ReChARGE yOur SouL...

Friday, January 15, 2010

LEWAT BATAS

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Ams 4:23)

Bacaan : 1 Samuel 2 : 12 – 17

Seorang pekerja asing mengaku kaget waktu pertama kali datang ke Jakarta. Ia melihat banyak iklan rokok bertebaran di bandara maupun jalan-jalan raya. Padahal, di hampir 170 negara di dunia, pemasangan iklan rokok dilarang di ruang publik, untuk mencegah orang menjadi pecandu rokok. Kita, di Indonesia, sudah sangat terbiasa melihat iklan rokok, sehingga tidak lagi merasa itu salah. Apa yang di mata dunia salah, sudah kita anggap lumrah! Kitab 1 Samuel 2 menceritakan betapa keterlaluan sikap kedua anak Eli. Mereka disebut “orang dursila” (ayat 12) karena kelancangan yang kelewat batas. Perilaku dursila ini tidak terbentuk dalam semalam. Mula-mula mereka “hanya” mengambil sebagian daging korban yang sedang dimasak umat untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Padahal menurut aturan, daging baru boleh diambil sesudah selesai dipersembahkan. Saat itu Imam Eli tidak tegas menegur. Karena dibiarkan, lama-kelamaan keduanya makin nekat. Belum lagi sempat dimasak, daging korban sudah diminta (ayat 13,14). Bahkan mereka berani memintanya dengan paksa dari tangan umat (ayat 15,16). Sikap keduanya mengejutkan umat. Perbuatan anak-anak imam ini sudah jelas sa¬lah, tetapi keduanya menganggap itu lumrah. Dosa yang dibiarkan bisa membutakan hati nurani. Membuat kita berani melakukannya terang-terangan tanpa rasa bersalah lagi. Penangkalnya cuma satu: menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Kita perlu sering introspeksi. Becermin pada firman Tuhan. Dari situ kita akan disadarkan jika ada yang tidak beres. Tidak menganggap dosa itu lumrah.

KETIKA DOSA SUDAH DIANGGAP LUMRAH, KITA KEHILANGAN RASA BERSALAH

____________________________________________

1 Samuel 2 : 12 – 17

2:12 Adapun anak-anak lelaki Eli adalah orang-orang dursila; mereka tidak mengindahkan TUHAN,

2:13 ataupun batas hak para imam terhadap bangsa itu. Setiap kali seseorang mempersembahkan korban sembelihan, sementara daging itu dimasak, datanglah bujang imam membawa garpu bergigi tiga di tangannya

2:14 dan dicucukkannya ke dalam bejana atau ke dalam kuali atau ke dalam belanga atau ke dalam periuk. Segala yang ditarik dengan garpu itu ke atas, diambil imam itu untuk dirinya sendiri. Demikianlah mereka memperlakukan semua orang Israel yang datang ke sana, ke Silo.

2:15 Bahkan sebelum lemaknya dibakar, bujang imam itu datang, lalu berkata kepada orang yang mempersembahkan korban itu: "Berikanlah daging kepada imam untuk dipanggang, sebab ia tidak mau menerima dari padamu daging yang dimasak, hanya yang mentah saja."

2:16 Apabila orang itu menjawabnya: "Bukankah lemak itu harus dibakar dahulu, kemudian barulah ambil bagimu sesuka hatimu," maka berkatalah ia kepada orang itu: "Sekarang juga harus kauberikan, kalau tidak, aku akan mengambilnya dengan kekerasan."

2:17 Dengan demikian sangat besarlah dosa kedua orang muda itu di hadapan TUHAN, sebab mereka memandang rendah korban untuk TUHAN.

Wednesday, January 13, 2010

YANG DIBUTUHKAN ADALAH IMAN

Baca: Ulangan 1:1-8

”Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Kolose 3:2

Umat Israel memandang segala sesuatu secara negatif, itulah sebabnya hidup mereka penuh dengan keluh kesah, tidak pernah ada ucapan syukur dari mulut mereka, putus asa dan mudah menyerah sebelum melangkah. Mereka lebih suka kembali ke masa lalu (perbudakan) daripada maju terus melalui padang gurun menuju Tanah Perjanjian. Seperti dikatakan; ”Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun, dan segenap umat itu berkata kepada mereka : ’Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah Tuhan membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan istri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?'” (Bilangan 14:2-3).

