ReChARGE yOur SouL...

Friday, October 23, 2009

EMPAT SENJATA UTAMA IBLIS (PART 4)

#4 Rudal Dakwaan. Jeleger!! Senjata favorit si iblis, mendakwa kita. Kalo ia ngomong sama kita maka ia bakalan berdusta, tapi kalo dia ngomong sama Tuhan dia memberitakan kebenaran berupa dakwaan. Dia paling hobi ngungkit-ngungkit dosa sama kesalahan yang memang kita lakuin. “Tuhan, liat Daud berjinah!”, “Lihat... Petrus menyangkal 3 kali!”, “Lihat! Abraham berbohong!!”, “Lihat, dia masturbasi!, hakimi aja!” Sasaran luncur: Hati nurani kita. Karena dari sinilah terpancar kehidupan kita. “Jagalah hatimu baik-baik, sebab hatimu menentukan jalan hidupmu.” (Amsal 4:23) Tujuan: Agar kita merasa bersalah tanpa bertobat. Yudas didakwa oleh setan dan merasa bersalah lalu bunuh diri. Dakwaan setan akan membuat kita merasa bersalah terus menerus dan menjauhkan diri dari Tuhan. Pertahanan kita: Akui semua dosa kita di hadapan Tuhan en terima pengampunanNya. Jadi begitu si setan mendakwa kita, kita bisa bilang kalau kita udah ditebus sama darah Yesus en itu udah lewat (baca 1 Yohanes 1:9). Setan berdiri di hadapan kita dan mendakwa, tapi Yesus berdiri di hadapan Allah dan membela. “Anak-anakku! Saya menulis ini kepada kalian supaya kalian jangan berbuat dosa. Tetapi kalau ada yang berbuat dosa, maka kita mempunyai seorang pembela, yaitu Yesus Kristus yang adil itu; Ia akan memohon untuk kita di hadapan Bapa.” (1 Yohanes 2:1)

EMPAT SENJATA UTAMA IBLIS (PART 3)

#3 Bazooka Kesombongan. Kaboom! Kesombongan adalah senjata iblis paling ampuh dan dahsyat (Baca 1 Petrus 5:5-6). Setan pernah menyerang Daud dengan senjata ini, baca ceritanya di 1 Tawarikh 21:1-19. Daud pernah jatuh dalam dosa jasmani (dengan membunuh Uria dan berjinah dengan Batsyeba) dan Tuhan hukum sehingga ada 4 orang yang mati. Tapi ketika Daud jatuh dalam dosa kesombongan ada 70.000 orang rakyat Israel sampe mati kena tulah gara-gara dia. Sasaran tembak: Kerelaan kita. Kerelaan atau kemauan kita menentukan hidup kita. Kita bisa diselamatkan kalo kita ‘mau’ dan ‘rela’. Tuhan menciptakan kita dengan kemauan, itu yang membedakannya dengan robot. Misi: Agar kita nggak mengandalkan Tuhan en nggak bergantung sama Tuhan. Sebenarnya kita diciptakan sebagai makhluk yang bergantung pada Tuhan. Jadi ketika kita pengen gak lagi bergantung padaNya, bersandar pada pengertian sendiri atau bahkan ingin menyamaiNya maka kita jatuh dalam dosa kesombongan dan mengingkari tujuan hidup kita diciptakan. Pertahanan kita: Roh Kudus dalam diri kita. “...karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya” (Filipi 2:13). Hanya Roh Kudus yang bisa memampukan kita untuk rendah hati dan dapat mengontrol kemauan kita sesuai kehendakNya. Belajar buat peka akan suara Roh Kudus, jadi waktu ada benih kesombongan, kita bisa mendengar suaraNya mencegah kita. Latihlah, misalnya kalo merasa ada suara hati kita yang menyuruh kita melakukan suatu pekerjaan yang baik, cepat lakukan. Itu akan melatih kepekaan kita. Begitu juga kalo ada suara yang mencegah kita berbuat dosa. BERSAMBUNG

EMPAT SENJATA UTAMA IBLIS (PART 2)

