Artikel – ‘Jangan Menyebut YHWH Sembarangan’ (SaksibagiKristus dalam www.yabina.org) mendapat banyak apresiasi dan bahkan ada yang meminta untuk dimuat di tabloid Kristen. Dibalik itu ada beberapa tanggapan masuk yang diskusinya telah dikirimkan (nomor 1 s/d 5) , namun masih ada dua tanggapan yang baru masuk yang belum sempat dimasukkan. Berikut diskusinya:
(T-6) Dalam artikel disebutkan bahwa “dalam bahasa Ibrani tidak ada sebutan ‘w’.” Bukankah ‘w’ (waw) ada pada konsonan ketiga tetragrammaton YHWH?
(D-6) Bila kita mempelajari bahasa Ibrani yang diterima secara resmi di Israel, huruf ketiga tetragrammaton ‘w’ dieja sebagai ‘v’ (vav) bukan ‘w’ (waw), namun dalam bahasa Ibrani huruf ini juga bisa dibaca sebagai vokal ‘o’ (diberi tanda baca titik diatasnya [holam]) atau vokal ‘u’ (diberi tanda baca titik ditengah [shuruk]). Memang dalam sejarah Israel, ejaan ‘w’ itu pernah berganti-ganti antara dieja sebagai ‘vav’ dan ‘waw’ dan akhirnya kembali ke ejaan ‘vav.’ Pada awalnya, dalam huruf gambar ‘Kanaan-kuno’ sebagai nenek-moyang bahasa Ibrani, huruf itu asalnya dieja ‘vav,’ namun bahasa ‘Ibrani-kuno’ yang diturunkannya kemudian terpengaruh bentuk huruf Funisia lalu mengejanya ‘waw.’ Sebaliknya, ‘abjad Samaria’ mengejanya ‘vav’ karena ingin memurnikan ejaan itu sesuai awalnya yaitu yang ada dalam bahasa induk Kanaan-kuno. Pada zaman Ezra dimana umat Israel tidak lagi bercakap-cakap dalam bahasa Ibrani, ‘Ibrani Kitab Suci’ terpengaruh huruf pesegi Aram kembali mengejanya ‘vav’ dan inilah yang kemudian digunakan. Pada masa abad-abad pertengahan dimana Israel diduduki negara-negara Arab dan sampai berakhirnya pendudukan Arab pada abad ke XX, perkembangan bahasa ‘Ibrani Para Rabi’ dalam tulis-menulis salinan kitab suci dipengaruhi bahasa Arab dan ejaan itu kembali menjadi ‘waw’ (seperti dalam bahasa Arab yang masa itu menjadi bahasa percakapan orang Israel). Sesudah kelahiran kembali bahasa Ibrani modern berangsur-angsur sebagai bahasa percakapan sejak abad XIX, ‘Ibrani gaya Rashi’ (yang berbentuk bulat) banyak digunakan dalam penulisan tafsiran Torah dan mengeja huruf itu kembali menjadi ‘vav,’ ejaan ‘vav’ juga menjadi ejaan ‘Ibrani Modern’ (yang berbentuk pesegi) yang digunakan negara Israel secara resmi sampai sekarang baik sebagai bahasa tulis maupun percakapan.
Sekalipun secara resmi yang diterima Ibrani Modern adalah ejaan ‘v’ (vav), kebiasaan penggunaan ejaan ‘w’ (waw)’ di kalangan non-Israel masih terjadi karena mereka berusaha untuk bisa membacanya dengan ejaan terjemahan. Sebenarnya alasan penggunaan huruf ‘w’ (waw) di kalangan ini lebih bersifat praktis pengejaan untuk kebutuhan literatur, yaitu karena ejaan konsonan ‘vav’ dalam hal huruf ‘w’ sekeluarga dengan ejaan vokal ‘u’ (seperti kalau diberi tanda baca titik ditengah [shuruk]) dan bila dibaca dengan dipadukan menjadi vokal panjang (‘uu’) berbunyi mirip ‘uw,’ huruf itu lalu dieja menjadi ‘w’ (waw). Ada juga yang mempertahankan ejaan ‘w’ (waw) karena lebih mudah membedakannya dengan huruf kedua alefbet yang dibaca ‘v’ (vet) juga yang kalau diberi tanda titik ditengah (dagesh) menjadi ‘b’ (bet).
Dalam 80 tahun terakhir Sacred Name Movement (SNM / Gerakan Nama Suci) beranggapan bahwa ‘Nama Itu’ harus dipulihkan dan tidak boleh diterjemahkan, namun di kalangan ini tidak ada kesepakatan bagaimana mengejanya. Ada yang memilih berbagai-bagai variasi nama dengan huruf ‘w’ (waw) seperti JHWH, YHWH, JAHWE, YAHWE, JAHWAH, YAHWAH, JAHWEH, selain YAHWEH yang populer, namun ada juga kelompok yang menyebutkan bahwa karena dalam bahasa Ibrani tidak ada sebutan ‘w’ (waw) yang dianggap berasal bahasa asing mereka mengejanya ‘v’ (vav). Itulah sebabnya kelompok ini memilih ejaan JHVH, YHVH, JAHVE, YAHVE, JAHAVEH, JAHAVAH, JAHVAH, YAHVAH, JAHVEH, YAHVEH, disamping JEHOVAH yang dipopulerkan Jehovah Witnesses. Yang menarik, salah satu kitab suci SNM yaitu ‘The Scriptures’ (1993) menolak ejaan ‘Yahweh’ dan menggantinya dengan huruf asli Ibraninya.