Sesungguhnya yang menjadi masalah adalah diri mereka sendiri. Pikiran mereka yang buruk membentuk sikap yang buruk pula. Dari yang mereka ucapkan jelas mereka tidak mempercayai Tuhan sama sekali. Mujizat dan perkara-perkara ajaib yang dinyatakan Tuhan atas mereka ternyata belum cukup untuk membuka ’mata iman’ mereka!

Bukankah sikap hati umat Israel ini tidak jauh berbeda dengan sikap hati banyak orang Kristen saat ini? Begitu mudahnya kita melupakan kebaikan dan pertolongan Tuhan. Mulut kita sukar sekali memberikan pujian syukur kepada Dia, tetapi mudah mengeluh dan bersungut-sungut. Inilah yang menjadi penghalang bagi kita untuk mencapai ’Kanaan’. Rasul Paulus menasehatkan, ”Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Bila cara berfikir kita benar, kita akan menikmati berkat. Sebaliknya apabila pikiran kita keliru, kitapun akan menuai kegagalan. Oleh karena itu kita harus lebih dahulu menetapkan pikiran kita pada arah yang benar. Ingat! Masa depan kita tidak ditentukan oleh masa lalu kita, tetapi masa depan kita ada dalam genggaman tanganNya dan bagaimana sikap hati kita meresponNya. Ia telah rela berkorban – mati – untuk menebus dosa kita, memerdekakan kita dari segala kutuk dan belenggu. Jadi seburuk apapun masa lalu kita, betapa dalam luka hati kita, atau masalah kita sepertinya tidak ada jalan keluar, Yesus datang untuk membuka pintu-pintu berkat dan kesempatan bagi kita.

Yang dibutuhkan hanyalah iman! Tuhan menghendaki kita percaya kepadaNya, selebihnya Dia yang akan menyelesaikan

DOKTER DERMAWAN

Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita -- dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah. (Kis 9 : 36)

Bacaan : Kisah Para Rasul 9 : 36 - 42

Dokter Lo Siaw Ging dari Solo, Jawa Tengah, terkenal dermawan. Ia merawat dan mengobati pasiennya tanpa menetapkan tarif, dan sebagian besar pasiennya malah tidak dikenai biaya. Lebih jauh lagi, ia bersedia menanggung biaya pembelian obat dan, jika perlu, biaya perawatan di rumah sakit bagi pasien yang tidak mampu. Menjadi dokter, bagi Lo, adalah sebuah anugerah. Ia juga mengingat baik-baik nasihat ayahnya, “Kalau mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter.” Sikap ini membuatnya dicintai dan dihormati warga sekitar. Ketika terjadi kerusuhan pada 1998, penduduk setempat berinisiatif menjaga tempat praktiknya. Sungguh melegakan, sosok seperti Dorkas ternyata masih ada pada masa kini. Perempuan Yope ini memiliki dampak yang mendalam bagi masyarakat sekitarnya. Ia rajin berbuat baik, terutama dengan menolong orang-orang miskin. Tampaknya Dorkas terbiasa menyantuni para janda dengan pakaian hasil jahitannya sendiri. Ketika ia meninggal, rumahnya penuh dengan peratap, orang-orang yang merasa berutang budi atas kebaikan hati Dorkas dan sangat kehilangan atas kepergiannya. Dan, ketika Petrus membangkitkannya dari kematian, berita itu “tersebar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan” (ayat 42). Pekerjaan kita tidak lain ialah mimbar untuk mewartakan kebaikan Tuhan. Dia tidak hanya memakai pengkhotbah hebat seperti Petrus dan Paulus, tetapi juga orang yang bermurah hati menggunakan talentanya untuk memberkati sesama seperti Dorkas. Marilah kita, seperti dokter Lo, mengikuti teladan Dorkas.