#2 Granat Penderitaan. Blarr! Kalo si iblis gak bisa mengalahkan kita dengan kebohongannya, maka dia bakal membuat kita menderita. Kalo sebagai ular ia gak bisa memperdaya, maka dia berubah jadi singa yang siap memangsa (1 Petrus 5:8) sehingga kita menderita. Contohnya ialah yang terjadi sama Ayub (bacalah Ayub 1 dan 2) dan Paulus (di 2 Korintus 12:7-10). Sasaran Lemparan: Tubuh jasmani kita. Setan tau kalo tubuh kita adalah baitnya Tuhan (1 Korintus 6:19-20) dan lewat tubuh kita Tuhan bisa dimuliakan. Tubuh kita juga adalah alat-Nya, baca deh Roma 6:12-13, orang lain gak bisa lihat Tuhan tapi mereka bisa melihatNya lewat kita, lewat perbuatan kita, lewat tubuh kita. Lagipula, kalo tubuh kita sakit en menderita, kita gak bisa melayani Tuhan dengan sempurna. “...demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.” (Flipi 1:20b) Misi: Agar kita menyerah en gak tekun. Ayub disebut sebagai orang yang tekun (Yakobus 5:11). Setan ingin agar Ayub nggak lagi bertekun dan menyerah. Dia sengaja bikin kita menderita, kalo tubuh kita menderita, kita gak bakalan bisa tekun. Bacalah Yakobus 1:2-4. Perisai kita: Kasih karunia dari Tuhan. Kasih karunia yang bisa membuat kita bisa bertahan dalam penderitaan (1 Petrus 5:10). Bersyukur selalu meski apapun yang terjadi, Tuhan sempat bilang sama Paulus, “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.”. Dan tetaplah tekun! Jangan menyerah pada iblis. BERSAMBUNG

EMPAT SENJATA UTAMA IBLIS (1)

Manusia sangat berharga sampe-sampe diperebutkan oleh dua pribadi: Tuhan dan Iblis. Iblis berusaha melemparkan tembakan-tembakan dengan senjatanya untuk mengalahkan kita, tapi Tuhan udah siap dengan memberi kita perisai demi perisai. Apa saja senjata andalan iblis dan apapula perisai yang kita punya? (F!) #1 Pistol Kebohongan. Dor! Bang! Senjata pertama en yang paling sering dia pake adalah kebohongan. Dia paling suka mlintir-mlintirin firman Tuhan, biar kita bingung dan mempertanyakan kebaikan Tuhan. Dia berhasil melakukannya sama Hawa, dan dia mencobanya pada kita. Baca lagi deh Yohanes 8:44, iblis akan membisikan kebohongan pada nurani dan pikiran kita sehingga kita meragukan kebaikan Tuhan. Kenapa saya begini, kenapa saya begitu, apakah Tuhan peduli padaku? Kenapa Tuhan gak adil? Dsb. Sasaran Tembak: Pikiran kita. “Tetapi saya khawatir pikiranmu akan tergoda untuk tidak setia lagi kepada Kristus, sama seperti Hawa dahulu juga tergoda oleh kelicikan si ular.” (2 Korintus 11:3). Misi: Biar kita nggak tau apa yang jadi kehendak Tuhan dalam firmanNya. “Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna,” (Kolose 1:9b) Perisai kita: Kita gak bisa berdebat dengan iblis karena pasti kita kalah karena dia sangat licik dan cerdik, bahkan dia mungkin lebih hapal alkitab dibanding kita! Cara satu-satunya ialah dengan menggunakan firman Tuhan yang diilhamkan. Caranya: - Kenali firmanNya. Jangan cuma cari waktu, tapi sediain waktu buat baca dan pelajari firman Tuhan. Gak ada yang mampu memahami semua firmanNya, tapi kita harus mengenalinya semampu kita. - Hapalkan. Kalo iblis datang dengan kebohongannya kita bisa diilhamkan oleh Roh Kudus pada suatu firman yang sudah kita hapalkan dan baca untuk melawannya. Ingat Yesus waktu dicobai iblis di gurun? DIA gak bawa konkordansi atau search di google pake Blackberry-Nya waktu nyari ayat, semua DIA hapal di luar kepala! Roh Kudus gak bakalan mengilhamkan dan mengingatkan suatu firman yang gak kita hapal atau belum pernah kita baca. Bacalah Yohanes 14:26. - Renungkan. Merenungkan itu kayak mencerna makanan. Firman itu akan dicerna oleh roh batin kita, baca Yosua 1:8 dan Mazmur 1:2. --bersambung