Bagi orang Israel sendiri sekalipun sejak abad VIII keluarga Massoret memberi tanda-tanda baca (nikkud) mengingat bahwa bahasa Ibrani sudah mati sebagai bahasa percakapan, dan karena tetragrammaton sudah tidak diketahui ejaannya dan agar tidak menyebutnya sembarangan (Kel.20:7), tetragrammaton tidak dieja sehingga tidak diberi tanda-tanda baca, kecuali biasanya diberi tanda pengganti huruf ‘a-o-a’ (atau ‘a-a’ saja), huruf-huruf vokal Adonai dengan maksud agar tetragrammaton ‘Yod He Vav He’ dibaca ‘Adonai’ sebagai penghormatan (‘a’ sheva dibawah huruf Yod, ‘o’ holam diatas huruf He, dan ‘a’ kamatz dibawah huruf Vav)
(T-7) Tolong jelaskan mengenai kata HALLELUYAH, huruf ibraninya He Lamed Lamed Yod He (H L L Y H), itu juga huruf mati semua tetapi koq bisa dibaca HALLELUYAH? Bila Bapak/Ibu mengetahui bahwa huruf ibrani berbentuk huruf mati dan tidak ada vokal (A, I, E, U & O), koq org Ibrani bisa membaca tulisan mereka? Nah, yg lebih bisa baca tulisan ibrani org israel atau bukan org israel...?
(D-7) Mengenai bahasa Ibrani yang hanya mengenal huruf mati (konsonan) perlu disadari bahwa mereka mengejanya dengan tambahan huruf hidup (sekalipun tidak ditulis) dan karena waktu itu bahasa itu masih biasa digunakan dalam percakapan, orang Yahudi sudah hafal ejaan huruf hidupnya sekalipun tidak ditulis, baru sejak abad VIII M, ketika bahasa Ibrani sudah mati sebagai bahasa percakapan, keluarga Massoret membuat standarisasi vocal itu dalam bentuk ‘tanda-tanda- baca’ (nikkud) agar diingat. Namun, khusus mengenai tetragrammaton, karena mereka merasa Nama Itu ‘Jangan Diucapkan Sembarangan’ (Kel.20:7) mereka menghindari penyebutan tetragrammaton sehingga lama-kelamaan mereka melupakan ejaan aslinya. Kemudian mereka tidak mengejanya lagi dengan vocal melainkan membacanya dengan panggilan kehormatan dengan kata-ganti ‘Adonai’ (diterjemahkan Kurios dalam LXX, LORD dalam Bible, dan TUHAN dalam Alkitab, ini dibedakan dengan terjemahan kata-asli ‘Adonai’ yang dalam Bible diterjemahkan Lord dan Alkitab ditulis Tuhan).
Mengenai vocal dalam kata ‘Halleluyah’ yang asalnya huruf-huruf mati ‘HLLYH’ khusus mengenai ‘YH’ (Yod He) yang banyak dalam kitab Mazmur (juga ditulis dalam Wahyu 19). Umat Yahudi membacanya dengan ‘YAH’ karena di beberapa bagian Tanakh, kata ‘YAH’ dianggap seperti sebutan ringkas ‘YHWH’ seperti secara spesifik disebut sebagai nama’Nya’ (Mzm.68:5) juga digunakan dalam nama-nama seperti ‘eliYAH,’ ‘yesaYAH,’ dan ‘yeremiYAH,’ selain ucapan pujian ‘haleluYAH.’ ‘Yah’ juga bisa berdiri sendiri (Kel.15:2;17: 16). Karena bahasa Ibrani adalah bahasanya orang Israel, tentu yang lebih bisa membacanya adalah orang Israel dan bukan orang non-Israel, karena itu kalau orang Israel sendiri tidak berani mengeja tetragrammaton hwhy karena takut menyebutnya sembarangan dan membacanya dengan kata pengganti penghormatan ‘Adonai’ yang diterjemahkan LXX sebagai ‘Kurios,’ Bible sebagai ‘LORD’ dan Alkitab sebagai ‘TUHAN’ (semua huruf besar untuk membedakan dengan Lord dan Tuhan yang adalah terjemahan Kata ‘Adonai’ yang bukan sebagai sebutan pengganti tatragrammaton) , maka sebaiknya orang non-Israel mengikuti teladan orang Israel dalam urusan agama dan bahasa Israel. Haleluya, Amin!