KEDERMAWANAN BAHKAN BERUSAHA MENCARI ALASAN AGAR DAPAT MEMBERI—PUBLIUS SYRUS

____________________________________________

Kisah Para Rasul 9 : 36 – 42

9:36 Di Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita -- dalam bahasa Yunani Dorkas. Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.

9:37 Tetapi pada waktu itu ia sakit lalu meninggal. Dan setelah dimandikan, mayatnya dibaringkan di ruang atas.

9:38 Lida dekat dengan Yope. Ketika murid-murid mendengar, bahwa Petrus ada di Lida, mereka menyuruh dua orang kepadanya dengan permintaan: "Segeralah datang ke tempat kami."

9:39 Maka berkemaslah Petrus dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Setelah sampai di sana, ia dibawa ke ruang atas dan semua janda datang berdiri dekatnya dan sambil menangis mereka menunjukkan kepadanya semua baju dan pakaian, yang dibuat Dorkas waktu ia masih hidup.

9:40 Tetapi Petrus menyuruh mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke mayat itu dan berkata: "Tabita, bangkitlah!" Lalu Tabita membuka matanya dan ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk.

9:41 Petrus memegang tangannya dan membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.

9:42 Peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan.

Tuesday, January 12, 2010

Jangan menyebut YHWH Sembarangan

Artikel – Jangan Menyebut YHWH Sembarangan’ (SaksibagiKristus dalam www.yabina.org) mendapat banyak apresiasi dan bahkan ada yang meminta untuk dimuat di tabloid Kristen. Dibalik itu ada beberapa tanggapan masuk yang diskusinya telah dikirimkan (nomor 1 s/d 5) , namun masih ada dua tanggapan yang baru masuk yang belum sempat dimasukkan. Berikut diskusinya:

(T-6) Dalam artikel disebutkan bahwa “dalam bahasa Ibrani tidak ada sebutan ‘w’.” Bukankah ‘w’ (waw) ada pada konsonan ketiga tetragrammaton YHWH?

(D-6) Bila kita mempelajari bahasa Ibrani yang diterima secara resmi di Israel, huruf ketiga tetragrammaton ‘w’ dieja sebagai ‘v’ (vav) bukan ‘w’ (waw), namun dalam bahasa Ibrani huruf ini juga bisa dibaca sebagai vokal ‘o’ (diberi tanda baca titik diatasnya [holam]) atau vokal ‘u’ (diberi tanda baca titik ditengah [shuruk]). Memang dalam sejarah Israel, ejaan ‘w’ itu pernah berganti-ganti antara dieja sebagai ‘vav’ dan ‘waw’ dan akhirnya kembali ke ejaan ‘vav.’ Pada awalnya, dalam huruf gambarKanaan-kunosebagai nenek-moyang bahasa Ibrani, huruf itu asalnya dieja ‘vav,’ namun bahasa ‘Ibrani-kuno’ yang diturunkannya kemudian terpengaruh bentuk huruf Funisia lalu mengejanya ‘waw.’ Sebaliknya, abjad Samaria mengejanya ‘vav’ karena ingin memurnikan ejaan itu sesuai awalnya yaitu yang ada dalam bahasa induk Kanaan-kuno. Pada zaman Ezra dimana umat Israel tidak lagi bercakap-cakap dalam bahasa Ibrani, Ibrani Kitab Suci terpengaruh huruf pesegi Aram kembali mengejanya ‘vav’ dan inilah yang kemudian digunakan. Pada masa abad-abad pertengahan dimana Israel diduduki negara-negara Arab dan sampai berakhirnya pendudukan Arab pada abad ke XX, perkembangan bahasa Ibrani Para Rabi’ dalam tulis-menulis salinan kitab suci dipengaruhi bahasa Arab dan ejaan itu kembali menjadi ‘waw’ (seperti dalam bahasa Arab yang masa itu menjadi bahasa percakapan orang Israel). Sesudah kelahiran kembali bahasa Ibrani modern berangsur-angsur sebagai bahasa percakapan sejak abad XIX, ‘Ibrani gaya Rashi’ (yang berbentuk bulat) banyak digunakan dalam penulisan tafsiran Torah dan mengeja huruf itu kembali menjadi ‘vav,’ ejaan ‘vav’ juga menjadi ejaan Ibrani Modern’ (yang berbentuk pesegi) yang digunakan negara Israel secara resmi sampai sekarang baik sebagai bahasa tulis maupun percakapan.