MINTA NASIHAT

Tetapi ia mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua itu, lalu ia meminta nasihat kepada orang-orang muda yang sebaya dengan dia dan yang mendampinginya, ( 1 Raja-Raja 12:8 )

Bacaan : 1 Raja-Raja 12 : 1- 17

Tiga orang teman Matt berencana menaruh bom di sekolah, membakar pintu-pintu keluar, lalu menembaki guru dan siswa. Mengetahui hal itu, Matt bingung: haruskah ia melapor pada pihak sekolah? “Tutup mulut saja,” saran seorang teman, “toh rencana mereka belum tentu serius.” Sebaliknya, ibu Matt menasihatinya agar melapor segera. Matt menuruti nasihat ibunya. Sekolah diberi tahu, lalu polisi pun bertindak. Di rumah ketiga anak itu, polisi menemukan bahan peledak, senjata, topeng, dan pesan bunuh diri. Laporan Matt telah menyelamatkan sebuah SMA di Texas dari teror maut! Orang bisa memberi kita beragam nasihat yang saling bertentangan. Berbahaya jika kita menuruti nasihat yang salah! Rehabeam pernah meminta nasihat pada dua kelompok orang tentang bagaimana ia harus bersikap menghadapi rakyat. Pendapat mereka bertentangan. Menurut kelompok tua-tua atau kelompok senior, Rehabeam sebagai raja baru harus bersikap lunak dan sabar, agar rakyat simpati. Namun, menurut kelompok teman sebayanya, Rehabeam harus bersikap keras demi menjaga wibawa. Nasihat terakhir lebih mudah dan menarik, walaupun tak selaras dengan prinsip firman Tuhan. Rehabeam menurutinya. Akibatnya rakyat pun meninggalkannya. Sebelum menuruti nasihat seseorang, ujilah apakah nasihat itu sesuai dengan firman Tuhan. Juga pertimbangkan siapa yang memberi nasihat. Apakah ia seorang yang dewasa rohani dan bijak, atau sekadar teman yang ingin mendukung pendapat kita? Jangan turuti sebuah nasihat hanya karena menarik didengar dan sesuai dengan anggapan kita.

JALAN ORANG BODOH LURUS DALAM ANGGAPANNYA SENDIRI TETAPI SIAPA MENDENGARKAN NASIHAT, IA BIJAK—AMSAL 12:15

____________________________________________

1 Raja-Raja 12 : 1- 17

12:1 Kemudian Rehabeam pergi ke Sikhem, sebab seluruh Israel telah datang ke Sikhem untuk menobatkan dia menjadi raja.

12:2 Segera sesudah hal itu kedengaran kepada Yerobeam bin Nebat -- pada waktu itu dia masih ada di Mesir, sebab ia melarikan diri ke sana dari hadapan raja Salomo -- maka kembalilah ia dari Mesir.

12:3 Orang menyuruh memanggil dia, lalu datanglah Yerobeam dengan segenap jemaah Israel dan berkata kepada Rehabeam:

12:4 "Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, maka sekarang ringankanlah pekerjaan yang sukar yang dibebankan ayahmu dan tanggungan yang berat yang dipikulkannya kepada kami, supaya kami menjadi hambamu."

12:5 Tetapi ia menjawab mereka: "Pergilah sampai lusa, kemudian kembalilah kepadaku." Lalu pergilah rakyat itu.

12:6 Sesudah itu Rehabeam meminta nasihat dari para tua-tua yang selama hidup Salomo mendampingi Salomo, ayahnya, katanya: "Apakah nasihatmu untuk menjawab rakyat itu?"

12:7 Mereka berkata: "Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu."

12:8 Tetapi ia mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua itu, lalu ia meminta nasihat kepada orang-orang muda yang sebaya dengan dia dan yang mendampinginya,

12:9 katanya kepada mereka: "Apakah nasihatmu, supaya kita dapat menjawab rakyat yang mengatakan kepadaku: Ringankanlah tanggungan yang dipikulkan kepada kami oleh ayahmu?"

12:10 Lalu orang-orang muda yang sebaya dengan dia itu berkata: "Beginilah harus kaukatakan kepada rakyat yang telah berkata kepadamu: Ayahmu telah memberatkan tanggungan kami, tetapi engkau ini, berilah keringanan kepada kami -- beginilah harus kaukatakan kepada mereka: Kelingkingku lebih besar dari pada pinggang ayahku!

