ReChARGE yOur SouL...

Wednesday, October 21, 2009

Tongkat, Lima Roti dan Dua Ikan

Ayat bacaan: Keluaran 4:2 ==================== "TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." Salah satu film seri TV yang dulu selalu saya ikuti adalah MacGyver. Seri yang cukup populer pada masanya dan sampai sekarang masih diingat banyak orang mengisahkan seorang agen rahasia yang lebih mengutamakan penyelesaian tanpa kekerasan dan selalu menolak untuk membawa pistol sebagai senjatanya. Yang selalu ia pakai adalah "swiss army knife", sebuah pisau lipat yang dilengkapi dengan pembuka botol, obeng kecil, gunting dan peralatan-peralatan lainnya dalam bentuk mini. Alat inilah yang dalam banyak kesempatan menolong MacGyver dalam menumpas penjahat, disamping dalam beberapa kesempatan kita melihat pula kepiawaian MacGyver dalam menggunakan berbagai benda yang bagi kita mungkin tidak berguna apa-apa namun di tangannya benda itu bisa sangat bermanfaat. Dalam tiap episode kita disuguhi kepintaran MacGyver dalam menggunakan benda-benda sederhana itu, mengkombinasikannya dan sebagainya, sehingga bisa menjadi peralatan pendukung untuk mengalahkan penjahat. Inilah yang selalu saya sukai karena begitu banyak ide yang muncul lewat benda-benda yang bagi kita hanyalah benda biasa. Dalam hidup kita seringkali kita lebih sibuk memikirkan apa yang tidak kita miliki ketimbang apa yang ada pada kita. Ada teman yang mengeluh karena orangtuanya tidak mampu membiayai sekolah ke luar negeri, sehingga ia merasa masa depannya pasti suram karenanya. Ada yang mengeluh karena tidak sepintar temannya, tidak punya bakat seperti saudaranya dan sebagainya. Apa yang kita lihat hanyalah sesuatu yang tidak kita punyai, dan lupa bahwa kita sebenarnya telah diperlengkapi Tuhan pula dengan sesuatu yang bisa kita pakai untuk sukses. Dalam Alkitab hal ini dikatakan jelas. "Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2 Timotius 3:17). Masing-masing orang sungguh telah diperlengkapi dengan talenta-talenta tersendiri oleh Tuhan. Apapun yang ada pada kita saat ini dapat kita gunakan untuk berjuang hidup, dan tentu saja untuk segala perbuatan baik yang memuliakan Tuhan. Hal ini akan luput dari pengamatan kita jika kita terlalu sibuk untuk melihat apa yang dimiliki orang lain sementara kita tidak memilikinya. Mungkin kita berasal dari keluarga yang kurang mampu, tapi bukankah kita masih diberikan sepasang tangan yang kuat untuk bekerja? Jika tidak ada tangan, masih ada kaki. Ada pelukis yang sukses luar biasa menggunakan kakinya untuk melukis karena ia cacat tanpa tangan. Jika kaki pun tidak ada, setidaknya kita masih bernafas hari ini, bukankah itupun merupakan berkat? Seorang pemusik di gereja saya tidak memiliki tangan dan kaki utuh, tapi ia bisa menjadi gitaris memberkati jemaat di depan. Jika ia bisa, kita pun bisa. Masalahnya berada hanya pada fokus pandangan kita. Di awal kisah Musa kita melihat bagaimana Musa berbantah-bantah dengan Tuhan. (Keluaran 3-4). Ia merasa tidak mampu untuk mengawal bangsa Israel yang begitu banyak untuk keluar dari tanah perbudakan di Mesir. Ia hanya fokus pada keraguannya dan apa yang kurang dari dirinya, lupa bahwa Tuhan pasti memperlengkapinya dan akan selalu bersama dirinya dalam mengemban tugas yang berat itu. Mari kita lihat satu bagian dari dialog Musa dengan Tuhan mengenai penugasannya. Di awal Keluaran 4 kita membaca sebuah pertanyaan Musa. "Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?" (ay 1). Lalu "TUHAN berfirman kepadanya: "Apakah yang di tanganmu itu?" Jawab Musa: "Tongkat." (ay 2). Bagi Musa apa yang ia pegang hanyalah sebuah tongkat kayu yang hanya dipakai untuk menyangga tubuh dalam berjalan. Tidak lebih, tidak kurang. Tidak ada yang istimewa dari sebuah tongkat kayu bukan? Tapi benarkah demikian? Kita lihat apa yang terjadi selanjutnya. "Firman TUHAN: "Lemparkanlah itu ke tanah." Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya. Tetapi firman TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya" --Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya." (ay 3-4). Ya, di tangan Tuhan, tongkat yang "tidak ada istimewanya" itu bisa menjadi sesuatu yang ajaib. Tongkat itu menjadi alat bantu yang begitu luar biasa bagi Musa untuk menjalankan tugasnya. Tongkat inilah yang kelak dipakai Musa untuk membelah Laut Teberau (Laut Merah) sehingga bangsa Israel bisa berjalan melewatinya! "Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering." (14:16). Mari kita lihat fakta dari kisah ini. Faktanya adalah bahwa Tuhan bisa menggunakan apapun yang ada di dalam diri kita, yang telah Dia perlengkapi sendiri sejak semula, yang bagi kita mungkin tidaklah berguna, untuk melakukan hal-hal besar. Itu contoh dari Perjanjian Lama. Bagaimana di Perjanjian Baru? Mari kita lihat kisah Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan untuk memberi makan lima ribu orang (belum termasuk wanita dan anak-anak) dalam Markus 6:30-44. Pada saat itu murid-murid Yesus kelimpungan ketika mendapat perintah untuk memberi makan orang-orang yang mendengarkan ajaranNya. "Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" (Markus 6:37). Apa jawab Yesus? " Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" (ay 38a). Mereka ternyata memiliki " lima roti dan dua ikan". Inilah yang digunakan Yesus selanjutnya untuk memberi makan begitu banyak orang sampai kenyang, bahkan bersisa dua belas bakul penuh ditambah sisa-sisa ikan. (ay 41-43). Mari kita lihat lagi apa kata Yesus. Yesus berkata, "Cobalah Periksa!" Ini teguran yang juga berlaku pada kita saat ini, yang cenderung lebih fokus kepada apa yang tidak kita miliki ketimbang memeriksa apa potensi dan kemampuan yang sebenarnya ada pada diri kita. Sekali lagi, Tuhan bisa memakai apa yang ada pada kita, yang bagi kita kurang penting, atau tidak berguna, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Dari dua kisah di atas, kita bisa belajar bahwa apa yang harus kita lakukan adalah iman kita untuk percaya dan kerendahan hati untuk bisa melihat potensi atau kemampuan apa yang telah Tuhan sediakan bagi kita, dan kemudian selanjutnya meletakkan itu semua dalam tangan Tuhan. Di tangan Tuhan, semua itu bisa menjadi sangat potensial untuk menghasilkan pekerjaan-pekerjaan besar yang bisa memberkati banyak orang dan tentunya memuliakan Tuhan. Firman Tuhan berkata "Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." (Ibrani 11:6). Tanpa iman kita tidak akan bisa menyenangkan hati Allah. Kita harus percaya bahwa Dia ada dan sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan besar yang ajaib, yang mungkin mustahil bagi kita, dan Dia akan selalu memberikan itu semua kepada siapapun yang bersungguh-sungguh mencariNya, menyerahkan seluruh hidup ke dalam tanganNya. Tuhan mampu membuat tongkat yang tidak ada apa-apanya menjadi alat yang luar biasa bagi Musa. Tuhan bisa membuat mukjizat lewat lima roti dan dua ikan untuk mengenyangkan ribuan orang. Tongkat, lima roti dan dua ikan mungkin sepele bagi kita, tapi di tangan Tuhan itu bisa menjadi alat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan besar. Hari ini, adakah kita masih berkeluh kesah bahwa kita tidak cukup lengkap diberkati Tuhan? Adakah kita masih sibuk melihat apa yang dimiliki orang lain? Jika ya, cobalah periksa kembali diri kita masing-masing, dan temukanlah bahwa Tuhan sesungguhnya telah memperlengkapi kita semua dengan kemampuan untuk melakukan hal-hal besar!

Apa yang tidak berguna bagi manusia bisa menjadi alat untuk melakukan hal besar di tangan Tuhan

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home