KORUP SEJAK DINI
Mia, ponakan saya lagi dulu sekolah di sekolah negeri deket rumah. Pas ikut ujian akhir nasional (uan), di hari pertama ujian, dia ditawari secarik kertas bocoran dari temannya. Katanya bocoran itu dia dapet dari salah satu guru di situ lantaran takut SDnya dapet malu kalo murid-muridnya gak lulus semua! Mia sejak kecil dididik ortunya (kakak saya) untuk memegang prinsip. Salah satunya adalah untuk jujur dan belajar sungguh. Dan saya salut sama ponakanku yang satu ini, dengan yakin dia menolak kertas bocoran itu dan berkata, “Kalo saya nyontek, buat apa saya bangun subuh-subuh untuk belajar selama ini?”. Standing Aplause! Anak SD udah punya integritas tinggi! Sayapun memberi tambahan semangat padanya, “Mia, sekalipun nanti nilai Mia mungkin lebih rendah daripada temen-temen Mia yang lain, justru Mia harus bangga!” Dan dia membuktikan nilainya bagus-bagus tanpa harus ikut korupsi! Hati ini sedih. Pantes aja negara ini penuh dengan koruptor, karena sewaktu kecil mereka sudah dididik untuk menjadi seorang koruptor. Tanpa sadar. Dan ini dilakukan oleh orang-orang tua dan guru-guru kita. Kok bisa? Saya mampir di pameran perpisahan anak TK di sebuah sekolah ternama. Disitu dipajang ‘hasta karya’ anak-anak TK. Ada telur dihias pita, ada lukisan krayon, dsb. Saya mengernyitkan dahi. Ada beberapa karya yang memang terlihat seperti karya anak TK, tapi banyak diantaranya tidak mungkin dibuat oleh anak TK! Masa ada karya model rumah dari kayu dengan furniture detil! Satu lagi… ada lukisan monalisa mirip banget sekalipun dari krayon! Siapa lagi yang bikin kalo bukan ortunya (or sodaranya). Sejak kecil kita terbiasa untuk mementingkan nilai raport dan apa kata orang dibanding ‘belajar’. Gapapa hasta karya dibikinin ortu yang penting bagus. Gapapa pe-er dikerjain kakak yang penting lulus. Dan kita belajar untuk curang sejak kecil. Okelah kalo begitu, salam. Written by : Fery! GFresh!
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home