12:11 Maka sekarang, ayahku telah membebankan kepada kamu tanggungan yang berat, tetapi aku akan menambah tanggungan kamu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi."

12:12 Pada hari lusanya datanglah Yerobeam dengan segenap rakyat kepada Rehabeam, seperti yang dikatakan raja: "Kembalilah kepadaku pada hari lusa."

12:13 Raja menjawab rakyat itu dengan keras; ia telah mengabaikan nasihat yang diberikan para tua-tua kepadanya;

12:14 ia mengatakan kepada mereka menurut nasihat orang-orang muda: "Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambah tanggunganmu itu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi."

12:15 Jadi raja tidak mendengarkan permintaan rakyat, sebab hal itu merupakan perubahan yang disebabkan TUHAN, supaya TUHAN menepati firman yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Ahia, orang Silo, kepada Yerobeam bin Nebat.

12:16 Setelah seluruh Israel melihat, bahwa raja tidak mendengarkan permintaan mereka, maka rakyat menjawab raja: "Bagian apakah kita dapat dari pada Daud? Kita tidak memperoleh warisan dari anak Isai itu! Ke kemahmu, hai orang Israel ! Uruslah sekarang rumahmu sendiri, hai Daud!" Maka pergilah orang Israel ke kemahnya,

12:17 sehingga Rehabeam menjadi raja hanya atas orang Israel yang diam di kota-kota Yehuda.

