murid Yesus. Maka, ketika melihat orang yang buta sejak lahir, mereka bertanya pada Yesus, apakah ini disebabkan karena dosa orangtuanya. Jawaban Yesus mengejutkan sekaligus melegakan. Yesus menjawab: bukan. Malahan menurut Yesus, Tuhan punya rencana indah bagi si buta. Melalui hidupnya, pekerjaan Allah akan dinyatakan. Lalu, si buta pun disembuhkan! Yesus mengajak kita melihat ke depan, bukan mempersoalkan masa lalu. Di dalam Dia tiada lagi kutuk turunan. Segala kutuk telah dipatahkan, sebab Kristus telah menanggungnya. “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita” (Galatia 3:13). Di tiap mobil ada kaca depan dan kaca spion. Yang satu untuk melihat ke depan, satunya untuk melihat ke belakang. Melihat kaca spion itu penting, tetapi sebentar saja. Jauh lebih penting memusatkan pandangan ke kaca depan. Begitu pula dalam perjalanan hidup. Sekali-sekali kita perlu melihat ke belakang, tetapi jangan terpaku di sana. Jauh lebih penting melihat ke depan. Melihat apa rencana Tuhan bagi masa depan kita. Dalam nama Yesus kita bisa berkata: “Selamat tinggal kutuk turunan!”

TUHAN MEMENTINGKAN SIAPA ANDA KINI, BUKAN SIAPA ANDA DAHULU

____________________________________________

Yohanes 9 : 1 – 7

9:1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.

9:2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"

9:3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.

9:4 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.

9:5 Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."

9:6 Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi

9:7 dan berkata kepadanya: "Pergilah, basuhlah dirimu dalam kolam Siloam." Siloam artinya: "Yang diutus." Maka pergilah orang itu, ia membasuh dirinya lalu kembali dengan matanya sudah melek.

Monday, November 23, 2009

T-H-I-N-K

Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya. (Yak 3:2)

Bacaan : Yakobus 3 : 1 - 12

Berpuluh tahun lalu, seorang pengajar di sebuah sekolah pendidikan guru di Jakarta menasihati para muridnya agar memutar lidah tiga kali dalam mulut sebelum mengucapkan sesuatu jika sedang marah. Maka, akan terjadi sesuatu yang lucu di mulutnya, sehingga ia terhindar dari berkata-kata kasar. Menurut si pengajar, itu adalah pengalaman pribadinya. Dulu sebelum mempraktikkannya berulang kali, ia mengaku sebagai orang yang pemarah. Ketika kita sedang marah, mulut kita dapat mengeluarkan perkataan yang kasar hanya demi melampiaskan kemarahan tersebut. Padahal sesungguhnya perkataan kasar tak meredakan kemarahan, tetapi justru menyulut api kemarahan itu lebih besar lagi. Itu sebabnya Yakobus dengan tegas meminta supaya kita mengendalikan setiap perkataan yang diucapkan oleh lidah. Memasangkan “kekang” pada lidah—sebagaimana kuda (ayat 3), agar khususnya ketika sedang marah, kita tetap mengawasi setiap hal yang terucap. Apalagi, siapa pun kita, sesungguhnya merupakan “guru” atas orang-orang di sekeliling kita (ayat 1). Panutan bagi orang lain. Sebuah pesan praktis pernah saya dapatkan dari seorang hamba Tuhan yang mengajarkan tentang think (berpikirlah), setiap kali berbicara. Yakni sebuah rangkaian langkah untuk menguji perkataan kita: Is it True? (apakah benar?); Honorable? (apakah patut dihargai?); Inspiring? (apakah menginspirasi orang lain?); Necessary? (apakah perlu?); dan Kind? (apakah baik?). Biarlah setiap perkataan kita berkenan kepada Tuhan. Dan tidak mengucapkan apa yang tak perlu tidak kita ucapkan.

WASPADALAH DENGAN SETIAP UCAPAN SEBAB IA BERKUASA MENGHIDUPKAN DAN MEMATIKAN

____________________________________________

Yakobus 3 : 1 - 12

3:1 Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.

3:2 Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:3 Kita mengenakan kekang pada mulut kuda, sehingga ia menuruti kehendak kita, dengan jalan demikian kita dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

3:4 Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi.

3:5 Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar.

3:6 Lidah pun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.

3:7 Semua jenis binatang liar, burung-burung, serta binatang-binatang menjalar dan binatang-binatang laut dapat dijinakkan dan telah dijinakkan oleh sifat manusia,

3:8 tetapi tidak seorang pun yang berkuasa menjinakkan lidah; ia adalah sesuatu yang buas, yang tak terkuasai, dan penuh racun yang mematikan.

3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,

3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.

3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?

3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.