Sekalipun secara resmi yang diterima Ibrani Modern adalah ejaan ‘v’ (vav), kebiasaan penggunaan ejaan ‘w’ (waw)’ di kalangan non-Israel masih terjadi karena mereka berusaha untuk bisa membacanya dengan ejaan terjemahan. Sebenarnya alasan penggunaan huruf ‘w’ (waw) di kalangan ini lebih bersifat praktis pengejaan untuk kebutuhan literatur, yaitu karena ejaan konsonan ‘vav’ dalam hal huruf ‘w’ sekeluarga dengan ejaan vokal ‘u’ (seperti kalau diberi tanda baca titik ditengah [shuruk]) dan bila dibaca dengan dipadukan menjadi vokal panjang (uu) berbunyi mirip ‘uw,’ huruf itu lalu dieja menjadi ‘w’ (waw). Ada juga yang mempertahankan ejaan ‘w’ (waw) karena lebih mudah membedakannya dengan huruf kedua alefbet yang dibaca ‘v’ (vet) juga yang kalau diberi tanda titik ditengah (dagesh) menjadi ‘b’ (bet).

Dalam 80 tahun terakhir Sacred Name Movement (SNM / Gerakan Nama Suci) beranggapan bahwa ‘Nama Itu’ harus dipulihkan dan tidak boleh diterjemahkan, namun di kalangan ini tidak ada kesepakatan bagaimana mengejanya. Ada yang memilih berbagai-bagai variasi nama dengan huruf ‘w’ (waw) seperti JHWH, YHWH, JAHWE, YAHWE, JAHWAH, YAHWAH, JAHWEH, selain YAHWEH yang populer, namun ada juga kelompok yang menyebutkan bahwa karena dalam bahasa Ibrani tidak ada sebutan ‘w’ (waw) yang dianggap berasal bahasa asing mereka mengejanya ‘v’ (vav). Itulah sebabnya kelompok ini memilih ejaan JHVH, YHVH, JAHVE, YAHVE, JAHAVEH, JAHAVAH, JAHVAH, YAHVAH, JAHVEH, YAHVEH, disamping JEHOVAH yang dipopulerkan Jehovah Witnesses. Yang menarik, salah satu kitab suci SNM yaitu ‘The Scriptures’ (1993) menolak ejaan ‘Yahweh’ dan menggantinya dengan huruf asli Ibraninya.

Bagi orang Israel sendiri sekalipun sejak abad VIII keluarga Massoret memberi tanda-tanda baca (nikkud) mengingat bahwa bahasa Ibrani sudah mati sebagai bahasa percakapan, dan karena tetragrammaton sudah tidak diketahui ejaannya dan agar tidak menyebutnya sembarangan (Kel.20:7), tetragrammaton tidak dieja sehingga tidak diberi tanda-tanda baca, kecuali biasanya diberi tanda pengganti huruf ‘a-o-a’ (atau ‘a-a’ saja), huruf-huruf vokal Adonai dengan maksud agar tetragrammaton ‘Yod He Vav He’ dibaca ‘Adonai’ sebagai penghormatan (‘a’ sheva dibawah huruf Yod, ‘o’ holam diatas huruf He, dan ‘a’ kamatz dibawah huruf Vav)

(T-7) Tolong jelaskan mengenai kata HALLELUYAH, huruf ibraninya He Lamed Lamed Yod He (H L L Y H), itu juga huruf mati semua tetapi koq bisa dibaca HALLELUYAH? Bila Bapak/Ibu mengetahui bahwa huruf ibrani berbentuk huruf mati dan tidak ada vokal (A, I, E, U & O), koq org Ibrani bisa membaca tulisan mereka? Nah, yg lebih bisa baca tulisan ibrani org israel atau bukan org israel...?