Wednesday, October 21, 2009

Tongkat, Lima Roti dan Dua Ikan

Ayat bacaan: Keluaran 4:2 ==================== "TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." Salah satu film seri TV yang dulu selalu saya ikuti adalah MacGyver. Seri yang cukup populer pada masanya dan sampai sekarang masih diingat banyak orang mengisahkan seorang agen rahasia yang lebih mengutamakan penyelesaian tanpa kekerasan dan selalu menolak untuk membawa pistol sebagai senjatanya. Yang selalu ia pakai adalah "swiss army knife", sebuah pisau lipat yang dilengkapi dengan pembuka botol, obeng kecil, gunting dan peralatan-peralatan lainnya dalam bentuk mini. Alat inilah yang dalam banyak kesempatan menolong MacGyver dalam menumpas penjahat, disamping dalam beberapa kesempatan kita melihat pula kepiawaian MacGyver dalam menggunakan berbagai benda yang bagi kita mungkin tidak berguna apa-apa namun di tangannya benda itu bisa sangat bermanfaat. Dalam tiap episode kita disuguhi kepintaran MacGyver dalam menggunakan benda-benda sederhana itu, mengkombinasikannya dan sebagainya, sehingga bisa menjadi peralatan pendukung untuk mengalahkan penjahat. Inilah yang selalu saya sukai karena begitu banyak ide yang muncul lewat benda-benda yang bagi kita hanyalah benda biasa. Dalam hidup kita seringkali kita lebih sibuk memikirkan apa yang tidak kita miliki ketimbang apa yang ada pada kita. Ada teman yang mengeluh karena orangtuanya tidak mampu membiayai sekolah ke luar negeri, sehingga ia merasa masa depannya pasti suram karenanya. Ada yang mengeluh karena tidak sepintar temannya, tidak punya bakat seperti saudaranya dan sebagainya. Apa yang kita lihat hanyalah sesuatu yang tidak kita punyai, dan lupa bahwa kita sebenarnya telah diperlengkapi Tuhan pula dengan sesuatu yang bisa kita pakai untuk sukses. Dalam Alkitab hal ini dikatakan jelas. "Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:17). Masing-masing orang sungguh telah diperlengkapi dengan talenta-talenta tersendiri oleh Tuhan. Apapun yang ada pada kita saat ini dapat kita gunakan untuk berjuang hidup, dan tentu saja untuk segala perbuatan baik yang memuliakan Tuhan. Hal ini akan luput dari pengamatan kita jika kita terlalu sibuk untuk melihat apa yang dimiliki orang lain sementara kita tidak memilikinya. Mungkin kita berasal dari keluarga yang kurang mampu, tapi bukankah kita masih diberikan sepasang tangan yang kuat untuk bekerja? Jika tidak ada tangan, masih ada kaki. Ada pelukis yang sukses luar biasa menggunakan kakinya untuk melukis karena ia cacat tanpa tangan. Jika kaki pun tidak ada, setidaknya kita masih bernafas hari ini, bukankah itupun merupakan berkat? Seorang pemusik di gereja saya tidak memiliki tangan dan kaki utuh, tapi ia bisa menjadi gitaris memberkati jemaat di depan. Jika ia bisa, kita pun bisa. Masalahnya berada hanya pada fokus pandangan kita. Di awal kisah Musa kita melihat bagaimana Musa berbantah-bantah dengan Tuhan. (Keluaran 3-4). Ia merasa tidak mampu untuk mengawal bangsa Israel yang begitu banyak untuk keluar dari tanah perbudakan di Mesir. Ia hanya fokus pada keraguannya dan apa yang kurang dari dirinya, lupa bahwa Tuhan pasti memperlengkapinya dan akan selalu bersama dirinya dalam mengemban tugas yang berat itu. Mari kita lihat satu bagian dari dialog Musa dengan Tuhan mengenai penugasannya. Di awal Keluaran 4 kita membaca sebuah pertanyaan Musa. "Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?" (ay 1). Lalu "TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." (ay 2). Bagi Musa apa yang ia pegang hanyalah sebuah tongkat kayu yang hanya dipakai untuk menyangga tubuh dalam berjalan. Tidak lebih, tidak kurang. Tidak ada yang istimewa dari sebuah tongkat kayu bukan? Tapi benarkah demikian? Kita lihat apa yang terjadi selanjutnya. "Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya. Tetapi firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya" --Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya." (ay 3-4). Ya, di tangan Tuhan, tongkat yang "tidak ada istimewanya" itu bisa menjadi sesuatu yang ajaib. Tongkat itu menjadi alat bantu yang begitu luar biasa bagi Musa untuk menjalankan tugasnya. Tongkat inilah yang kelak dipakai Musa untuk membelah Laut Teberau (Laut Merah) sehingga bangsa Israel bisa berjalan melewatinya! "Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering." (14:16). Mari kita lihat fakta dari kisah ini. Faktanya adalah bahwa Tuhan bisa menggunakan apapun yang ada di dalam diri kita, yang telah Dia perlengkapi sendiri sejak semula, yang bagi kita mungkin tidaklah berguna, untuk melakukan hal-hal besar. Itu contoh dari Perjanjian Lama. Bagaimana di Perjanjian Baru? Mari kita lihat kisah Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu orang (belum termasuk wanita dan anak-anak) dalam Markus 6:30-44. Pada saat itu murid-murid Yesus kelimpungan ketika mendapat perintah untuk memberi makan orang-orang yang mendengarkan ajaranNya. "Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" (Markus 6:37). Apa jawab Yesus? " Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (ay 38a). Mereka ternyata memiliki " lima roti dan dua ikan". Inilah yang digunakan Yesus selanjutnya untuk memberi makan begitu banyak orang sampai kenyang, bahkan bersisa dua belas bakul penuh ditambah sisa-sisa ikan. (ay 41-43). Mari kita lihat lagi apa kata Yesus. Yesus berkata, "Cobalah Periksa!" Ini teguran yang juga berlaku pada kita saat ini, yang cenderung lebih fokus kepada apa yang tidak kita miliki ketimbang memeriksa apa potensi dan kemampuan yang sebenarnya ada pada diri kita. Sekali lagi, Tuhan bisa memakai apa yang ada pada kita, yang bagi kita kurang penting, atau tidak berguna, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Dari dua kisah di atas, kita bisa belajar bahwa apa yang harus kita lakukan adalah iman kita untuk percaya dan kerendahan hati untuk bisa melihat potensi atau kemampuan apa yang telah Tuhan sediakan bagi kita, dan kemudian selanjutnya meletakkan itu semua dalam tangan Tuhan. Di tangan Tuhan, semua itu bisa menjadi sangat potensial untuk menghasilkan pekerjaan-pekerjaan besar yang bisa memberkati banyak orang dan tentunya memuliakan Tuhan. Firman Tuhan berkata "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." (Ibrani 11:6). Tanpa iman kita tidak akan bisa menyenangkan hati Allah. Kita harus percaya bahwa Dia ada dan sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang ajaib, yang mungkin mustahil bagi kita, dan Dia akan selalu memberikan itu semua kepada siapapun yang bersungguh-sungguh mencariNya, menyerahkan seluruh hidup ke dalam tanganNya. Tuhan mampu membuat tongkat yang tidak ada apa-apanya menjadi alat yang luar biasa bagi Musa. Tuhan bisa membuat mukjizat lewat lima roti dan dua ikan untuk mengenyangkan ribuan orang. Tongkat, lima roti dan dua ikan mungkin sepele bagi kita, tapi di tangan Tuhan itu bisa menjadi alat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Hari ini, adakah kita masih berkeluh kesah bahwa kita tidak cukup lengkap diberkati Tuhan? Adakah kita masih sibuk melihat apa yang dimiliki orang lain? Jika ya, cobalah periksa kembali diri kita masing-masing, dan temukanlah bahwa Tuhan sesungguhnya telah memperlengkapi kita semua dengan kemampuan untuk melakukan hal-hal besar!

