ReChARGE yOur SouL...

Tuesday, December 8, 2009

Sukses?

Pandangan Umum Ukuran atau parameter orang disebut sukses itu bagaimana? Pandangan umum kesuksesan diukur dari empat hal. 1. Sukses bila bisa mendapatkan kekayaan atau uang. 2. Sukses bila memiliki popularitas atau terkenal. 3. Sukses bila menduduki kekuasaan atau jabatan. 4. Sukses bila bisa menunjukan prestasi atau hasil. Jadi kesuksesan menurut pandangan umum berorentasi pada: uang, kekayaan, popularitas, jabatan, kekuasaan, prestasi, hasil akhir. Kalau tidak memiliki hasil akhir yang baik, maka dunia menyebut sebagai "orang gagal". Menurut pandangan umum: seorang atlet yang sukses, penyanyi yang sukses, pengusaha yang sukses, pedagang yang sukses, karyawan yang sukses, pendeta yang sukses, tergantung apakah membuahkan hasil atau tidak. Pandangan ini menjadikan manusia seperti mesin hidup. Yang produktif itulah yang sukses. Atau, manusia bagai sapi perahan saja, yang memiliki hasil banyak dan bermutu, itulah yang berguna. Ini parameter umum, tetapi ironisnya sudah merasuk ke Gerejawi. Sehingga, banyak praktek menghalalkan segala cara demi meraih hasil yang maksimal. Entah merugikan orang lain, entah mengorbankan norma etis, yang penting berhasil. Pandangan ini jelas keliru. Bertentangan dengan firman Tuhan. (Galatia 1:10, I Sam.16:7).

Benarkah untuk menilai keberhasilan seseorang, hanya diukur dari segi hasil akhir yang nampak oleh indra duniawi kita? Apakah ini parameter kesuksesan yang Kristiani? Apakah Tuhan Yesus Sukses? Tuhan Yesus adalah Allah yang menjelma manusia (Yoh.1:1,14). Tetapi Ia lahir di kandang hina (Luk 2:7). Lebih tragis lagi, Ia mati di atas kayu salib (Luk.23:33). Ia memiliki murid sedikit (Kis.1:12-14), Ia tidak pernah mendirikan satupun bangunan seperti Salomo, Ia tidak pernah menulis buku seperti Musa, Ia tidak pernah mencipta lagu seperti Daud, Ia tidak pernah memiliki kekayaan seperti Salomo. Ia tidak menikmati fasilitas hidup seperti kita. Bahkan hak-hak ke-AllahanNya juga tidak dipertahankan, justru Ia merendahkan diri, sampai mati di kayu salib (Fil. 2:5-8). Dalam kondisi seperti ini, apakah Tuhan Yesus bisa disebut sukses? Jawabannya tergantung pilihan parameter kita tentang kesuksesan. Parameter Kesuksesan yang Alkitabiah Parameter sukses ini tidak dibatasi kesuksesan palayan atau hal rohani saja. Tetapi juga kesuksesan dalam segala usaha secara umum. 1. Sukses karena setia pada tugas. Setiap manusia memiliki tugas/ panggilan/misi yang khusus. Parameter yang pertama apakah kita sukses atau tidak, adalah apakah kita setia dalam tugas panggilan kita? Tugas utama Tuhan Yesus adalah menyelamatkan manusia. Ia setia dalam tugas tersebut. Konsekuensi tugas ini adalah: tidak semua orang yang di sembuhkanNya, menjadi pengikutNya. Tidak semua yang di Injili menjadi percaya. Ia mati untuk menebus dosa seluruh dunia, tetapi dunia tidak menerimaNya. Ia pergi (naik) ke Surga untuk menyediakan tempat bagi orang percaya, tetapi berita kebangkitanNya disesatkan. Apakah Tuhan Yesus gagal? Parameter kesetiaan pada tugas sangat penting. Setia dalam bekerja, setia dalam study, setia dalam melayani, setia dalam iman, setia dalam penderitaan, setia dalam tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada kita. Dalam banyak ayat Tuhan Yesus memuji terhadap orang yang setia (Mat. 24:45, 25:21,23). 2. Sukses karena optimal pada potensi. Dalam konteks potensi. Tuhan tidak pernah menciptakan orang yang sama. Dan tidak akan meminta pertanggunganjawab dengan ukuran yang sama. Potensi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah: kekuatan, kemampuan, kesanggupan, kekuasaan, kemampuan yang bisa dikembangkan. Dalam perumpamaan tentang talenta (Mat. 25:14-30), dalam konteks ini talenta akan saya ganti potensi. Ada lima prinsip penting tentang potensi. 1.Tuhan memberikan potensi kepada "semua" hambaNya (25:15). Tidak ada manusia yang tanpa potensi, semua diberiNya potensi. 2.Tuhan memberikan potensi "masing-masing" menurut kesanggupannya (25:15). Ada yang pontensinya sedikit, ada yang potensinya banyak. 3.Tuhan meminta pertanggungan jawab sesuai potensi yang diberikanNya (25:19). Yang memiliki banyak potensi mempertanggungjawabkan banyak, yang sedikit potensi mempertanggungjawabkan sedikit. 4.Tuhan mengecam orang yang malas dalam menggunakan potensi (25:26). Yang dikecam bukan jumlah potensi dan hasil akhirnya, melainkan cara memanfaatkan potensi. Apakah sudah maksimal atau belum. 5.Tuhan memuji dan menambah potensi kepada yang setia (25:21,28). Bagi yang telah memanfaatkan potensi yang ada, maka akan ditambah dengan potensi baru. Jadi parameter sukses, bukan pada hasil akhir, melainkan apakah potensi yang diberikan Tuhan kepada kita, sudah kita kembangkan secara maksimal atau belum? 3. Sukses bagi kemuliaan Tuhan. Kesusksesan yang Alkitabiah selalu membawa perkembangan iman, hidup dalam kerendahan hati, hidup bagi kemuliaan Tuhan. Kesuksesan yang tidak dikontrol oleh faktor kerohanian bisa memuliakan diri sendiri, kelompok, bahkan bisa memuliakan Iblis. Dan akhirnya, secara jasmani sukses, tetapi secara rohani gagal. Mengapa Daud Raja yang sukses merakayasa untuk berzinah dengan Betseba? Mengapa Yudas seorang Rasul merencanakan untuk mengkhianati? Mengapa Ananias dan Safira seorang yang kaya dan dermawan ingin menipu? Semua itu memiliki jawaban yang sama. Mereka menginginkan kesuksesan pribadi, bukan untuk kemuliaan Tuhan. Jadi parameter kesuksesan bukan terletak hasil yang dapat dipuji, melainkan apakah kesuksesan itu bisa memuliakan Tuhan? ( Kolese 3:17). 4. Sukses menjadi berkat bagi sesama. Dalam konteks menjadi berkat bagi sesama, ada dua perintah penting. Pertama, kita harus menaklukkan alam semesta (Kej.1: 28) Kedua, kita harus mengasihi sesama manusia (Mat.22:39). Kesuksesan menaklukan alam semesta seharusnya berguna bagi kesejahteraan sesama. Jadi alam semesta harus ditaklukkan, dan sesama manusia harus dikasihi. Namun fakta kesuksesan menjadi berbalik. Sesama manusia ditaklukkan, dan alam semesta kita kasihi. Ini kesuksesan yang sekulerisme. Coba kita pikirkan beberapa contoh kesuksesan. Iblis sukses membujuk Hawa. Delilah sukses merayu Simson. Yudas sukses mengkhianati Yesus. Contoh yang lain. Yosua sukses menaklukan Yerikho, Daud sukses mengalahkan Goliat, Paulus sukses mendirikan jemaat di Filipi. Dari contoh-contoh tersebut, ternyata ada kesuksesan yang mendatangkan berkat bagi sesama, tetapi juga ada yang menjadikan penderitaan bagi sesama. Contoh relevan masakini: Seorang ayah yang sukses, namun keluarganya hancur. Seorang penguasaha yang sukses, namun kesuksesannya menjadikan rekannya bangkrut. Pendeta yang Gerejanya sukses, namun banyaknya jiwa karena jemaat Gereja lain berpindah. Apakah kesuksesan ini ikut menikmati sesama dalam lingkungan kita? Atau sebaliknya kesuksesan kita justru menjadikan kesedihan bagi sesama? Memang tidak tertutup kemungkinan, kesuksesan akan memiliki dampak iri hati. Tetapi kesuksesan yang Alkitabiah tidak menghancurkan sesama. Justru akan menjadi berkat bagi sesama. Sukseskah saya? Stop dulu. Jangan menilai sukses karena sudah memiliki hasil akhir. Dan, jangan menilai gagal, karena belum ada hasil akhir. Introspeksi sejenak dengan parameter ini. Apakah saya setia pada tugas sekarang ini? Apakah saya memanfaatkan potensi yang Tuhan berikan secara maksimal? Apakah saya sedang menjalankan tugas bagi kemuliaan Tuhan ? Apakah sesama saya diberkati dengan usaha saya? Jikalau jawabannya "ya" maka saudara adalah orang sukses. Dan Tuhan Yesus berfirman: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaKu yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu"( Matius 25:21).

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]



<< Home