(D-7) Mengenai bahasa Ibrani yang hanya mengenal huruf mati (konsonan) perlu disadari bahwa mereka mengejanya dengan tambahan huruf hidup (sekalipun tidak ditulis) dan karena waktu itu bahasa itu masih biasa digunakan dalam percakapan, orang Yahudi sudah hafal ejaan huruf hidupnya sekalipun tidak ditulis, baru sejak abad VIII M, ketika bahasa Ibrani sudah mati sebagai bahasa percakapan, keluarga Massoret membuat standarisasi vocal itu dalam bentuk ‘tanda-tanda- baca’ (nikkud) agar diingat. Namun, khusus mengenai tetragrammaton, karena mereka merasa Nama Itu ‘Jangan Diucapkan Sembarangan’ (Kel.20:7) mereka menghindari penyebutan tetragrammaton sehingga lama-kelamaan mereka melupakan ejaan aslinya. Kemudian mereka tidak mengejanya lagi dengan vocal melainkan membacanya dengan panggilan kehormatan dengan kata-ganti ‘Adonai’ (diterjemahkan Kurios dalam LXX, LORD dalam Bible, dan TUHAN dalam Alkitab, ini dibedakan dengan terjemahan kata-asli ‘Adonai’ yang dalam Bible diterjemahkan Lord dan Alkitab ditulis Tuhan).

Mengenai vocal dalam kata ‘Halleluyah’ yang asalnya huruf-huruf mati ‘HLLYH’ khusus mengenai ‘YH (Yod He) yang banyak dalam kitab Mazmur (juga ditulis dalam Wahyu 19). Umat Yahudi membacanya dengan ‘YAH’ karena di beberapa bagian Tanakh, kata ‘YAH’ dianggap seperti sebutan ringkas ‘YHWH’ seperti secara spesifik disebut sebagai nama’Nya’ (Mzm.68:5) juga digunakan dalam nama-nama seperti ‘eliYAH,’ ‘yesaYAH,’ dan ‘yeremiYAH,’ selain ucapan pujian ‘haleluYAH.’ ‘Yah’ juga bisa berdiri sendiri (Kel.15:2;17: 16). Karena bahasa Ibrani adalah bahasanya orang Israel, tentu yang lebih bisa membacanya adalah orang Israel dan bukan orang non-Israel, karena itu kalau orang Israel sendiri tidak berani mengeja tetragrammaton hwhy karena takut menyebutnya sembarangan dan membacanya dengan kata pengganti penghormatan ‘Adonai’ yang diterjemahkan LXX sebagai ‘Kurios,’ Bible sebagai ‘LORD’ dan Alkitab sebagai ‘TUHAN’ (semua huruf besar untuk membedakan dengan Lord dan Tuhan yang adalah terjemahan Kata ‘Adonai’ yang bukan sebagai sebutan pengganti tatragrammaton) , maka sebaiknya orang non-Israel mengikuti teladan orang Israel dalam urusan agama dan bahasa Israel. Haleluya, Amin!

MEMAAFKAN LEWAT PERBUATAN

Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran. ( 1 Yoh 3 : 18 )

Bacaan : Filemon 1 : 8 - 17

Tanggal 13 Mei 1981 dunia gempar dengan peristiwa ditembaknya Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus Vatikan. Penembaknya Mehmet Ali Agca. Paus menderita luka serius dan nyaris meninggal. Sesaat sebelum jatuh pingsan, Paus sempat berkata, “Ya Tuhan, ampunilah dia.” Empat hari kemudian setelah mulai pulih, secara terbuka Paus menyatakan memaafkan perbuatan Agca. Dua tahun sesudahnya, pada 27 Desember 1983, Paus mengunjungi Agca di Penjara Rebbibia, Roma. Ia berbicara dari hati ke hati dengan orang yang pernah hendak membunuhnya itu. Ia menegaskan kembali telah memaafkan Agca. Tahun 2000 Paus meminta pengampunan bagi Agca kepada Pengadilan Roma, yang membuatnya hanya menjalani 19 tahun dari masa hukuman seumur hidup. Memaafkan memang tidak cukup hanya diucapkan di mulut, perlu juga ditampakkan dalam perbuatan. Onesimus pernah melakukan kesalahan besar terhadap Filemon, tuannya, sebelum akhirnya ia bertemu dengan Paulus di dalam penjara, lalu bertobat dan menjadi sahabat dekat (ayat 12). Untuk itulah Paulus menulis surat kepada Filemon, yaitu meminta Filemon memaafkan dan menerima kembali Onesimus (ayat 15,16). Adakah seseorang yang pernah menyakiti Anda; menimbulkan kepahitan yang menggoreskan luka di hati? Sangat baik kalau Anda telah memaafkannya. Tetapi akan jauh lebih baik kalau kata maaf itu Anda nyatakan juga dalam perbuatan. Mungkin dengan memberinya kembali kesempatan, atau bertegur sapa kembali sebagai teman. Hal itu bukan saja akan lebih menolongnya, melainkan juga akan lebih menolong Anda.