Apa yang tidak berguna bagi manusia bisa menjadi alat untuk melakukan hal besar di tangan Tuhan

PERINGATAN RATU BOKO

Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.

(Kej 11:8)

Bacaan : Kejadian 11: 1- 9

Kaki terasa lelah menyusuri Candi Ratu Boko di Yogyakarta. Undak-undakan menanjak mengantar kita ke gerbang utama. Lapangan rumput luas terhampar selepas gerbang, berbagai sisa bangunan batu terserak di sana-sini. Terbayang betapa megah dan elok kompleks yang konon merupakan perpaduan antara benteng istana, rumah ibadah, dan gua ini. Saya jadi termangu-mangu. Mungkinkah masyarakat purba itu sebenarnya bukan orang primitif, melainkan pemilik peradaban canggih, tetapi mengalami keruntuhan karena salah kelola dan kemerosotan moral warganya? Dan, reruntuhannya menjadi monumen peringatan bagi kita: bahwa kita akan mengalami nasib serupa kalau bersikap bebal. Menara Babel tergolong monumen semacam itu. Menara ini diperkirakan berbentuk seperti piramida setinggi sekitar 91 meter dengan undak-undakan di setiap sisinya. Fungsinya sebagai tempat ibadah, dan sekaligus sebagai penanda kota . Penduduk Babel membangunnya sebagai monumen kemegahan untuk dipertontonkan kepada dunia. Menara itu didirikan bukan sebagai ungkapan pemujaan kepada Tuhan, melainkan untuk mengagungkan pencapaian mereka sendiri. Tuhan tidak berkenan dan menggagalkan upaya mereka. Menara Babel, akhirnya, menjadi simbol kepongahan yang dihancurkan Tuhan. “Menara” apakah yang sedang kita bangun dalam hidup kita? Menara pengagungan diri yang kelak hanya akan menjadi reruntuhan? Atau, menara penghormatan dan ucapan syukur atas kemurahan Allah, suatu persembahan yang membuat Dia berseru, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba-Ku yang baik dan setia”?

KEHIDUPAN KITA IALAH MONUMEN PEMBELAJARAN; HIKMAH APAKAH YANG AKAN DIPETIK OLEH PEMBACANYA?

____________________________________________

Kejadian 11: 1- 9

11:1 Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.

11:2 Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana .

11:3 Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan tér gala-gala sebagai tanah liat.

11:4 Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

11:5 Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,

11:6 dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.

11:7 Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."

11:8 Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu.

11:9 Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel , karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.

Monday, October 19, 2009

KAYA, BODOH ATAU BIJAK

Ini pun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikian pun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin? (Pengkotbah 5:15)

Bacaan : Pengkotbah 5 : 9 - 19

Ketika Michael Jackson meninggal dunia, apa yang ia tinggalkan? Nama besar? Mungkin tidak lama lagi namanya akan redup, tergantikan oleh bintang baru yang akan muncul. Kebahagiaan? Seperti yang diakuinya sendiri, hidupnya kerap dirundung kesepian dan kehampaan, sehingga ia pun terbiasa mengkonsumsi berbagai obat penenang. Kekayaan? Konon, ia malah meninggalkan utang lebih dari empat triliun rupiah. Tragis. Pengkhotbah mengingatkan bahwa nama besar, kepandaian, dan kekayaan adalah “kemalangan yang menyedihkan” (ayat 15). Sebab, semuanya itu tidak kekal. Maka, nyatalah bahwa sesungguhnya hidup yang bermakna tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang sudah kita dapatkan dan kumpulkan. Namun, ditentukan oleh bagaimana kita menggunakan semua yang sudah kita dapatkan, dengan kesadaran bahwa semua itu dikaruniakan Allah kepada kita (ayat 17) untuk dinikmati dan digunakan secara bertanggung jawab kepada Dia—Sang Pemilik atas segalanya (ayat 18). Maka, jika hari ini Anda memeras tenaga untuk mengejar harta, popularitas, nama besar, dan pemuasan keinginan pribadi, firman Tuhan mengingatkan, bahwa usaha tersebut sama seperti menjaring angin. Sia-sia. Apa pun dan berapa pun yang kita miliki sekarang ini semestinya membuat kita semakin bijak. Jangan seperti orang kaya yang bodoh (bandingkan dengan Lukas 12:20,21). Semakin bijak artinya bisa menggunakan secara maksimal semua hal itu untuk menjadikan hidup kita lebih berkualitas, baik di hadapan Tuhan, maupun sesama, sehingga pada akhirnya kita bisa mewariskan hal-hal yang bernilai kekal kepada anak cucu.

HARTA KEKAYAAN AKAN DIMAKAN NGENGAT DAN KARAT; HARTA IMAN AKAN DIPELIHARA SAMPAI KEKEKALAN

____________________________________________

Pengkotbah 5 : 9 – 19

5:9 Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Ini pun sia-sia.

5:10 Dengan bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang menghabiskannya. Dan apakah keuntungan pemiliknya selain dari pada melihatnya?

5:11 Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur.

5:12 Ada kemalangan yang menyedihkan kulihat di bawah matahari: kekayaan yang disimpan oleh pemiliknya menjadi kecelakaannya sendiri.

5:13 Dan kekayaan itu binasa oleh kemalangan, sehingga tak ada suatu pun padanya untuk anaknya.

5:14 Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatu pun yang dapat dibawa dalam tangannya.

5:15 Ini pun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikian pun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin?

5:16 Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan.

5:17 Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya.

5:18 Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya -- juga itu pun karunia Allah.

5:19 Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya.

Sunday, October 18, 2009

ORANG KRISTEN

Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
Bacaan : Kisah Para Rasul 11:19-26 Seiring berlalunya waktu, beberapa kata tertentu dalam bahasa Indonesia mengalami penurunan makna. Contohnya “mahasiswa”. Kata “mahasiswa” memiliki pengertian “siswa yang lebih tinggi atau agung derajatnya daripada siswa tingkat dasar dan menengah”. Namun, saat ini makna “mahasiswa” bisa dibilang turun. Kata ini hanya sebatas merujuk para pelajar yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi atau universitas. Tidak lebih. Apalagi di Indonesia, ketika mahasiswa kerap terlibat tawuran, maka nilai “namanya” semakin turun lagi. Di Antiokhia, para pengikut Kristus untuk pertama kalinya disebut Kristen. Dan orang-orang pada zaman itu sungguh-sungguh melihat perbedaan cara hidup para pengikut Kristus itu, juga dampak positif keberadaan mereka bagi sekelilingnya. Itu sebabnya kehadiran mereka dirindukan, bukan dihindari. Pada zaman ini, Kristen barangkali hanya merujuk pada orang-orang yang datang beribadah di gereja setiap hari Minggu. Jika demikian, maka sebutan Kristen sudah mengalami penurunan makna. Sebagai pemilik identitas Kristen, kita punya andil untuk turut memaknai kata tersebut. Yakni mencerminkan ajaran-ajaran-Nya, dengan membagikan kasih serta memberi dampak yang nyata kepada sesama. Sudahkah orang lain “mengecap dan mengalami” Kristus; saat berbincang, berelasi, hidup bersama selingkungan dengan kita? Berapa banyakkah di antara mereka yang berkata, “Aku melihat hidupmu berbeda dengan orang kebanyakan. Apa rahasianya?” Pada saat itulah, biar nama-Nya dimuliakan. Dan menjadi waktu yang sangat tepat untuk membagikan Injil. - DYA
MENGIKUTI KRISTUS BERARTI BERPIKIR, BERKATA-KATA, DAN BERJALAN SEPERTI DIA
____________________________________________ Kisah Para Rasul 11:19-26 11:19 Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati. Mereka tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada orang Yahudi saja. 11:20 Akan tetapi di antara mereka ada beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di Antiokhia dan berkata-kata juga kepada orang-orang Yunani dan memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. 11:21 Dan tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan. 11:22 Maka sampailah kabar tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus Barnabas ke Antiokhia. 11:23 Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, 11:24 karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. 11:25 Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. 11:26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

HIDUP UNTUK MEMBERI

Di suatu sore hari pada saat aku pulang kantor dengan mengendarai sepeda motor,aku disuguhkan suatu drama kecil yang sangat menarik,seorang anak kecil berumur lebih kurang sepuluh tahun dengan sangat sigapnya menyalip di sela-sela kepadatan kendaraan di sebuah lampu merah perempatan jalan di Jakarta. Dengan membawa bungkusan yang cukup banyak diayunkannya sepeda berwarna biru muda,sambil membagikan bungkusan tersebut ,Ia menyapa akrab setiap orang ,dari Tukang Koran,Penyapu jalan,Tuna Wisma,sampai Pak Polisi.

Pemandangan itu membuatku tertarik,pikiranku lansung melayang membayangkan apa yang diberikan si anak kecil tersebut dengan bungkusannya, apakah dia berjualan?”Kalau dia berjualan apa mungkin seorang tuna wisma menjadi langganan tetapnya atau…??,untuk membunuh rasa penasaranku, aku pun membuntuti si anak kecil tersebut sampai di seberang jalan,setelah itu aku langsung menyapa anak tersebut untuk aku ajak berbincang-bincang. De,”boleh kakak bertanya”? Silakan Kak,kalau boleh tahu yang barusan adik bagikan ke tukang Koran,tukang sapu ,peminta-minta bahkan Pak Polisi,itu apa..? Oh…itu bungkusan nasi dan sedikit lauk Kak,memang kenapa Kak!,dengan sedikit heran ,sambil ia balik bertanya.Oh…tidak! ,Kakak cuma tertarik cara kamu membagikan bungkusan itu,kelihatan kamu sudah lama kenal dengan mereka?

Lalu ,adik kecil itu mulai bercerita,Dulu! Aku dan ibuku sama seperti mereka hanya seorang tuna wisma”,setiap hari bekerja hanya mengharapkan belaskasihan banyak orang,dan seperti Kakak ketahui hidup di Jakarta begitu sulit,sampai kami sering tidak makan,waktu siang hari kami kepanasan dan waktu malam hari kami kedinginan ditambah lagi pada musim hujan kami sering kehujanan,apabila kami mengingat waktu dulu,kami sangat-sangat sedih ,namun setelah ibuku membuka warung nasi,kehidupan keluarga kami mulai membaik.

Maka dari itu ,Ibu selalu mengingatkanku, bahwa masih banyak orang yang susah seperti kita dulu,jadi kalau saat ini kita diberi rejeki yang cukup,kenapa kita tidak dapat berbagi kepada mereka.

Yang ibuku slalu katakan” hidup harus berarti buat banyak orang “,karena pada saat kita kembali kepada Sang Pencipta tidak ada yang kita bawa,hanya satu yang kita bawa yaitu kasih kepada sesama serta amal dan perbuatan baik kita,kalau hari ini kita bisa mengamalkan sesuatu yang baik buat banyak orang ,kenapa kita harus tunda.

Karena menurut ibuku umur manusia terlalu singkat,hari ini kita memiliki segalanya,namun satu jam kemudian atau besok kita dipanggil Sang Pencipta ,”Apa yang kita bawa?”.Kata-kata adik kecil ini sangat menusuk hati,saat itu juga aku merasa lebih bodoh dari anak kecil ini,aku malu dan sangat malu.Yah…Tuhan ,Ampuni aku,ternyata kekayaan ,kehebatan dan jabatan tidak mengantaku kepadaMu.

Hanya kasih yang sempurna serta iman dan pengaharapan kepada-Mulah yang dapat mengiringku masuk ke surga.”Terimah kasih adik kecil,kamu adalah malaikatku yang menyadarkan aku dari tidur nyenyakku ..

( Kasih itu sabar ,kasih itu murah hati,ia tidak cemburu,ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong ,ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri,ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersuka cita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran ia menutupi segala sesuatu ,percaya segala sesuatu,mengharapka n segala sesuatu ,sabar menanggung segala sesuatu .kasih tidak berkesudahan .)

Lakukanlah perkara-perkara kecil,dengan membagikan cerita ini kepada semua orang,semoga hasil yang didapat dari hal yang kecil ini berdampak besar buat banyak orang