MEMAAFKAN DENGAN UCAPAN BARULAH SEPARUH PERJALANAN. SEPARUHNYA LAGI MEMAAFKAN DENGAN PERBUATAN

____________________________________________

Filemon 1 : 8 – 17

1:8 Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan,

1:9 tetapi mengingat kasihmu itu, lebih baik aku memintanya dari padamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus,

1:10 mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus

1:11 -- dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik bagimu maupun bagiku.

1:12 Dia kusuruh kembali kepadamu -- dia, yaitu buah hatiku --.

1:13 Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama aku dipenjarakan karena Injil,

1:14 tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa, melainkan dengan sukarela.

1:15 Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak dari padamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,

1:16 bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih dari pada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam Tuhan.

1:17 Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.

Monday, January 11, 2010

ALLAH MAHA TAHU

Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.

(Mzm 139:7,8)

Bacaan : Yunus 1 : 1 - 3

Seorang karyawan diminta untuk berdinas luar kota. Namun, kesempatan tersebut ia manfaatkan untuk bersantai dan jalan-jalan; sebab ia merasa lepas dari pengawasan atasan. Pikirnya, atasan tidak akan tahu. Jika atasan menghubungi, ia punya ribuan dalih bahwa pekerjaan berjalan lancar. Kebiasaan buruk serupa ini terkadang kita lakukan juga dalam kehidupan rohani. Kita bisa berlagak santai; menganggap bahwa Allah bisa dibatasi—tidak bisa terlibat jauh dalam segi-segi pribadi kehidupan dan pergaulan kita. Pikiran seperti itu pernah menghinggapi Yunus. Tuhan meminta Yunus ke Niniwe untuk menyampaikan firman yang berisi teguran. Namun, Yunus menolak dan berusaha melarikan diri dari Tuhan. Ia pergi ke Tarsis—yang berlawanan arah dengan Niniwe. Mengapa Tarsis? Karena pikirnya, Tarsis adalah tempat yang cocok untuk menjauh dari Tuhan. Mungkin Yunus berpikir seperti kebanyakan orang Israel: Allah hanya hadir di tanah Israel. Tak mungkin Allah ada di negeri asing seperti Tarsis. Kerap kali kita juga berpikir seperti Yunus. Entah berapa banyak di antara kita yang berpikir Allah hanya ada di persekutuan atau gereja. Allah tidak hadir di tempat kita bekerja, di sekolah, atau di kamar pribadi kita. Sehingga tatkala kita ada di tempat-tempat yang kita pikir Allah tidak hadir, kita merasa bebas berbuat dosa. Ini jelas salah. Kita harus belajar dari pemazmur yang berkata, “Ke manakah aku akan menjauhi Roh Tuhan? Di dunia orang mati pun ada Tuhan!” Kita tak dapat bersembunyi dari Allah Yang Mahatahu. Bahkan jika kita ada di kegelapan klub malam pun, Allah tahu. Jadi, takutlah untuk berbuat dosa. Di mana pun dan kapan pun.

BODOHLAH ORANG YANG BERPIKIR DAPAT MENYEMBUNYIKAN DOSA DI HADAPAN ALLAH YANG MAHATAHU

____________________________________________

Yunus 1 : 1 – 3

1:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian:

1:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku."

1:3 Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN.